Inflasi Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi Harold - Domar

2.6.2. Inflasi

Salah satu indikator penting dalam ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi adalah inflasi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus, Sukirno 2002. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Boediono : 2000. Kenaikan harga- harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terajadi pada seluruh kelompok barang dan jasa, Pohan 2008:158. Inflasi dalam arti sempit adalah peningkatan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Kenaikan dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi jika permintaan bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran atau persediaan barang di pasar, dalam hal ini lebih banyak uang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibanding dengan jumlah barang dan jasa, namun tidak semua yang namanya kenaikan harga selalu diidentikkan dengan inflasi, misalnya kenaikan harga pada hari Lebaran, ini hanya gejolak pasar yang terjadi sesaat saja dan tidak berlangsung terus- menerus. Inflasi akan mengurangi daya beli uang yang telah diperoleh masyarakat dengan susah payah. Apabila haga naik, tiap lembar uang yang dihasilkannya hanya akan mampu membeli barang dan jasa dalam jumlah yang sedikit. Jadi, kelihatannya inflasi secara langsung telah menurunkan standar hidup. Namun dipihak lain, ketika harga naik, pembeli barang dan jasa akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk apa yang mereka beli, pada saat yang sama penjual barang dan Universitas Sumatera Utara jasa mendapatkan lebih banyak uang dari penjualan mereka. Karena kebanyakan orang mendapatkan penghasilan dengan menjual jasa mereka, seperti para tenaga kerja, penghasilan juga semakin meningkat sejalan kenaikan harga. Jadi, inflasi sendiri tidak mengurangi daya beli riil masyarakat. Ketika laju inflasi sebesar 6 mengurangi nilai riil dari kenaikan sebesar 4 , pekerja mungkin merasa dirinya telah diperdaya. Sebenarnya pendapatan riil ditentukan oleh variabel- variabel riil seperti modal fisik, SDM, SDA dan ketersediaan teknologi produksi. Pendapatan nominal ditentukan oleh faktor-faktor tersebut dan tingkat harga keseluruhan. Bila pendapatan nominal cenderung sama dengan kenaikan harga, berarti inflasi bukan merupakan suatu masalah. Namun para ekonom telah mengidentifikasi beberapa kerugian akibat inflasi. Masing-masing kerugian menunjukkan bahwa pertumbuhan terus menerus pada jumlah uang yang beredar sesungguhnya memiliki dampak pada variabel-variabel riil tersebut. Ada berbagai kebijakan yang biasa dipergunakan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan ekonomi, misalnya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Target inflasi merupakan salah satu bentuk kebijakan moneter yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya pemulihan kondisi ekonomi nasional. Dalam hal ini Bank Indonesia selaku bank sentral menetapkan target laju inflasi untuk periode jangka waktu tertentu. Dengan demikian, kebijakan target inflasi lebih berorientasi ke depan forward looking dibanding kebijakan- kebijakan moneter sebelumnya yang oleh BI disebut juga kebijakan konvensional. Universitas Sumatera Utara Di sektor fiskal, hampir semua pajak mengganggu insentif, menyebabkan masyarakat mengubah sikap mereka dan alokasi sumber – sumber daya dalam perekonomian menjadi kurang efisien. Akan tetapi banyaknya pajak menimbulkan lebih banyak masalah karena adanya inflasi, karena pembuat hukum sering kali gagal memperhitungkan inflasi ketika merumuskan undang-undang perpajakan. Para ekonom yang telah mempelajari undang-undang pajak menyimpulkan bahwa inflasi cenderung menaikkan beban pajak pendapatan yang berasal dari tabungan, tidak melihat keuntungan riil dari penjualan sejumlah aktiva. Salah satu solusi bagi masalah ini dari pada menghilangkan inflasi adalah menyusun daftar sistem pajak, artinya hukum pajak dapat ditulis ulang untuk memperhitungkan dampak inflasi. Pada dunia yang ideal, hukum pajak akan ditulis dalam rangka mencegah inflasi mengubah tanggungan pajak riil seseorang. Walaupun secara eksplisit inflasi tidak dimasukkan kedalam penentuan target pajak. Namun secara implisit variabel inflasi dimasukkan kedalam variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB nominal karena didalam perhitungan PDRB nominal memasukkan perubahan harga. Collin Clark Mangkoesubroto, 1993 mengemukakan hipoteisis tentang batas kritis perpajakan. Dikatakan bahwa jika kegiatan sektor pemerintah, yang diukur dengan pajak dan penerimaan-penerimaan lain, melebihi 25 dari total kegiatan ekonomi, maka yang terjadi adalah inflasi. Dasar yang dikemukakan adalah bahwa pajak yang tinggi akan mengurangi gairah kerja. Akibatnya produktivitas akan turun dengan sendirinya dan ini akan mengurangi penawaran agregat. Di lain pihak, pengeluaran pemerintah yang tinggi akan berakibat pada naiknya permintaan agregat. Inflasi terjadi karena adanya keseimbangan baru Universitas Sumatera Utara yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara permintaan agregat dan penawaran agregat. Hubungan Pajak Penghasilan dengan inflasi dapat dilihat dari tulisan Dr. Friedrich Heneman, seorang head of the department ”Corporate Taxation and Public Finance” pada Centre for European Economic Research ZEW di Mannheim, Jerman, yang berjudul ”After the death of Inflation: Will Fiscal drag survive?” dia menyatakan : ”Declining inflation rates might have negative consequence for tax revenues. Phenomena such as the inflationary bracket creep in a progressive income tax system do not work any longer. With this background, the paper analyses the extent of fiscal for OECD countries since 1965. Some consideration of the role of money illusion and indexation in this context lays the theoretical base. Aframework is presented that allows for the classification of fiscal structures with regard to the type of fiscal drag boosting tax revenues. The subsequent econometric panel analysis is performed for total and dissaggregated government revenues. The results back theoretical considerations of inflation’s impact on different kinds of taxes, which tends to be positive for individual income taxes and social security contributions and is negative for corporate income taxation. The paper concludes that both declining inflation and changing tax structures limit the potential for future fiscal drag. Dari tulisan di atas bahwa dapat kita simpulkan bahwa penurunan inflasi membawa pengaruh yang negatif pada penerimaan pajak. Inflasi memiliki pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajak, inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan kontribusi sekuriti, Universitas Sumatera Utara akan tetapi inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap Pajak Penghasilan Perusahaan.

2.6.3. Jumlah wajib pajak