Uji Asumsi Metode Path Analysis

penyebab terhadap sebuah variabel akibat, maka pola yang tepat adalah Model Analisis Jalur. Analisis jalur Path Analysis dikembangkan oleh Sewall Wright 1934. Path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Beberapa istilah dan definisi dalam Path Analysis : 1 Dalam Path Analysis , kita hanya menggunakan sebuah lambang variabel, yaitu X. Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainnya, kita menggunakan subscript indeks. Contoh : X 1 , X 2 , X 3 …. X k . 2 Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi pengaruh exogenous variable, dan variabel yang dipengaruhi endogenous variable. 3 Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah bermata satu, yang bersifat recursive atau arah hubungan yang tidak berbaliksatu arah. 4 Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan hubungan terstruktur antar variabel Rasyid, 2005.

3.4.1. Uji Asumsi

Sejalan dengan metode yang akan digunakan yaitu Path Analysis mensyaratkan beberapa uji asumsi. Pada langkah ini akan dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian model, melalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit . Langkah pertama yang dilakukan adalah mengevaluasikan data yang digunakan apakah memenuhi asumsi Path Analysis, bila asumsi ini telah Universitas Sumatera Utara terpenuhi maka langkah berikutnya adalah model diuji melalui berbagai uji yang akan dilakukan dalam penelitian ini. 1. Asumsi Path Analysis Asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan analisis jalur adalah sebagai berikut : a. Ukuran sampel yang biasanya harus dipenuhi dalam permodelan ini minimum 100 sampel. b. Normalitas dan linieritas ; sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan uji statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Uji linieritas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplot dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas. c. Outliers Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai ekstrim baik secara univariant maupun multivariant, karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terkait sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Pada Outliers dapat dilakukan penanganan khusus asal diketahui bagaimana munculnya Outliers itu. Outliers muncul dalam empat kategori, yaitu : 1 Outliers muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau karena kesalahan dalam mengkoding data. Universitas Sumatera Utara 2 Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain tetapi peneliti mempunyai alasan mengenai apa penyebab munculnya nilai ekstrim ini. 3 Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui bahwa apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim ini. 4 Outliers muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi bila dikombinasikan dengan variabel yang lainnya, kombinasi menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariant atau singularitas. d. Multikolinearitas dan singularitas Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil memberi indikasi adanya problem Multikolinearitas atau singularitas 2. Uji Kesesuaian dan uji Statistik Dalam analisis ini tidak ada alat uji statistic tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model Hair, 1992. Umumnya terhadap berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. 3. Uji Reabilitas Setelah kesesuaian diuji model fit, evaluasi lain yang harus dilakukan adalah penilaian unidimensionalitas dan reliabilitas. Unidimensionalitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabilitas dari model yang menunjukkan bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator yang digunakan memiliki derajat kesesuaian yang baik. Penggunaan ukuran Universitas Sumatera Utara reliabilitas seperti a Croncbach, tidak mengukur unidimensionalitas itu sudah ada pada waktu a Croncbach dihitung. Karena itu peneliti dianjurkan untuk melakukan uji unidimensionalitas terhadap semua konstruk multi-indikator sebelum menilai reliabilitasnya. 4. Interprestasi dan Modifikasi Model Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik Tabachnick dan Fidell, 1997. Dalam kontens ini, residual yang dimaksud bukanlah residual dari skor seperti pada permodelan multivariant lainnya, melainkan merupakan residual dari kovarians. Distribusi frekuensi dari residual yang tidak simetris merupakan signal atas sebuah model yang kurang baik –a poorly fitting model dan menunjukkan bahwa dalam proses estimasi, model telah mengestimasi beberapa kovarians secara memuaskan tetapi kovarians yang lainnya kurang begitu baik diestimasi.

3.4.2. Uji Statistik