Perumusan Masalah Hipotesis Sterilisasi

yang tidak bernilai, dimana penelitian serta pemanfaatannya sebagai obat masih sangat sedikit. Salah satunya kulit buah jengkol berkhasiat sebagai obat borok Depkes RI, 1994. Bakteri Escherichia coli, Vibrio cholerae, Campylobacter jejuni, Shigella sp, Salmonella sp, Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Vibrio haemolyticus, Clostridium difficile, Yersinia enterolitica, Klebsiella pneumoniae merupakan penyebab terjadinya penyakit diare Suharyono, 2008. Namun menurut Dzulkarnain 1996, kasus diare di Indonesia lebih sering disebabkan oleh Escherichia coli, Vibrio cholerae, Shigella sp, Salmonella sp dan Campylobacter. Berdasarkan keterangan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari ekstrak kulit buah tanaman jengkol Pithecellobium lobatum Benth terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium. Di samping itu perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap karakterisasi simplisia dari kulit buah jengko l.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakterisasi simplisia kulit buah dari tanaman jengkol Pithecellobium lobatum Benth yang meliputi kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. 2. Apakah ekstrak kulit buah jengkol mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium. Universitas Sumatera Utara

1.3 Hipotesis

1. Simplisia kulit buah jengkol mempunyai karakterisasi tertentu yang meliputi kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. 2. Ekstrak kulit buah jengkol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakterisasi simplisia kulit buah dari tanaman jengkol Pithecellobium lobatum Benth yang meliputi kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. 2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah jengkol terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian lanjutan. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat bahwa kulit buah jengkol berkhasiat antibakteri. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jengkol Pithecellobium lobatum Benth Tanaman jengkol Pithecellobium lobatum Benth ini diklasifikasikan sebagai berikut Corner, EJH and Watanabe, 1996: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rosales Suku : Fabaceae Marga : Pithecellobium Spesies : Pithecellobium lobatum Benth

2.1.2 Habitat Tanaman Jengkol Pithecellobium lobatum Benth

Tanaman jengkol sudah sejak lama ditanam di Indonesia. Tanaman ini hidup dengan baik di daerah tropis, banyak ditemukan di Malaysia dan Thailand. Namun, asal-usul tanaman jengkol tidak diketahui dengan pasti. Di Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Tengah, tanaman jengkol banyak ditanam di kebun atau pekarangan secara sederhana Eka, A, 2007.

2.1.3 Nama Daerah

Di Indonesia, jengkol disebut dengan banyak nama, yaitu jengkol Jawa, jaring Sumatera, jaawi Lampung, kicaang Sunda, lubi Sulawesi Utara dan blandingan Bali Depkes RI, 1994. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Morfologi Tanaman Jengkol Pithecellobium lobatum Benth

Tanaman jengkol berupa pohon dengan tinggi sekitar 20 meter. Batang tegak, bulat, berkayu, licin, percabangan simpodial, coklat kotor. Memiliki daun majemuk yang berhadapan, lonjong, panjang 10-20 cm, lebar 5-15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5-1 cm, hijau tua. Bunganya tersusun majemuk, bentuk tandan, di ujung dan ketiak daun, tangkai bulat, panjang sekitar 3 cm, ungu, kelopak bentuk mangkok, benang sari kuning, putik silindris, kuning, mahkota lonjong, putih kekuningan. Buah jengkol berupa bulat pipih, coklat kehitaman. Biji pipih, berkeping dua, putih kekuningan. Akar tunggang berwarna coklat kotor Depkes RI, 1994.

2.1.5 Kandungan Kimia

Biji, kulit batang dan daun jengkol mengandung saponin, flavonoida dan tanin Depkes RI, 1994. Buah jengkol mengandung karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor, kalsium, zat besi, alkaloid, steroid, glikosida, tanin, flavonoid dan saponin Eka, A, 2007.

2.1.6 Manfaat Tanaman Jengkol

Daun jengkol berkhasiat sebagai obat eksim, kudis, luka dan bisul. Buah jengkol dimanfaatkan sebagai bahan pangan, kulit buahnya berkhasiat sebagai obat borok Depkes RI, 1994. 2.2 Ekstrak 2.2.1 Pengertian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang Universitas Sumatera Utara tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes RI, 1995. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas Depkes RI, 1995. Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol Depkes RI, 1979.

2.2.2 Metode Ekstraksi

Menurut Ditjen POM 2000, beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin i. Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. ii. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. 2. Cara panas i. Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Universitas Sumatera Utara ii. Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. iii. Digesti, adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 o C. iv. Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96- 98 o C selama waktu tertentu 15-20 menit. v. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.

2.3 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi yaitu: a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya. Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja. b. Sterilisasi kering, digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri, tabung reaksi. Cara ini cocok untuk alat-alat gelas karena tidak ada pengembunan dan tetes air. c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Universitas Sumatera Utara Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 121 C selama 15 menit. d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut melalui lubang saringan yang sangat kecil. e. Incenerasi, yaitu sterilisasi dengan pemanasan atau pembakaran pada api langsung. Misalnya untuk sterilisasi jarum ose dan pinset Beisher, L, 1991. 2.4 Bakteri 2.4.1 Uraian Umum

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

3 46 92

Uji Aktivitas Antibakteri Air Rebusan Dan Ekstrak Etanol Cacing Tanah (Megascolex sp.)Terhadap Bakteri Salmonella typhosa, Escherichia coli, Shigella dysenteriae

15 101 75

Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Ekstrak Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)

10 91 97

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Andong (Cordyline fruticosa Goepp.) Terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae Dan Staphylococcus aureus

19 107 84

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) Terhadap Beberapa Bakteri

7 47 83

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ceplukan (Physalis minima L.) Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli Dan Salmonella typhimurium

21 148 72

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tumbuhan Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.)

46 164 73

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

0 0 17

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Bakteri Salmonella Typhi, Escherichia Coli dan Shigella Dysenteriae

0 0 17