3.4.2. Pembuatan Ikat Silang Kitosan dengan Glutaraldehide Basuki, 2009
Dimasukkan dalam Larutan Glutaraldehide 2,5 dengan Rasio 1,5 mL tiap gram Kitosan Bead
dikeringkan
Dicuci dengan aquadest Dimasukkan dalam aseton
dikeringkan
Hasil
Hasil Kitosan Bead
Uji FTIR Uji SSA
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Pembuatan larutan Standar Logam Tembaga 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mgL
Dipipet sebanyak 5 mL larutan induk Cu Dimasukkan kedalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda Dikocok hingga homogen
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Cu Dimasukkan kedalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda Dikocok hingga homogen
Dipipet masing-masing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL larutan standar Cu
Dimasukkan masing-masing kedalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda
Dikocok hingga homogen
Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer Serapan Atom pada
λ
spesifik
324,7 nm
Larutan Induk Tembaga 1000 mgL
Larutan Standar Tembaga 100 mgL
Larutan Standar Tembaga 10 mgL
Larutan Seri Standar Logam Tembaga 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mgL
Hasil
Universitas Sumatera Utara
3.4.4. Kitosan Glutaraldehide sebagai Adsorben Ion logam Cu Basuki,2009
Dimasukkan dalam beaker glass Ditambahkan larutan sampel Cu dengan
volume 20 mL dilakukan perendaman dan distirer dalam
waktu 10 menit disaring
dibuat pH 2
Kitosan Glutaraldehide variasi 2 g
Residu Filtrat
Analisis logam dengan SSA
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Ion Tembaga Cu
2+
Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom SSA pada pengukuran konsentrasi ion Tembaga Cu
2+
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-6300 pada pengukuran konsentrasi ion Tembaga Cu
2+
No Parameter Ion Tembaga Cu
2+
1 2
3 4
5 6
Panjang gelombang Tipe nyala
Kecepatan aliran gas pembakar Kecepatan aliran Udara
Lebar Celah Ketinggian tungku
324,70 nm Udara-C
2
H
2
2 Lmin 10 Lmin
0,5 nm 15,10 mm
Universitas Sumatera Utara