mulai aktif bekerja. Padahal dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu bekerja dapat memberikan ASI secara eksklusif.
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber
Daya Manusia SDM yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan Maiza, 2003
Menurut Ariani 2008, pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti, melalui pekerjaan seseorang dapat mengembangkan
kemampuannya yang bermanfaat bagi diri sendiri, anggota keluarga, masyarakat bangsa dan negara.
Sedangkan menurut pendapat Arifin 2008, yang menyatakan bahwa ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah dengan mempersiapkan ASI
perah dan memberikan ASI perasperah-nya pada bayi selama ibu bekerja. Selain itu dengan ba
ntuan “Tempat Kerja Sayang Ibu” maka memungkinkan ibu menyusui secara eksklusif.
5.4 Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dimana responden dengan pendapatan keluarga rendah
diasumsikan akan memberikan ASI kepada bayinya karena tidak mempunyai kemampuan secara ekonomi untuk membeli susu formula. Namun demikian banyak juga responden
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
yang berpendapatan keluarga rendah tidak memberikan ASI eksklusif karena tingkat pengetahuan mereka juga rendah.
Hal ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasiyah 2002 dimana tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif.
Hal ini berbeda dengan penelitian Wahyuni 1998, dimana ada perbedaan dalam pemberian ASI dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi semakin
tinggi pendapatan keluarga, semakin cepat menyapih. Disini orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu Formula.
Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata. Di daerah perkotaan
keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan
tingkat sosial atas Purnamawati, 2003. Pada penelitian ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui
bayinya : 1. Ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai susu botol daripada menyusui ASI
saja. 2. Ibu yang melahirkan di Rumah Sakit dan Rumah Bersalin ada yang tidak menganjurkan
menyusui dan menerapkan pelayanan Rawat Gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik Laktasi, Pojok Laktasi dan sejenisnya.
3. Pengaruh kemajuan teknologi pada perubahan sosial budaya mengakibatkan banyaknya jumlah ibu yang bekerja diluar rumah untuk menambah pendapatan keluarga, sehingga
semakin banyak ibu yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan setelah
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
habis cuti bersalin dan semakin meningkat daya beli ibu-ibu untuk susu formula. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.
5.5 Hubungan Antara Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif