Sedangkan menurut pendapat Arifin 2008, yang menyatakan bahwa ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah dengan mempersiapkan ASI
perah dan memberikan ASI perasperah-nya pada bayi selama ibu bekerja. Selain itu dengan ba
ntuan “Tempat Kerja Sayang Ibu” maka memungkinkan ibu menyusui secara eksklusif.
F. Pendapatan Keluarga
Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata. Di daerah perkotaan
keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan
tingkat sosial atas Purnamawati, 2003. Menurut penelitian Wahyuni 1998 ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI
dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin cepat menyapih. Disini orang yang berpenghasilan tinggi
akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu Formula. Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya :
1. Ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai susu botol daripada menyusui. 2. Umumnya yang melahirkan di Rumah Sakit dan Rumah Bersalin ada yang tidak
menganjurkan menyusui dan menerapkan pelayanan Rawat Gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik Laktasi, Pojok Laktasi dan sejenisnya.
3. Pengaruh kemajuan teknologi pada perubahan sosial budaya mengakibatkan banyaknya jumlah ibu yang bekerja diluar rumah untuk menambah pendapatan keluarga, sehingga
semakin banyak ibu yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan setelah
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
habis cuti bersalin dan semakin meningkat daya beli ibu-ibu untuk susu formula. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI Eksklusif Purnamawati, 2003.
G. Paritas
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang ibu menyusui meperoleh pengetahuan dari pengalaman pada saat menyusui
sebelumnya tentang ASI eksklusif. Semakin sering ibu menyusui semakin tinggi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif Notoatmodjo, 2003. Menurut Manuaba 1998,
bahwa paritas seorang ibu sangat berpengaruh pada kesehatan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati 2003 menunjukkan bahwa paritas merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap menyusui secara eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitiannya, lama menyusui tampak lebih lama pada anak kedua dan ketiga.
Jika jumlah kelahiran sebelumnya banyak atau lebih dari tiga, ibu dapat menghentikan kehamilannya dengan cara ber-KB karena kesehatan reproduksi mulai menurun dan
menyebabkan produksi ASI juga mulai berkurang Alkatiri, 1996.
H. Manajemen Laktasi