Pertanyaan Penelitian Pengetahuan Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja Di SMA Swasta Panca Budi Medan

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIVAIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan

1.2.2 Tujuan Khusus a Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIVAIDS di SMA

Swasta Panca Budi Medan. b Untuk mengetahui perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan pengetahuan tentang HIVAIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan ?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan sumbangan penelitian bagi sekolah SMA Swasta Panca Budi Medan terhadap kesadaran perilaku penanggulangan dan pencegahan HIVAIDS sehingga dapat Universitas Sumatera Utara menjaga kesehatan diri dengan perilaku baik sesuai norma agama dan masyarakat.

1.4.2 Bagi Institusi Keperawatan USU

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam materi pembelajaran sistem reproduksi khususnya materi HIVAIDS.

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai data awal, dan informasi sumber data bagi dukungan terhadap penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui penginderaan manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Notoadmodjo, 2003 . Dari pengalaman dan penilitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmojo, 2003. Hasil penelitian Rongers yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, di dalam diri orang tersebut proses berurutan, yakni : a. Awareness, kesadaran, di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Interest, di mana orang mulai tertarik terhadap stimulus. Universitas Sumatera Utara c. Evaluation, yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya disimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu mengikuti tahap-tahap tersebut di atas. Idealnya, suatu perilaku baru terbentuk dimulai dari adanya pengetahuan terhadap suatu stimulus yang kemudian diikuti dengan sikap individu terhadap stimulus tersebut, sehingga menimbulkan rangsang untuk berperilaku. Namun, menurut Notoatmodjo 2003, dalam kenyataan tidak selalu harus seperti itu. Seseorang dapat berperilaku baru tanpa terlebih dahulu didasari oleh pengetahuan dan sikap. Pengetahuan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu: a. Tahu Know Tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi yang dipelajari sebelumnya yakni mengingat kembali secara spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau yang dirangsang yang telah diterimanya. Oleh karena sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Misalnya dapat menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan lain sebagainya. Pemahaman Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya Universitas Sumatera Utara dapat menyimpulkan, meramalkan, menjelaskan dan lain sebagainya dari objek yang dipelajari. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi application Aplikasi diuraikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi dsisni dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisir tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Misalnya dapat menggambarkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintetis Synthesis Sintetis menunjukan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat Universitas Sumatera Utara merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang Ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2003. 2.2 HIVAIDS 2.2.1 Defenisi