2.1.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Salah satu keterbatasan dari analisis rasio keuangan adalah adanya kemungkinan timbulnya multikolinearitas, yang terjadi diantara rasio tersebut
dan antar periode analisis Gujarati, 1999 dalam Itan dan Syahroza 2003. Walaupun rasio keuangan telah dikelompokkan dalam kategori tertentu, masih
mungkin dipertanyakan hubungan diantara rasio tersebut Bird and McHugh, 1977 ; Horrigan, 1965 dalam Itan dan Syahroza 2003.
Dalam memberikan informasi yang memadai, hanya diperlukan sebagian rasio keuangan. Namun pemilihan rasio keuangan tersebut harus dilakukan
secara hati-hati Horrigan, 1965 dalam Itan dan Syahroza 2003. Pemilihan rasio keuangan yang memiliki informasi yang lengkap tidak dapat dilakukan
hanya dengan logika biasa, tetapi harus dilakukan berdasarkan bukti empirik dimana hubungannya ditunjukkan oleh criteria statistic Barnes, 1987 dalam Itan
dan Syahroza 2003. Kutipan-kutipan tersebut memberikan penjelasan mengenai keterbatasan analisis rasio keuangan dan penggunaannya dalam
penelitian.
2.1.5. Hubungan Rasio Keuangan dengan Return Saham
Return saham adalah hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto 2000 membedakan return
saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi realized return dan return
ekspektasian expected return. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang, sedangkan return ekspektasian merupakan return yang diharapkan terjadi dimasa
mendatang dan bersifat tidak pasti. Komposisi perhitungan return saham terdiri dari capital gain loss atau
deviden. Capital gain loss merupakan selisih labarugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah
dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Deviden merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada periode tertentu sesuai dengan keputusan
manajemen. Deviden atau yield bisa berupa angka nol 0 dan positif +. Pembentukan portofolio berangkat dari usaha diversifikasi investasi guna
mengurangi resiko. Bukti menunjukkan bahwa semakin banyak jenis sekuritas yang dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka resiko kerugian saham
yang satu dapat dinetralisir oleh keuntungan yang diperoleh dari saham lainnya. Selanjutnya dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko
investasi yang terdiri dari 2 komponen yaitu : 1 resiko tidak sistematis unsystemic risk
dan 2 resiko sistematis systemic risk Jogiyanto, 2000 Dalam pasar modal yang efisien, dana akan teralokasikan dengan tepat
sehingga produktifitasnya tinggi. Penawar tertinggilah yang akan berhasil mendapatkan sumber daya yang tersedia. Harga saham tidaklah dapat
dikendalikan sendiri oleh pembeli atau penjual. Sebagian besar perdagangan saham tidak cukup kuat untuk mempengaruhi harga saham. Dalam prakteknya
dapat kita amati bahwa harga saham sangat rentan dengan informasi yang
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
berkembang, baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Informasi tersebut berasal dari faktor fundamental perusahaan,
faktor teknis dan lingkungan sosial ekonomi. Faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham ialah faktor fundamental seperti penjualan,
pertumbuhan penjualan dan sebagainya. Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa apabila kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
meningkat dan cukup baik, maka harga sahamnya akan meningkat dan beriringan pula dengan keuntungan yang terjadi yaitu return saham rate of stock return.
Laporan keuangan diupayakan bertujuan memiliki cakupan yang luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan
umum dari berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok tertentu saja. Setelah menetapkan tujuan sosial yang luas yang
merupakan tujuan menyeluruh dari pelaporan keuangan, pelaporan keuangan juga harus menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menaksir arus kas di
masa yang akan datang Jogiyanto, 1998. Dari laporan keuangan yang diterbitkan setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan, yang berguna
untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama
jangka waktu tertentu. Hal ini akan membantu bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya yang potensial, dalam menilai ketidakpastian penerimaan dari
dividen dan bunga dimasa yang akan datang Jogiyanto, 1998. Dengan kata lain,
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
tujuan ini mengasumsikan bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan resiko dari investasi yang dilakukan Husnan, 2001.
Selain itu, dari rasio keuangan yang diperoleh akan dapat dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun para investor untuk
melakukan tindakan, setelah menilai kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian terhadap nilai saham perusahaan.
Sebagai contoh adalah ROA, jika diperoleh ROA yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif, hal ini akan
merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai saham perusahaan yang bersangkutan, dan karena nilainya meningkat, maka saham
perusahaan tersebut akan diminati oleh banyak investor, yang akibatnya akan meningkatkan return atas investasi yang dilakukan oleh investor. Semakin tinggi
rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin
tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat kembalian akan semakin besar Ang, 1997. Hal ini juga akan berdampak
bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang akan digunakan, antara lain adalah current
ratio CR untuk mewakili rasio likuiditas ; debt to equity ratio DER dan
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
leverage ratio LEV untuk mewakili rasio solvabilitas ; net profit margin
NPM, return on assets ROA, return on equity ROE dan earning per share EPS untuk mewakili rasio profitabilitas ; kemudian total assets turnover
TATO sebagai wakil rasio aktivitas sedangkan price to earnings ratio PER dan price to book value PBV untuk mewakili rasio pasar penilaian.
Kecenderungan dari literatur yang ada menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai rasio likuiditas yang tinggi juga lebih cenderung mempunyai
asset yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai
pasarnya menjual efek. Perusahaan dengan posisi tersebut seringkali tidak terganggu likuiditasnya sehingga investor lebih menyukai untuk membeli saham-
saham perusahaan dengan nilai rasio likuiditas yang rendah sehingga return saham yang diperoleh tinggi Helfert, 2000. Hal yang senada juga diungkapkan
Weston dan Brigham 1994 : 168, yakni pemilikan yang lebih besar akan menaikkan aktiva lancar tanpa kenaikan hasil pengembalian return yang
proporsional, malah tingkat hasil pengembalian investasi jadi turun. Dari sudut solvabilitas dan profitabilitas yang diungkap oleh Suhairy 2006 menyatakan
bahwa rasio solvabiltas dan profitabilitas yang diwakili oleh DER dan ROA memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Namun Harahap
2006 berpendapat bahwa DER yang merupakan proksi rasio solvabilitas tidak berpengaruh terhadap return saham. Ang 1997 : 18.34 - 18.35 dalam literatur
yang dipublikasikannya menyatakan bahwa debt ratio atau lazim disebut sebagai leverage ratio
digunakan untuk mengukur tingkat leverage penggunaan hutang terhadap total assets yang dimiliki perusahaan. Pengukuran rasio ini dilakukan
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
dengan cara membandingkan total debts terhadap total assets. Debt ratio mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat
hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan
kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat kembalian yang semakin tinggi. Dari sudut rasio profitabilitas menyatakan bahwa investor juga
akan menyukai perusahaan yang memiliki rasio NPM yang tinggi karena perusahaan yang memiliki rasio NPM yang tinggi mampu menghasilkan tingkat
keuntungan lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki rasio NPM rendah, sehingga pengaruh rasio NPM terhadap return saham adalah positif
Helfert, 2000. Kemudian Helfert 2000 mengatakan bahwa para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat
keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. Fokus pada profitabilitas, dikarenakan pada posisi
tersebut perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidupnya going concern. Suatu perusahaan haruslah selalu berada dalam keadaan menguntungkan
profitable . Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk
menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan, karena didasari
betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Penelitian dalam mencari hubungan antara rasio profitabilitas dengan return saham sudah banyak
dilakukan, proksi yang sering digunakan pada rasio profitabilitas dalam memprediksi hubungannya dengan return saham diantaranya ROI, ROA, dan
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
ROE, seperti pada penelitian Suhairy 2006 yang menggunakan ROA dan ROE dalam hubungannya terhadap return saham. Kemudian Octora dkk 2003
menggunakan ROI, ROA dan ROE dalam meneliti kaitannya terhadap return saham. Pada rasio aktivitas yang dalam hal ini diwakili oleh total assets turnover
TATO belum banyak peneliti yang memakai rasio ini sebagai bagian dalam penelitiannya dalam melihat pengaruh yang diberikan pada return saham, tetapi
untuk rasio pasar penilaian seperti yang dinyatakan oleh Gani 2002 bahwa PER dan PBV memberikan pengaruh yang signifikan baik secara parsial dan
simultan terhadap return saham sebelum krisis keuangan terjadi. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Suhairy 2006 yang berjudul “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Leverage Terhadap Return Saham”.
Suhairy 2006 mengemukakan variabel fundamental ROA, ROE dan DER terhadap Return
Saham, dimana dari hasil penelitiannya ternyata hanya ROA dan DER yang berpengaruh terhadap return saham, sedangkan ROE tidak berpengaruh. Dari hasil
penelitian tersebut diperoleh petunjuk bahwa orientasi pemodal sudah beralih dari dividend oriented
kepada capital gain oriented. Di samping itu juga dinyatakan bahwa pergerakan harga saham juga dipengaruhi oleh aspek psikologi pasar,
ketidakstabilan emosi para pemodal juga menyebabkan reaksi pasar sehingga mempengaruhi harga saham.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham terdapat pada Tabel 2.1 berikut :
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
Tabel 2.1 : Penelitian-Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel penelitian
Hasil dari Penelitian
1. Hapcin Suhairy
2006 Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Leverage
Terhadap Return Saham
ROA , ROE
DER dan Return
Saham ROA
DER Berpengaruh Terhadap Return Saham,
Sedangkan ROE tidak berpengaruh
terhadap return saham
2. Miranda Octora,Yuliana
Salim, Tio Anastasia
2003 Analisa Pengaruh
Penilaian Kinerja Dengan Konsep
Konvensional dan Konsep Value
Based Terhadap Rate Of Return
Rate of Return ,
ROI , ROE,
ROA , EVA
Economic Value Added
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara konsep penilaian konvensional
ROI, ROE, ROA dan konsep penilaian value based EVA
terhadap tingkat pengembalian investasi ROR.
3. Agustina M.V
Norpratiwi 2007
Analisis Korelasi Investment
Opportunity Set Terhadap Return
Saham Pada Saat Pelaporan
Keuangan Perusahaan
IOS dan Return Saham
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan antara rasio proksi IOS dengan return saham.
4. Nina Daniati
Suhairi 2006
Pengaruh Kandungan Informasi Komponem
Arus Kas, Laba Kotor Dan Size Perusahaan
Terhadap Expected Return Saham.
Pada Industri Textile Dan Automotive Yang
Terdafar di BEJ
Arus kas dari aktifitas operasi,
pendanaan, investasi, Laba
Kotor, Size Perusahaan,
Expected Return
Saham Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa informasi arus kas dari aktifitas operasi, pendanaan serta
investasi dan informasi laba kotor serta size perusahaan
secara signifikan berpengaruh terhadap expected return saham.
5. Utami Santoso 1998
Pengaruh Informasi Penghasilan
Perusahaan terhadap Harga Saham
ROE , DPR,
BETA , PBV dan
Return Saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE, DPR, BETA dan
PBV tidak signifikan
mempengaruhi return saham 6. Teguh
Prasetyo 2000
Analisa Rasio Keuangan dan Nilai
Kapitalisasi Pasar sebagai Prediksi
Harga Saham
ROA , DPR,
BVS , BETA
Return Saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan ROA,
DPR , BVS dan BETA
berpengaruh terhadap return saham
Taufik Hidayat : Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS