modal yang diinvestasikan Para pemilik modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar daripada tingkat bunga.
4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Kota
Medan
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak Kota Medan tidak signifikan dan positif dengan
koefisien sebesar 20,4. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang bersifat positif tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak
Kota Medan. Pertumbuhan ekonomi ini tidak berkorelasi secara langsung terhadap
penerimaan negara di sektor perpajakan, tetapi berpengaruh secara positif dan signifikan melalui variable intervening jumlah wajib pajak, walaupun semakin
tinggi pendapatan maka akan meningkatkan pajak langsung seperti Pajak Penghasilan, begitu juga dengan peningkatan konsumsi atas barang dan jasa maka
akan meningkatkan pajak tidak langsung seperti Pajak Pertambahan Nilai. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Saepuddin 2009 yang menyatakan bahwa variabel terbesar dan signifikan yang mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah
pertumbuhan ekonomi. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Yogi Rahmayanti 2006 mengenai potensi dan pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan, yang menemukan bahwa PDB yang merupakan
dasar perhitungan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap PPh sebesar 0,78 persen dan PPN sebesar 1,156 persen.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengaruh Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Kota Medan
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak Kota Medan tidak signifikan dan negatif sebesar 0,7. Hasil temuan ini
tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang bersifat negatif tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak Kota Medan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Immervoll 2005 mengenai pengaruh inflasi terhadap pajak Penghasilan Orang
Pribadi dan Kontribusi Sekuriti Sosial di Eropa, menemukan bahwa Inflasi berpengaruh negatif terhadap pajak penghasilan.
Hasil temuan ini juga sesuai dengan penelitian yang dikemukakan Heru Kusmono 2011, dimana inflasi sebagai salah satu varibel bebas berpengaruh
negatif terhadap penerimaan pajak di Indonesia sebagai variabel terikat. Hubungan Pajak Penghasilan dengan inflasi juga dapat dilihat dari tulisan
Dr. Friedrich Heneman, seorang head of the department ”Corporate Taxation and Public Finance” pada Centre for European Economic Research ZEW di
Mannheim, Jerman, yang berjudul ”After the death of Inflation: Will Fiscal drag survive?”
dia menyatakan : ”Declining inflation rates might have negative consequence for tax revenues. Phenomena such as the inflationary bracket creep
in a progressive income tax system do not work any longer. With this background, the paper analyses the extent of fiscal for OECD countries since 1965. Some
consideration of the role of money illusion and indexation in this context lays the theoretical base. Aframework is presented that allows for the classification of
fiscal structures with regard to the type of fiscal drag boosting tax revenues. The subsequent econometric panel analysis is performed for total and dissaggregated
Universitas Sumatera Utara
government revenues. The results back theoretical considerations of inflation’s impact on different kinds of taxes, which tends to be positive for individual income
taxes and social security contributions and is negative for corporate income taxation. The paper concludes that both declining inflation and changing tax
structures limit the potential for future fiscal drag. Dari tulisan di atas bahwa dapat kita simpulkan bahwa penurunan inflasi
membawa pengaruh yang negatif pada penerimaan pajak. Seperti dikemukan sebelumnya pada Bab II, bahwa pembuat hukum sering
kali mengabaikan perhitungan inflasi ketika merumuskan undang-undang perpajakan, oleh karena itu secara eksplisit inflasi tidak dimasukkan kedalam
penentuan target pajak. Inflasi akan mengurangi daya beli uang yang telah diperoleh masyarakat dengan susah payah. Apabila haga naik, tiap lembar uang
yang dihasilkannya hanya akan mampu membeli barang dan jasa dalam jumlah yang sedikit. Jadi, kelihatannya inflasi secara langsung telah menurunkan standar
hidup. Namun dipihak lain, ketika harga naik, pembeli barang dan jasa akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk apa yang mereka beli, pada saat yang
sama penjual barang dan jasa mendapatkan lebih banyak uang dari penjualan mereka. Karena kebanyakan orang mendapatkan penghasilan dengan menjual jasa
mereka, seperti para tenaga kerja, penghasilan juga semakin meningkat sejalan kenaikan harga. Jadi, inflasi sendiri tidak mengurangi daya beli riil masyarakat.
Ketika laju inflasi sebesar 6 mengurangi nilai riil dari kenaikan sebesar 4 , pekerja mungkin merasa dirinya telah diperdaya. Sebenarnya pendapatan riil
ditentukan oleh variabel- variabel riil seperti modal fisik, SDM, SDA dan ketersediaan teknologi produksi. Pendapatan nominal ditentukan oleh faktor-
Universitas Sumatera Utara
faktor tersebut dan tingkat harga keseluruhan. Bila pendapatan nominal cenderung sama dengan kenaikan harga, berarti inflasi bukan merupakan suatu masalah.
Namun para ekonom telah mengidentifikasi beberapa kerugian akibat inflasi. Masing-masing kerugian menunjukkan bahwa pertumbuhan terus menerus pada
jumlah uang yang beredar sesungguhnya memiliki dampak pada variabel-variabel riil tersebut.
6. Pengaruh Jumlah Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Kota Medan