1. Pemeriksaan Payudara
Dalam masa kehamilan payudara ibu perlu diperiksa sebagai persiapan menyusui untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui.
Penemuan adanya kelainan payudara di tingkat dini diharapkan dapat diperiksa agar ketika menyusui nanti bisa lancar. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama
ibu ketika memeriksa kehamilannya Depkes, 2005. Pemeriksaan dilakukan dengan 2 dua cara Perinasia, 2004 :
1.1. Inspeksi a. Payudara
Ukuran dan bentuk payudara tak seperti yang diduga masyarakat awam, ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan,
seperti pembesaran, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi. Warna kulit payudara pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatikan ialah
adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit.
b. Aerola
Ukuran dan bentuk pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan serta bersifat simetris. Permukaan dapat licin atau berkerut, warna pigmentasi yang
meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit pada aerola lebih gelap dibanding sebelum hamil.
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
c. Puting susu
Ukuran dan bentuk bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Permukaan pada umumnya tidak beraturan, adanya luka dan sisik merupakan ada suatu kelainan, warna sama
dengan aerola karena mempunyai pigmen yang sama Perinasia, 2004.
1.2. Palpasi
a. Konsistensi payudara dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal. b. Masa tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari masa, setiap masa
harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri masa yang teraba harus dievaluasi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya diperluas sampai ke daerah ketiak.
c. Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui Perinasia, 2004.
2. Pemantauan Berat Badan
Pada masa hamil terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI karena
pengaruh hormon yang dibuat placenta yaitu laktogen, prolaktin kariogonadotropin, estrogen dan progesterone. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambahnya pembuluh darah.
Laju pertambahan berat badan selama hamil merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat badan itu sendiri. Karena itu, sebaiknya kita menentukan patokan
besaran partambahan berat sampai kehamilan berakhir sekaligus memantau prosesnya, dan kemudian mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat KMS Ibu Hamil. Selama trimester I,
kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg 350-400 gmg, sementara trimester II III sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu Arisman, 2004.
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
3. Pemberian KIE Komunikasi, Informasi, Edukasi
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Untuk itu, ibu hamil
sebaiknya diberikan pengertian dan bimbingan melalui pemberian KIE Perinasia, 2004. Salah satu penyebab menurunnya pemberian ASI adalah faktor kurangnya petugas
kesehatan memberikan penerangan atau dorongan tentang manfaat dan keunggulan ASI dan bahaya susu botol kepada masyarakat Soetjiningsih, 1997.
B. Periode Segera Setelah Bayi Lahir
Setelah persalinan, dengan terlepasnya plasenta, kadar estrogen dan progesterone menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tidak ada hambatan oleh estrogen maka
terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI.
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan peka
terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah. Refleks hisap bayi paling kuat adalah jam-jam pertama setelah lahir, setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi
lahir segera mungkin berikan ASI dalam waktu 30 menit setelah kelahiran. Dalam hal ini seorang ibu membutuhkan bantuan orang lain agar ibu dan bayi sedini mungkin kontak langsung dan
memberikan rasa aman dan kehangatan Depkes, 2002. Hasil penelitian WHO, ASI satu jam pertama setelah lahir hanya 8, ASI 1 hari pertama
setelah lahir 53, dan ASI Eksklusif rata-rata 1,7 bulan Murbari, 1997.
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
C. Masa Pasca Persalinan
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, misalnya cara menaruh bayi
pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan keadaan ibu yang lebih peka dalam emosi terlebih pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk itu,
seorang ibu butuh seseorang yang dapat membantunya membimbing, merawat bayi termasuk dalam menyusui seperti petugas kesehatan, kelompok ibu-ibu pendukung ASI, suami, keluarga atau
kerabat lain Soetjiningsih, 1997. Uraian kegiatan pada fase ini adalah pelaksanaan rawat gabung dan pemberian komunikasi,
informasi dan edukasi tentang :
1. Rawat Gabung
Agar terbentuk hubungan erat bounding antara ibu dan bayi, maka segera setelah lahir bayi harus kontak kembali dengan ibu. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan
bayi baru lahir tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh Soetjiningsih, 1997.
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi adalah sebagai berikut : 1. Ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya dan menyusui setiap saat kapan saja bayi
menginginkannya. 2. Bila ibu dekat dengan bayi, maka bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih sering sehingga
bayi mendapat nutrisi alami yang paling baik. 3. Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat akibat sentuhan
badannya antara ibu dan bayi.
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
4. Dengan rawat gabung ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna yaitu mampu menyusui serta merawat bayinya sepulang dari rumah sakit.
5. Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. 6. Ibu dapat mengamati bayinya sendiri dalam satu ruangan Soetjiningsih, 1997.
2. Cara Menyusui yang Baik dan Benar
1. Posisi dan perlekatan menyusui 2. Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu Perinasia, 2004.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibupayudara Perinasia, 2004. 1. Ibu duduk atau berbaring, bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu kepala bayi tdak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan.
2. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu. 3. Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala menghadap payudara.
4. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan
menekan puting susu. d. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
puting susu dimasukkan kemulut bayi Depkes, 2005
Sri Juliani : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Binjai Estate Tahun 2009, 2009.
2.3. Perilaku Ibu Menyusui