c. Gangguan psikotik, gejalanya cukup berat, seperti halusinasi dan cara
berfikir yang kacau. d.
Depresi dan stress. e.
Sindroma mania, gejalanya adalah banyak berbicara, tidak butuh tidur, rasa gembira yang disertai penurunan daya ingat.
f. Gangguan saraf, gejalanya berupa nyeri otot dan kejang-kejang Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah, 1991, Khairatunnisa, 2005.
2.2.5 Dampak HIVAIDS
Pola penularan telah menunjukkan bahwa epidemi telah masuk ke dalam masyarakat yang selama ini merasa ‘aman’ terhadap penularan
HIVAIDS. Pola penularan yang sangat tinggi melalui hubungan seks terutama hubungan seks heteroseksual dan penggunaan jarum suntik yang
streril di kelompok pengguna Napza suntik, akan berdampak kepada penyebaran masyarakat. Penularan HIVAIDS melalui penggunaan jarum
suntik yang bergantian pada kelompok penasunan mempunyai tingkat kemungkinan tinggi terjadinya penularan per kejadian Depkes, 2006.
Penyakit AIDS belum ada obatnya. Perawatan HIVAIDS menambah beban biaya pelayanan kesehatan. Oleh karena tingkat penyebaranya cepat, tentu
semakin mempercepat penambahan hubian rumah sakit. Karena biaya pengobatanya mahal dan besar tentu dapat mempengaruhi anggaran
kesehatan program kesehatan ibu dan anak KIA, gizi anak, pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan, imunisasi, sanitasi lingkungan,
dan sebagainya. Padahal semua program ini amat penting dan berperan
Universitas Sumatera Utara
besar untuk memajukan sumber daya manusia masa depan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, 1999 Dalam Khairatunnisa.
2.2.6 Cara Penularan HIVAIDS
Penularan HIVAIDS dapat terjadi melalui berbagai cara menurut Zein Umar, 2006 , yaitu :
a. Kontak seksual, kontak dengan darah atau secret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI Air Susu
Ibu. b.
Penularan melalui hubungan seksual, heteroseksual adalah yang paling dominan, penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama
senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki- laki.Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal,
anusdubur, oral mulut antara dua individu. c.
Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV
d. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau
tertusukke dalam tubuh yang terkontaminasidengan virus HIV, seperti jarum tato atau pengguna narkoba suntik secara bergantian.
e. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
f. Penularan dari ibu ke anak kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat
dari ibunya saat ia kandung, dilahirkan, dan sesudah lahir.
2.2.7 Pencegahan HIVAIDS