habis cuti bersalin dan semakin meningkat daya beli ibu-ibu untuk susu formula. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.
5.5 Hubungan Antara Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Hal ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati 2003, menunjukkan bahwa paritas merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap
menyusui secara eksklusif. Berdasarkan hasil penelitiannya, lama menyusui tampak lebih lama pada anak kedua dan ketiga.
Dan menurut penelitian Manuaba 1998, bahwa paritas seorang ibu sangat berpengaruh pada kesehatan dan pengalaman ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Ibu yang memiliki pengalaman yang baik dalam menyusui pada anak pertama maka akan menyusui secara benar pada anak selanjutnya. Namun jika pada anak pertama
ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan ternyata anaknya tetap sehat maka untuk anak selanjutnya ibu merasa bahwa anak tidak harus diberi ASI eksklusif.
Jika jumlah kelahiran sebelumnya banyak atau lebih dari tiga, ibu dapat menghentikan kehamilannya dengan cara ber-KB karena kesehatan reproduksinya mulai menurun dan
menyebabkan produksi ASI juga mulai berkurang Alkatiri, 1996. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Seorang ibu menyusui memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada saat menyusui sebelumnya tentang ASI eksklusif. Semakin sering ibu menyusui semakin tinggi
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan semakin baik juga sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif Notoatmodjo, 2003.
5.6 Hubungan Antara Manajemen Laktasi dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara manajemen laktasi terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Hal ini tidak bebeda dengan penelitian Arifin 2008, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara manajemen laktasi dengan pemberian ASI Eksklusif. Dilihat dari
perubahan sosial budaya mempengaruhi pemberian ASI dan pengaruh ibu-ibu bekerjakesibukan sosial lainnya, meniru temantetangga yang memberikan susu botol dan
merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih
air susu buatan sebagai jalan keluarnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Arisman 2004, yang menyatakan
gangguan proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri, serta kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan.
Menyusui memerlukan persiapan, dan persiapan itu harus sudah dimulai masa hamil. Kepada calon ibu perlu diajarkan cara memberikan ASI pertama, upaya yang perlu dilakukan
untuk memperbanyak ASI, serta cara perawatan payudara selama menyusui. Hal ini dapat dilihat dengan melakukan Manajemen Laktasi dimulai dari sejak masa hamil antenatal, segera
setelah melahirkan dan masa pasca persalinan, sehingga dapat menunjang keberhasilan menyusui Perinasia, 2004.
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
5.7 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif