Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
YOHANA GEVITA S 090503266
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di baawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH MANAJEMEN MODAL
KERJA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis
saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanki sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 20 Desember 2012
Yang membuat pernyataan,
NIM : 090503266
(3)
ii ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aggressive investing
variable (CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA) secara empiris terhadap Return On Asset (ROA).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasual dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode
2008-2011.Pemilihan sempel dilakukan dengan metode purposive sampling dan
terdapat 20 perusahaan sebagai sempel.
Penelitian ini menganalisis hubungan antara aggressive investing variable (CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA) secara empiris terhadap Return On Asset (ROA). Metode statistic yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial aggressive investing variable (CA/TA) memiliki pengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA), dan secara parsial aggressive financing variable (CA/TA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kata Kunci :Aggressive Investing Variable, Aggressive Financing Variable, Return On Asset (ROA)
(4)
iii ABSTRACT
The purpose of this research is to empirically study the effect of aggressive investing variable (CA/TA) and aggressive financing variable (CL/TA) on Return On Asset.
This research is classified as casual research and replication of former researches. Population of this research are manufacture firms on BEI during the period of 2008-2011. The samples are obtained by using purposive sampling method and 20 companies selected as the sample of the research.
The statistic method being used is simple linear regression with the model being tasted previously in classic assumptions. The result indicates that partially aggressive investing variable (CA/TA) positively influenced Return On Asset (ROA) and partially aggressive financing variable (CL/TA) has no significantly influenced Return On Asset (ROA) of manufacture firms on BEI.
Key Word : Aggressive Investing Variable, Aggressive Financing Variable, Return On Asset (ROA)
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
segala berkat dan tuntunanNya yang tiada berkesudahan yang tetap memberikan
kekuatan kepada saya untuk mengerjakan skripsi yang berjudul “ PENGARUH
MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA” guna memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak DR. Syarifuddin Ginting Sugihen, Mafis., selaku Ketua Departemen
dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM., Ak., selaku Sekertaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan kepada Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris
(6)
v
4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak., selaku pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dari awal hingga
selesainya skripsi ini.
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, SE., M.Si., Ak., selaku pembaca yang telah
membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Kedua Orangtua penulis, Drs. Ganda Simanjuntak dan Ernita Kartini br.
Marpaung serta kakak dan adik saya Hotmauli Citra Elizabeth Simanjuntak
dan Samuel Morales Pandapotan Simanjuntak. Terima kasih atas semua kasih
sayang yang tulus, doa serta semangat yang diberikan kepada penulis selama
ini, khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan Boy Clinton Sihombing
yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi hidup saya.
7. Keluarga serta teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas segala saran dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak tersdapat
kekurangan.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi in dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 20 Desember 2012 Penulis,
NIM: 090503266
(7)
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.1 Pengertian Manajemen ... 7
2.1.2 Pengertian Modal ... 8
2.1.3 Pengertian Modal Kerja ... 9
2.1.4 Berbagai Kebijaksanaan Modal Kerja ... 13
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja .. 17
2.1.6 Sumber Modal Kerja ... 19
2.1.7 Manajemen Modal Kerja ... 22
2.1.8 Kinerja Perusahaan ... 24
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 28
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 28
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Populasi dan Jenis Penelitian ... 31
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.6 Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 43
4.1 Data Penelitian ... 43
4.2 Analisis Data ... 45
4.2.1 Metode Analisis Deskriptif ... 45
4.2.2 Analisis Uji Klasik ... 46
4.2.3 Metode Analisis Regresi Berganda ... 54
(8)
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 60
5.3 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(9)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Manufaktur ... 33
Tabel 4.1 Sampel Perusahaan Manufaktur ... 44
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif... 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi ... 47
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi... 48
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokolerasi ... 53
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 54
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 55
Tabel 4.9 Hasil UJi Signifikasi Simultan (Uji- F) ... 56
(10)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29
Gambar 4.1 Histogram ... 49
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 50
(11)
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Daftar Variabel Penelitian Sebelum Ditransformasi 2008 – 2011
LAMPIRAN II Daftar Variabel Penelitian Setelah Ditransformasi 2008 – 2011 LAMPIRAN III Hasil Pengelolaan Data Dengan SPSS 18.0
(12)
ii ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aggressive investing
variable (CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA) secara empiris terhadap Return On Asset (ROA).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasual dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode
2008-2011.Pemilihan sempel dilakukan dengan metode purposive sampling dan
terdapat 20 perusahaan sebagai sempel.
Penelitian ini menganalisis hubungan antara aggressive investing variable (CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA) secara empiris terhadap Return On Asset (ROA). Metode statistic yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial aggressive investing variable (CA/TA) memiliki pengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA), dan secara parsial aggressive financing variable (CA/TA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kata Kunci :Aggressive Investing Variable, Aggressive Financing Variable, Return On Asset (ROA)
(13)
iii ABSTRACT
The purpose of this research is to empirically study the effect of aggressive investing variable (CA/TA) and aggressive financing variable (CL/TA) on Return On Asset.
This research is classified as casual research and replication of former researches. Population of this research are manufacture firms on BEI during the period of 2008-2011. The samples are obtained by using purposive sampling method and 20 companies selected as the sample of the research.
The statistic method being used is simple linear regression with the model being tasted previously in classic assumptions. The result indicates that partially aggressive investing variable (CA/TA) positively influenced Return On Asset (ROA) and partially aggressive financing variable (CL/TA) has no significantly influenced Return On Asset (ROA) of manufacture firms on BEI.
Key Word : Aggressive Investing Variable, Aggressive Financing Variable, Return On Asset (ROA)
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan salah satu sarana ekonomi yang dikelola secara
bersama-sama untuk memperoleh laba yang optimal dan memaksimalkan nilai
(value) nya.Hal ini dilakukan demi menjaga serta mengembangkan kelangsungan hidupnya. Perusahaan yang baik dan berhasil adalah perusahaan yang memiliki
manajemen yang mampu melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan
datang, baik jangka pendek (short term), maupun jangka panjang (long term) agar tujuan perusahaan tercapai.
Dalam suatu perusahaan dibutuhkan dana untuk melangsungkan kegiatan
operasional disebut modal kerja. Modal kerja menurut Riyanto (2001: 57) adalah
dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan
sehari-hari. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari di mana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapka n
akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek
melalui hasil penjualan produksi. Modal kerja yang berasal dari penjualan produk
tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional
selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periode di dalam
perusahaan.Modal kerja tersebut akan berputar terus selama perusahan tersebut
(15)
2
perusahaan tersebut di likuidasi atau dibubarkan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan cara mengelola modal kerja dengan baik,untuk melancarkan
operasional perusahaan.
Modal kerja merupakan investasi perusahan pada aktiva jangka pendek,
seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan
persediaan.Perusahan secara umum harus mempertahankan aktiva lancar yang
lebih besar dibandingkan jumlah hutang lancar, sehingga perputaran modal kerja
dapat meningkat.Modal kerja dalam perusahaan perlu ditelaah karena modal kerja
penting bagi setiap perusahan. Hal ini dikarenakan beberapa alasan :
1. Tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional
sehari-hari.
2. Sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja
perusahaan.
3. Aktiva lancar dari perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki
jumlah yang cukup besar dari total aktiva perusahaan.
Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau
pimpinan perusahaan.Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal
kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif dimasa
mendatang. Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar
dapat menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Selain
manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal
kerja suatu perusahaan. Dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh
(16)
3
Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk
mengetahui jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan
tersebut.Manajemen modal kerja merupakan suatu pengelolahan investasi dalam
asset jangka pendek.Artinya bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar
suatu perusahaan.Manajemen modal kerja melibatkan sebagian besar jumlah asset
perusahaan.Bahkan terkadang bagi perusahaan tertentu jumlah aktiva lancar lebih
dari setengah jumlah investasinya tertanam di dalam perusahaan(Kasmir, 2008:
88).
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Esra dan
Apriweni, 2002). Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja
adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar
sehingga tingkat pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari
biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut,
meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk
membiayai aktiva dan pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar.
Setiap perusahaan tentunya menginginkan manajemen modal kerja yang
baik dan berkualitas. Manajemen modal kerja yang bermutu akan berpengaruh
terhadap pencapain perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dimasa yang
akan datang.Dalam hal ini manajemen modal kerja memegang peran penting
dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Menurut Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah “hasil
(17)
4
menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005: 1)
yang mengemukakan kinerja adalah “tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan
tugas tertentu.Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan”.Kinerja menyangkut tiga komponen penting,
yaitu: tujuan, ukuran, dan penilian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi
merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja.Kinerja tergantung pada
kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh.
Penelitian ini akan mengambil objek perusahaan yang bergerak dalam
bidang manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur di BEI
meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor aneka
industri barang konsumsi.Peneliti memilih perusahaan manufaktur yang ada di
BEI karena perusahaan telah mencapai skala usaha tertentu atau relative cukup
besar yang menyangkut perputaran uang lebih dari ratusan miliar rupiah.Hal ini
dapat dibuktikan misalnya kapasitas produksi, aktualisasi pesanan yang diterima,
jumlah asset, nilai penjualan konkret, dan lain-lain.Ada banyak perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI, maka untuk memperkecil ruang lingkup
penelitian ini, peneliti mennggunakan metode purposive sampling dalam
menentukan sampel penelitian.
Berdasarkan latar belakang perusahaan manufaktur di atas, penulis
terdorong untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenaimanajemen modal
(18)
5
BEI. Penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Tehadap Kinerja Perusahaan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
“Apakah pengaruh manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan tambahan pengetahuan dari
bidang dan hasil penelitian.
2. Bagi perusahaan, menambah pengetahuan pihak manajemen
perusahaan besarnya pengaruh manajemen modal kerja terhadap
(19)
6
manajemen dalam mengelolah modal kerja untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.
3. Bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya, sebagai bahan referensi
dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya,
dan diharapkan dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan
dibidang keuangan khususnya menyangkut tentang modal kerja
(20)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, manajemen merupakan
“penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, atau
pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan
organisasi”. Hal tersebut sesuai dengan pengertian manajemen menurut
Lewis(2004:5) yaitu : “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization”. Dengan kata lainmanajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Richard L. Daft (2002: 8) manajemen adalah “pencapaian
sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui
perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber
daya organisasi.
Sedangkan menurut Mulayu S.P Hasibuan (2000: 2) mendefinisikan
manajemen adalah “ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
(21)
8
Dari definisi di atas dapat disimpulkan manajemen adalah seni dan
proses. Manajemen dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa
hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribadi. Sedangkan
manajemen dikatakan sebagai suatu proses karena ada cara sistematis
untuk melakukan pekerjaan atau karena manajemen tanpa memperdulikan
kecakapan atau keterampilan khusus mereka. Harus melaksanakan
kegiatan tertentu yang saling bersangkutan untuk tujuan yang mereka
inginkan.
2.1.2 Pengertian Modal
Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan
aktifitasnya.Modal merupakan faktor yang sanga penting dalam
perusahaan.Terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu perusahaan dagang,
perusahaan jasa, dan perusahaan manufaktur.Perusahaan memiiliki
kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang
dijalankan.Pengertian modal menurut Brigham (2006:62) “modal ialah
jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa,
atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan
bunga”.Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9)
“modal adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban”.
(22)
9
2.1.3 Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi
perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari
perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan
kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas
perusahaan tersebut yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya.
Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan
kurang mengetahui pengertian modal kerja dan fungsinya dalam suatu
perusahaan, dimana modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli
aktiva tetap sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. Untuk
menghindari hal yang demikian, maka perlu diketahui pengertian modal
kerja.
Pengertian modal kerja atau working capitalmenurut Djarwanto
(2001: 85) adalah “berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan
selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapat untuk periode akuntansi yang bersangkutan”.Menurut Sundjaja
dan Barlian (2002: 155) modal kerja adalah “kas/bank, surat-surat berharga
yang mudah diuangkan (seperti cek, deposito, dan giro), piutang dagang dan
persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka
waktu operasi normal perusahaan”.Sedangkan menurut Munawir (2004:
115) modal kerja adalah “kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan
(23)
10
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas,
sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk mengetahui
kegiatan operasi perusahaan.
Menurut Riyanto (2001: 57) mengenai pengertian modal kerja dapat
dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu:
a. Konsep Kuantitatif b. Konsep Kualitatif c. Konsep Fungsional
Penjelasan dari ketiga konsep modal kerja diatas adalah sebagai
berikut:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya
yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja
menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto
(gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa
konsep tersebut hanya menunjukan jumlah dari modal kerja yang
digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi sehari-hari yang
(24)
11
kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang atau hutang
jangka pendek.
Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan.
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan
besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera
dibayar.Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar harus
disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus
dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya.Oleh
karena itu, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar diatas hutanag lancar.Modal kerja ini sering
disebut modal kerja neto (net working capital).Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek).
3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
(25)
12
sebagian dana yang dalam satu periode akuntansi tertentu yang
menghasilkan pendapatan pada periode tertentu. Sementara itu, ada pula
dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada
periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan,
mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebutnya
future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan
maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.
Pengendalian modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas
operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja
terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi
kebutuhan, sehingga terjadilah idle fund. Padahal dana itu sendiri
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan
laba. Tetapi bila mana modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka
perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti
membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai, dan upah buruh ataupun
kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi.
Dengan demikian kebaikan dan keburukan modal kerja dalam
perusahaan dapat dilihat sebagai berikut :
a. kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun
sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan,
b. menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan
(26)
13
c. kalau modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan
mengalami kerugian dalam membayar bunga.
Tetapi bilamana modal cukup, akan dapat memberikan
keuntungan-keuntungan bagi perusahaan sebagai berikut :
a. melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi
modal kerja yang diperluka n,
b. merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana
keuangan di dalam jangka pendek,
c. menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang
menyeluruh,
d. membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan
jatuh tempo,
e. memperoleh kredit sebagai sumber dana guna memperbesar
pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva lancar,
f. memberikan pedoma yang baik sehingga tidak dapat keraguan
manajemen guna memperoleh efisiensi yang baik.
2.1.4 Berbagai Kebijaksanaan Modal Kerja
Pada dasarnya kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti bahwa
modal kerja dapat dengan mudah diperbesarataupun diperkecil, sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak
(27)
14
konjungtur perekonomian sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan akan
modal kerja yang dioperasikan.
Disamping itu masing-masing perusahaan memiliki tipe modal kerja
sendiri-sendiri sesuai dengan bidang usaha maupun levelnya
masing-masing.Tipe modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi, misalnya memiliki
sifat musiman atau konstan setiap saat. Bagi perusahaan yang memiliki
musiman penjualan, dengan sendirinya akan membutuhkan modal kerja
relatif lebih besar dari masa tidak musim. Sehingga karena tipe-tipe tersebut
juga mengakibatkan penentuan sumber-sumber dana yang akan
dipergunakan atau yang akan dioperasikan.
Menurut Riyanto (2001: 61), pada umumnya tipe modal kerja
digolongkan sebagai berikut :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain
modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha. Modal kerja ini terdiri dari:
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjaga kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)yaitu modal
kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses
(28)
15
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel adalah yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari :
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-uubah disebabkan oleh fluktuasi
musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya beruba-ubah disebabkan oleh fluktuasi
konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya.
Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri, hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan
dipilih haruslah didasarkan pada pertimbangan mengenai laba dan resiko.
Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal
yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan
dapat ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna
menutup kebutuhan modal kerja. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan
prinsip-prinsip pembelanjaan yaitu:
a. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat
dipakai untuk modal kerja atau investasi (Aggressive Investing Variable ; CA / TA),
(29)
16
b. modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat
digunakan untuk membiayai modal kerja(Aggressive Financing
Variable ; CL / TA).
Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek
digunakan untuk membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan
karena di samping bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan
pinjaman ternyata investasi belum menghasilkan. Untuk menentukan berapa
jumlah modal yang dibutuhkan dalam pinjaman jangka panjang, atau jangka
pendek, maka terlebih dahulu dihitung jangka-jangka waktu krisisnya.
Schall dan Haley dalam bukunya Introduction to Financial
Management (1997) menyatakan : “finance short term needs with short term sources finance long term needs with long term sources.”Dengan demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan
modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik
bagi perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.
Di samping itu kebutuhan modal kerja yang permanendapat juga dibiayai
dengan penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi
dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang
jangka panjang tersebut dan beban bunga yang harus dibayar oleh
perusahaan.Sedangkan modal kerja variabel dapat dibiayai dengan hutang
(30)
17
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi
suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja
yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut (Munawir, 2007: 117) :
a. Sifat atau jenis perusahaan
Kebutuhan modal kerja tergantung kepada jenis dan sifat dari usaha
yang dijalakan oleh suatu perusahaan.Modal kerja dari perusahaan
jasa relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan industri,
karena untuk jasa tidak memerlukan investasi yang sangat besar
dalam kas, piutang maupun persediaan.Kebutuhan tunai untuk
membiayai pegawai maupun unutk membiayai operasinya dapat
dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan pada saat
itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih dalam jangka waktu
yang relatif pendek.
b. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung
dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang
yang akan dijual. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk
memproduksi suatu barang, maka jumlah modal kerja yang
(31)
18 c. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan
mempengaruhi basar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian
yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang
harus ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya. Disamping itu
modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan. Semakin lunak
kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada
langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus
ditanamkan dalam piutang.
d. Tingkat perputaran persediaan
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal
kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan
semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang
tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan
persediaan yang efiisien. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan
karena penurunan harrga atau perubahan selera konsumen,
disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan
pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
e. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penahigan
piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti
(32)
19
mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan
pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat
sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan,
maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang.
f. Volume penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan
operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.Jika tingkat
penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi,
sebaliknya bila penjualan rendah dibuthkan modal kerja yang
rendah.
g. Faktor musim dan siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan
siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah
modal kerja yang relatif pendek.Modal kerja yang ditanamkan
dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat
dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.
2.1.6 Sumber Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh
pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah
modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik
(33)
20
semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan akan
semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping dari
investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen
dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang
lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh
tempo dari hutang jangka panjang ini, disamping itu juga harus
mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Djarwanto (2004: 96) mengemukakan bahwa pada umumnya modal
kerja suatu perusahaan berasal dari bebagai sumber, yaitu :
a. Hasil operasi perusahaan
Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan
dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi
perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha
perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik
perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal kerja
perusahaan yang bersangkutan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek)
Surat-surat berharga merupakan salahs atu elemen aktiva lancar
yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu
(34)
21
diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu
sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi
kerugian maka modal kerja akan berkurang.
c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak
lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak
lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang yang
menyebabkan bertambahnya modal kerja.
d. Penjualan saham atau obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta
kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau
dengan menerbitkan obligasi.
e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lain
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa
perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya,
terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk
membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan
(35)
22 f. Kredit dari supplier
Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan
supplier.Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara
kredit.Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual
barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang
harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang
kecil.
2.1.7 Manajemen Modal Kerja
Dewasa ini pengolahan modal kerja suatu perusahaan sudah meliputi
berbagai fungsi yang tidak sekedar atau terbatas pada pengelolaan investasi
perusahaan dalam bentuk aktiva lancar. Menurut Erlina (2008), terdapat dua
masalah pokok dalam working capital management dari suatu perusahaan, yaitu:
a. Pengelolaan investasi perusahaan yang berupa aktiva
lancar(Aggressive Investing Variable ; CA / TA).
b. Pengelolaan penggunaan hutang lancar atau hutang jangka pendek
perusahaan(Aggressive Financing Variable ; CL / TA).
Manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat
mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan maka kemungkinan
perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo). Aktiva lancar harus cukup
(36)
23
besar untuk dapat menutup hutang lancar sehingga menggambarkan tingkat
keamanan (margin of safety)yang memuaskan.
Menurut Weston dan Copeland (1999: 327) manajemen modal kerja
adalah “semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar”.
Sedangkan Esra dan Apriweni (2002) mendefinisikan bahwa manajemen
modal kerja adalah “kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas
aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan yang terdapat dalam
perusahaan agar mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian utama dalam
manajemen modal kerja adalah pada manajemen aktiva lancar perusahaan,
yaitu kas, sekuritas, piutang dan persediaan serta pendanaan (terutama
kewajiban lancar) yang diperlukan untuk mendukung aktiva lancar.
Martono dan Harjito (2004: 74) mengemukakan beberapa alasan yang
mendasari pentingnya manajemen modal kerja, yaitu :
a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun
perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibandingkan
dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.
b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber
utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses
pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.
c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu
yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
(37)
24
d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat
risiko, laba, dan harga saham perusahaan.
e. Adanya hunungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan
kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar.
Menurut Sawir (2005: 132) adapun sasaran yang ingin dicapai dari
manajemen modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar
sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau
lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai
aktiva-aktiva lancar tersebut.
b. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan
untuk membiayai aktiva lancar.
c. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan
ketersediaan kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.
Sasaran tersebut mengidikasikan bahwa modal kerja perusahaan harus
cukup jumlahnya, dalam arti harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Tersedianya modal yang
cukup akan menguntungkan bagi perushaaan untuk beroperasi secara
ekonomis atau efisien dan perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan
keuangan.
2.1.8 Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
(38)
25
ditetapkan.Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat
diukur dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai
ukuran yang telah disepakati.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:18) pengertian kinerja
perusahaan terkait dengan tujuan laporan keuangan, yaitu :“Penghasilan
bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar
bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investement) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan
beban.Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya
juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan
pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan
keuangannya.” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002:17).Pengertian kinerja
lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005: 1) yang
mengemukakan kinerja adalah “tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan
tugas tertentu.Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam
rangka mewujudkan tujuan perusahaan”. Kinerja menyangkut tiga
komponen penting, yaitu: tujuan, ukuran, dan penilian. Penentuan tujuan
dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan
kinerja.Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang diperoleh.Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil
(39)
26
penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode
waktu tertentu (Timpe, 1993: 7).
Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period. Performance on the job as a whole would be equal to the sum (or average) of performace on the critical or essential job functions. The functions have to do with the work which is performed and not with the characteristic of the person performing (Williams, 1998:88).
Menurut Howkins (The Oxford Paperback,1979: 94), mengemukakan
pengertian kinerja sebagai berikut : “Performance is : (1) the process or manner of performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or other entertainment.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan
adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan
perusahaan.
Pada umumnya kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen perusahaan.Untuk menilai kinerja
perusahaan maka dilakukan analisis probitabilitas.
Menurut Kartadinata, pada dasarnya probitabilitas dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Perbandingan laba terhadap penjualan
(40)
27
Perbandingan laba terhadap penjualan dikenal dengan profit on sales,
sedangkan perbandingan laba terhadap aktiva dikenal dengan return on
asset (ROA).
Return on assets(ROA)menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio
ini, akan dapat diketahui apakah kinerja perusahaan efisien dalam
memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini
juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
2.2.1 Edward Hartawan (2005)
Dengan judul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap
Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, dengan data
penelitian tersebut adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI dari
tahun 2005-2007. Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa CA tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA perusahaan manufaktur
di BEI sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun current asset
merupakan salah satu faktor bagi investor didalam membuat keputusan
investasinya namun pengaruhnya terhadap ROA tidak terlalu terpengaruh,
(41)
28
hanya sebesar 6,3% yang artinya apabila terjadi perubahan variabel CA
sebesar 1% hanya akan menaikan ROA sebesar 0,63 atau 6,3%.
2.2.2 Melvatanti D Pardosi (2010)
Dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan
Return Spread Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya Yang Terdaftar di BEI”. Hasil dari penelitian ini adalah
perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas
ekonomis, Return Spread tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas, dan secara simultan perputaran modal kerja dan perputaran aktiva
operasi memiliki pengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan otomotif
dan komponennya yang terdaftar di BEI.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel dependen
dan variabel independen.Kerangka konseptual merupakan sintesa atau
(42)
29
keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk
memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.
Menurut Weston dan Copeland (1999: 327) manajemen modal kerja
adalah semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar. Menurut
Erlina (2002), terdapat dua masalah pokok dalam working capital
management dari suatu perusahaan, yaitu:
a. Pengelolaan investasi perusahaan yang berupa aktiva lancar
(Aggressive Investing Variable ; CA / TA).
b. Pengelolaan penggunaan hutang lancar atau hutang jangka pendek
perusahaan (Aggressive Financing Variable ; CL / TA).
Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan.Pada umumnya kinerja perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
perusahaan.Untuk menilai kinerja perusahaan dilakukan dengan
menganalisis seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
perusahaan yang dikenal dengan return on asset (ROA). Atas pemahaman tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual penelitian ini, yaitu :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Aggressive Investing Variable (CA / TA) (X1)
Aggressive FinancingVariable (CL / TA) (X2)
ROA
(43)
30
2.3.2 Hipotesis Penelitian
2.3.2.1 Aggressive Investing Variable berpengaruh positif terhadap ROA.
2.3.2.1 Aggressive Financing Variable berpengaruh positif
(44)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian asosiatif kausal.
Menurut Sugiyono (2008 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “gambaran
informasi lengkap tentang hubungan antara variabel satu dengan gejala yang lain”.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI selama tahun 2008-2011 yaitu berjumlah 20 perusahaan pada
tahun 2011.
Menurut Sugiyono (2008 : 116) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Oleh karena itu sampel yang
diambil harus benar-benar mewakili atau representative. Jika sample kurang mewakili maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat
untuk menduga nilai populasi sesungguhnya.
Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik purposive
sampling.Menurut Sugiyono (2008 : 122) “Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksud
(45)
32
adalah kriteria dari sampel yang akan digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan sesuai dengan beberapa pertimbangan.
Kriteria-kriteria pemilihan sampel tersebut terdiri dari :
a. perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia,
b. laporan keuangan perusahaan selama periode penelitian tersedia,
c. data rasio keuangan selama periode penelitian tersedia.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, berikut adalah 20nama perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu:
(46)
33
Sampel Perusahaan Manufaktur
NO Nama Perusahaan Kode
1. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. IMAS 2. PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. INKP 3. PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. JKSW 4. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. AMFG 5. PT. KMI Wire and Cable Tbk. KBLI 6. PT. Lion Metal Works Tbk. LION 7. PT. Lionmesh Prima Tbk. LMSH
8. PT. Sekar Laut Tbk. SKLT
9. PT. Semen Gresik -Persero Tbk. SMGR
10. PT. PT. Unilever Tbk. UNVR
11. PT. Voksel Elektrik Tbk. VOKS 12. PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. YPAS 13. PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk. ALMI 14. PT. Astra Otoparts Tbk. AUTO
15. PT. Darya Varia Tbk. DVLA
16. PT. Eterindo Wahanatama Tbk. ETWA 17. PT. Tirtta Mahakam Resourch Tbk. TIRT 18. PT. Tempo Scan Pasific Tbk. TSPC 19. PT. AKR Corporindo Tbk. AKRA 20. PT.Beton Jaya Manunggal Tbk. BTON
(47)
34
3.3 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Sugiyono (2008 : 402) sumber data sekunder adalah “sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang berhubungan
dengan variabel penelitian, yaitu :
1. Laporan laba-rugi perusahaan periode 2008-2011.
2. Rasio keuangan perusahaan periode 2008-2011.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang diteliti.Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengunduh melalui
situs
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1. Variabel Independen
“Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
(48)
35
(Sugiyono 2008 : 59). Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel independen pertama (X1) adalah aggressive investing
variable dimana variabel ini menunjukkan modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk modal kerja
atau investasi. Formulasi dari aggressive investing variable adalah sebagai berikut :
Current Assets Aggresssive Investing Variable =
Total Assets
(Babatunde R. Yusuf, 2012)
b. Variabel independen kedua (X2) adalah aggressive financing variable
dimana variabel ini menunjukan modal yang diperoleh sebagai
pinjaman jangka pendek hanya dapat digunakan untuk membiayai
modal kerja. Formulasi dari aggressive financing variable adalah
sebagai berikut :
Current Liabilities Aggresssive Investing Variable=
Total Assets
(Babatunde R. Yususf, 2012)
3.5.2 Variabel Dependen
“Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono 2008 : 59). Variabel
(49)
36
perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas) yang diukur dengan
return on assets (ROA).Formulasi dari return on assetsatau ROA adalah sebagai berikut:
Net Income
ROA = X 100%
Total Assets
(Wild 2005 : 41)
3.6 Teknik Analisis Data
Untuk mendukung hasil penelitian, data penelitian yang diperoleh akan
dianalisis dengan data statistik melalui bantuan program SPSS. Adapun pengujian
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
3.6.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data
dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterepretasikan secara
objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik
yang dibahas.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak
bias dan efisien maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus
(50)
37
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal.Untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak, dapat
dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik.Uji normalitas
menggunakan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov
Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0.05) maka
jika nilai Asymp.Sig (2 – Tailed) diatas nilai signifikan 5% (0.05) yang berarti variabel residual berditribusi normal.
3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan. Varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Sedangkan bila varians tidak konstan disebut
heteroskedastisitas (Narchrowi, 2006).Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Hakim, 2001),
(51)
38
terdapat masalah multikolinieritas.Model regresi yang baik
seharusnnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Uji
multikolinieritas menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho :VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang
serius
Ha :VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (periode sebelumnya).Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa autokorelasi terjadi bila observasi yang
berturut-turut sepanjang waktu memuliki korelasi antara satu dengan yang
lainnya (Narchrowi, 2006).Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi.
Pengujian terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan
(52)
39
Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test
Hipotesis Nol Keputusan Hasil Uji
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 <��< ��
Tidak ada autokorelasi positif No decision �� ≤ �� ≤ ��
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4− �� < ��< 4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4− �� ≤ �� ≤4− ��
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak �� < ��< 4− ��
Sumber: Gujarati (1995)
Keterangan:
dL : Batas bawah
dU : Batas atas
3.6.3 Model Analisis Regresi Berganda
3.6.3.1 Regresi Linier Berganda
Pengujian analisis regresi linear barganda dilakukan dengan
persamaan sebagai berukut :
Y= �+ ����+����+ �
Keterangan:
Y : Kinerja perusahaan
a : Konstanta
�1,2,3,4 : Koefisien Regresi
X1 : Aggressive investing variable X2 : Aggressive financing variable
(53)
40
3.6.3.2 Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang
diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien
determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu ( 0 ≤ R2≤ 1 ).
Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati satu, menunjukkan semakinkuatnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila
2
R semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin
kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
3.6.4Uji hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut
akan digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis
sebagai berikut:
3.6.4.1 Uji Signifikasi Simultan (Uji- F)
Uji- F menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
(54)
41
�0:�� = 0artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel independen (Aggressive investing variable dan Aggressive financing variable) terhadap variabel dependen (Kinerja perusahaan).
�0:�� ≠0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel independen (Aggressive investing variable dan Aggressive financing variable) terhadap variabel dependen (Kinerja perusahaan).
Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika �ℎ����� ≤ ����� � pada �= 5 % Ha diterima jika �ℎ����� ≥ ������ pada �= 5 %
3.6.4.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)
Uji- t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikat.
�0:�� = 0artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel independen (Aggressive investing variable dan Aggressive financing variable) terhadap variabel dependen (Kinerja perusahaan).
�0:�� ≠0artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen (Aggressive investing variable dan Aggressive financing variable) terhadap variabel dependen (Kinerja perusahaan).
(55)
42
Pengujian menggunakan uji- t dengan tingkat pengujian pada � = 5% derajat kebebasan ( degree of freedom) atau df = (n-k). Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika t-hitung < t-tabeluntuk α = 5% Ha diterima jika t-hitung > t-tabel untuk α = 5%
(56)
43
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan metode persamaan regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas
atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen.Analisis data
dimulai dengan mengelola data menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan regresi berganda.Pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis
regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi
18.Prosedur dimulai dengan memasukan semua variabel independen dan variabel
dependen ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai
metode analisis data yang telah ditentukan.Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, ada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang memenuhi
kriteria untuk dijadikan sampel. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sempel
(57)
44
Tabel 4.1
Sampel Perusahaan Manufaktur
NO Nama Perusahaan Kode
1. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. IMAS 2. PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. INKP 3. PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. JKSW 4. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. AMFG 5. PT. KMI Wire and Cable Tbk. KBLI 6. PT. Lion Metal Works Tbk. LION 7. PT. Lionmesh Prima Tbk. LMSH
8. PT. Sekar Laut Tbk. SKLT
9. PT. Semen Gresik -Persero Tbk. SMGR
10. PT. PT. Unilever Tbk. UNVR
11. PT. Voksel Elektrik Tbk. VOKS 12. PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. YPAS 13. PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk. ALMI 14. PT. Astra Otoparts Tbk. AUTO
15. PT. Darya Varia Tbk. DVLA
16. PT. Eterindo Wahanatama Tbk. ETWA 17. PT. Tirtta Mahakam Resourch Tbk. TIRT 18. PT. Tempo Scan Pasific Tbk. TSPC 19. PT. AKR Corporindo Tbk. AKRA 20. PT.Beton Jaya Manunggal Tbk. BTON
(58)
45
4.2 Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan adalah analisis
statistik dan menggunakan software SPSS versi 18. Dalam penggunaan metode
analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model
tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.
4.2.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standard deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen. Berikut
merupakan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan :
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
ROA 80 -,12 1,48 11,13 ,1391 ,26975
CA / TA 80 ,15 ,90 47,43 ,5929 ,18170
CL / TA 80 ,03 ,71 25,95 ,3244 ,18356
Valid N (listwise)
80
Dari tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan beberapa hal dengan rincian
sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata dari return on assetadalah 0,139 dengan standard deviasi 0,269 dan jumlah data yang ada adalah 80. Nilai tertinggi
(59)
46
return on asset adalah 1,48 dan nilai terendah return on asset adalah -0,12.
2. Nilai rata-rata dari aggressive investing variableadalah 0,592 dengan standard deviasi 0,181 dan jumlah data yang ada adalah 80.
Nilai tertinggi aggressive investing variable adalah 0,90dan nilai terendah aggressive investing variable adalah 0,15.
3. Nilai rata-rata dari aggressive financing variableadalah 0,324 dengan standard deviasi 0,183 dan jumlah data yang ada adalah 80.
Nilai tertinggi aggressive financing variable adalah 0,71 dan nilai terendah aggressive financing variable adalah 0,03.
4.2.2 Analisis Uji Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov(K-S) dengan membuat hipotesis :
Ho : Data residua l berdistribusi normal,
Ha : Data residua l tidak berditribusi normal.
Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima,
sedangkan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak
(60)
47
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,26922184
Most Extreme Differences Absolute ,327
Positive ,327
Negative -,236
Kolmogorov-Smirnov Z 2,925
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil pengolahan data pada table 4.3 diperoleh besarnya
nilaiKolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 2,925 dan signifikan pada 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ha
diterima yang berarti nilai residua l tidak berdistribusi normal. Data
yang tidak berdistribusi normal dapat disebabkan karena adanya data
yang outlier, yaitu data yang memiliki nilai yang menyimpang dari data lainnya. Beberapa cara untuk mengatasi data outlier yaitu :
1. lakukan transformasi data dalam bentuk lainnya,
2. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
3. lakukanwinsorizing, yaitu mengubah data yang outlier ke suatu nilai tertentu.
(61)
48
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis
melakukan transformasi data ke model logaritma10 (Log10) dari
persamaan Manajemen Modal Kerja = f(CA/TA, CL / TA) menjadi
Log10_Manajemen Modal Kerja = f(Log10_CA/TA, CL/TA) dan
Kinerja Perusahaan = f(ROA) menjadi Log10_Kinerja Perusahaan =
f(Log10_ROA). Setelah dilakukan transformasi ke logaritma10,
jumlah sampel (n) berkurang sebagai proses penormalan data, yakni
dari 80 menjadi 75 sampel. Setelah data menjadi normal, kemudian
data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas, berikut ini hasil
pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,53976181
Most Extreme Differences
Absolute ,103
Positive ,091
Negative -,103
Kolmogorov-Smirnov Z ,890
Asymp. Sig. (2-tailed) ,406
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.4 diperoleh besarnya
(62)
49
signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,406> 0,05) maka Ho diterima
yang berarti data residual berdistribusi normal. Data yang berdistribusi
normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histrogram dan grafik
normal plot data.
Gambar 4.1 Histogram
Grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukan pola distribusi normal
karena grafik tidak melenceng kiri atau melenceng kanan.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi
asumsi normalitas.Demikian pula hasil uji normalitas dengan
(63)
50
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
Pada grafik normal p-plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, bahwa dapat disimpulkan
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada atau tidak
korelasi antara variabel independen.Analisis regresi yang baik
seharusnya tidak ada korelasi antara variabel independen.Pengujian
(64)
51
(VIF).Apabila nilai VIF < 10 dan mendekati 1, dapat disimpulkan
bahwa asumsi adanya multikolinearitas ditolak.Hasil analisis
multikolinearitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LOG10_CA/TA ,974 1,027
LOG10_CL/TA ,974 1,027
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai VIF dan tolerance untuk variabel aggressive investing variable (CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA) berada dibawah 10 dan nilai tolerance > 0,10 yang berarti tidak ada ditemukan gejala multikolinearitas antara
variabel independen.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain.Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada
(65)
52
gambar grafik Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika :
1. titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0,
2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
3. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
Gambar 4.3
(66)
53
Terlihat dari gambar 4.3 diatas, titik-titik tersebar secara tidak
beraturan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan gejala
heterokedastisitas.
4.2.2.4 Uji Autokolerasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear ada kolerasi antara kesalahan penggangguan pada periode
dengan kesalahan pada periode t-1.Untuk mendeteksi maasalah
autokolerasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson (D-W).
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,330a ,109 ,084 ,54721 2,183
a. Predictors: (Constant), CL / TA, CA / TA b. Dependent Variable: ROA
Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,183 pada tingkat
signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel (N) 75, dan jumlah variabel
independen 2 (k = 2), memberikan niali dU (batas atas) 1,6802 dan
nilai dL (batas bawah) 1,5709. Nilai DW lebih besar dari pada nilai
dU dan kurang dari 4- dU (4 – 1,68), maka dapat disimpulkan bahwa
(67)
54
4.2.3 Model Analisis Regresi Berganda
Melalui hasil pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model
regresi yang dipakai dalam penelitian telah memenuhi estimasi yang layak
untuk dilakukan analisis regresi.
4.2.3.1 Regresi Linier Berganda
Dalam pengelolahan data dengan regresi linier berganda, dilakukan
beberapa tahap untuk mencari hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, melalui pengaruh Log10_X1 (CA/TA) dan
Log10_X2 (CL/TA) terhadap Log10_Y (ROA). Hasil regresi linier
berganda dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,120 ,165 -6,800 ,000
LOG10_CA/TA 1,105 ,417 ,299 2,653 ,010
LOG10_CL/TA -,400 ,231 -,196 -1,737 ,087
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh regresi berganda sebagai
berikut:
e X X
Y =−1,120+1,105 1 −0,400 2 + Keterangan:
1. Konstanta (a) sebesar -1,120 menyatakan bahwa jika variabel
(68)
55
2. Koefisien X1 sebesar 1,105 menunjukkan apabila terjadi
perubahan variabel aggressive investing variable (CA/TA) sebesar 1 satuan akan meningkatkan ROA sebesar 1,105.
3. Koefisien X2 sebesar -0,400 menunjukkan apabila terjadi
perubahan variabel aggressive financial variable (CL/TA) sebesar 1 satuan akan meningkatkan ROA sebesar -0,400.
4.2.3.2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dari penelitian ini dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,330a ,109 ,084 ,54721 2,183
a. Predictors: (Constant), CL / TA, CA / TA b. Dependent Variable: ROA
Tabel di atas terlihat angka R sebesar 0,330 yang menunjukkan bahwa
terdapat korelasi atau hubunga antara aggressive investing variable (CA/TA) dengan aggressive financing variable (CL/TA) sebesar 33,0%. Angka adjusted R square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,084 yang menunjukkan kemampuan variabel independen
(69)
56
4.2.4 Uji Hipotesis
4.2.4.1 Uji Signifikasi Simultan (Uji- F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan manajemen
modal kerja yang diukur dengan aggressive investing variabel
(CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA)terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan return on asset pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI. Tingkat signifikansi pengaruh
secara simultan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil UJi Signifikasi Simultan (Uji- F)
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,633 2 1,317 4,397 ,016a
Residual 21,559 72 ,299
Total 24,193 74
a. Predictors: (Constant), LOG10_CL/TA, LOG10_CA/TA b. Dependent Variable: LOG10_ROA
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung = 4,397. Nilai F
tabel dengan df1= k – 1= 2 – 1= 1 dan df2= n – k= 75 – 2= 73 pada α 5% didapat sebesar 2,775543 sehingga F hitung > F tabel = 4,397 >
2,775543 H0 ditolak dan Haditerima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan ada
pengaruh manajemen modal kerja yang diukur dengan aggressive
(70)
57
(CL/TA)terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan return on asset pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI.
4.2.4.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial manajemen
modal kerja dengan aggressive investing variable (CA/TA) dan
aggressive financing variable (CL/TA)terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan return on asset pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Tingkat signifikansi pengaruh secara parsial tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,120 ,165 -6,800 ,000
LOG10_CA/TA 1,105 ,417 ,299 2,653 ,010
LOG10_CL/TA -,400 ,231 -,196 -1,737 ,087
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk aggressive investing variable (CA/TA) = 2,653 dan aggressive financing variable (CL/TA) = -1,737. Nilai t tabel dengan df=n-k pada α 5%
(71)
58
adalah 1.6659sehingga nilai t hitung dari aggressive investing variable (CA/TA) > t tabel yang berarti Haditerima dan H0 ditolak, sedangkan t hitung dari aggressive financing variable (CL/TA)< t tabel yang berarti bahwa Haditolak dan H0 diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya aggressive
investing variable (CA/TA)yangsecara parsial berpengaruh terhadap manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan yang di ukur
dengan return on asset, sedangkan aggressive financing variable (CL/TA)secara parsial tidak memiliki pengaruh manajemen modal
kerja terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan return on asset pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
(72)
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh secarasimultan antara aggressive investing variable
(CA/TA) dan aggressive financing variable (CL/TA) terhadap Return On Assets (ROA) atau dengan kata lain terdapat pengaruh simultan antara manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2008 s/d 2011.
2. Ada pengaruh secara parsial antara aggressive investing variable
(CA/TA) terhadap return on asset, sedangkan aggressive financing variable (CL/TA)tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap return on asset pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 s/d 2011.
(73)
60
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan
dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya.
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Sampel pada penelitian ini hanya melibatkan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak menggambarkan
secara umum analisa dari manajemen modal kerja terhadap kinerja bagi
perusahaan lain.
2. Penelitian ini hanya menggunakan dua rasio keuangan sebagai variabel
independen. Namun sebenarnya masih terdapat banyak rasio keuangan
yang digunakan sehingga penelitian ini masih sangat sederhana.
3. Periode pengamatan yang singkat selama empat tahun yaitu tahun 2008,
(74)
61
5.3 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel-variabel akuntansi saja yang
diperoleh dari informasi internal perusahaan, sehingga diharapkan pada
penelitian selanjutnya menggunakan variabel- variabel yang lebih luas lagi.
2. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah informasi keuangan lainnya
sebagai variabel independen, karena terdapat kemungkinan bahwa informasi
keuangan lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
3. Bagi peneliti berikutnya diharapkan menggunakan populasi yang lebih luas
sehingga dapat memperoleh jumlah sampel yang lebih banyak lagi untuk
diteliti, dan diharapkan dapat mencerminkan pengaruh akuntanasi sumber
daya manusia terhadap kinerja dan pencapaian perusahaan secara
keseluruhan.
4. Penelitian ini hanya terbatas pada periode yang cukup pendek yaitu empat
tahun (2008 - 2011), sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak
konsisten dengan hasil penelitian yang diharapkan. Oleh sebab itu, bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode pengamatan
(1)
71
Hasil Uji Normalitas Setelah Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,53976181
Most Extreme Differences Absolute ,103
Positive ,091
Negative -,103
Kolmogorov-Smirnov Z ,890
Asymp. Sig. (2-tailed) ,406
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(2)
72
Gamabar Histogram Setelah Ditransformasi
(3)
73
Grafik Normal P-Plot Setelah Ditransformasi
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LOG10_CA/TA ,974 1,027
LOG10_CL/TA ,974 1,027
(4)
74
Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,330a ,109 ,084 ,54721 2,183
a. Predictors: (Constant),LOG10_ CL / TA, LOG10_CA / TA b. Dependent Variable: LOG10_ROA
(5)
75
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,120 ,165 -6,800 ,000
LOG10_CA/TA 1,105 ,417 ,299 2,653 ,010
LOG10_CL/TA -,400 ,231 -,196 -1,737 ,087
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,330a ,109 ,084 ,54721 2,183
a. Predictors: (Constant),LOG10_ CL / TA, LOG10_CA / TA b. Dependent Variable: LOG10_ROA
Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji- F)
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,633 2 1,317 4,397 ,016a
Residual 21,559 72 ,299
Total 24,193 74
a. Predictors: (Constant), LOG10_CL/TA, LOG10_CA/TA b. Dependent Variable: LOG10_ROA
(6)
76
Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,120 ,165 -6,800 ,000
LOG10_CA/TA 1,105 ,417 ,299 2,653 ,010
LOG10_CL/TA -,400 ,231 -,196 -1,737 ,087
a. Dependent Variable: LOG10_ROA
Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
ROA 80 -,12 1,48 11,13 ,1391 ,26975
CA / TA 80 ,15 ,90 47,43 ,5929 ,18170
CL / TA 80 ,03 ,71 25,95 ,3244 ,18356
Valid N (listwise)