Menurut Komisi Penanggulangan AIDS kota Medan, 2012 berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan penyakit
AIDS yaitu: hindari hubungan seks berganti-ganti pasangan, bersikap saling setia dengan pasangan, cegah dengan menggunakan kondom, dihindari
pemakaian narkoba suntik, dan education pendidikan dan penyuluhan tentang AIDS.
2.3 Remaja dan HIVAIDS
Setiap orang dapat terinfeksi virus HIV, baik anak-anak, remaja, maupun kalangan orang tua. Namun kalangan remaja menjadi perhatian
khusus dalam penanggulangan HIVAIDS. Masa remaja merupakan masa di mana seseorang merasa dinamis dan ingin mencoba segalanya. Pada masa
ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada diri seseorang. Selama pertumbuhan ini, terjadi perubahan fisik yang sangat cepat
pada remaja, termasuk perunahan perhatian, hubungan dengan lawan jenis dan peranan mereka di masyarakat. Mereka merasa mampu untuk
mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam upaya pemeliharaan dan kesejahteraan mereka. Mereka ingin mengalami bagaimana perasaan
dicintai dan mencintai, meskipun kadang-kadang hanya sekedar meningkatkan harga diri mereka. Remaja memang lebih suka mencari
pengalaman baru dan mencoba mengambil resiko selama berintraksi dengan lingkungan yang baru eksperimen. Dalam konteks inilah remaja
membutuhkan bantuan untuk menghindari mereka dari ancaman serius terhadap kesehatan mereka. Kemiskinan, tidak tersedianya lapangan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, dan hidup terlantar sering sangat erat hubunganya dengan rendahnya tingkat pendidikan mereka. Penyalahgunaan alcohol, obat bius,
serta berbagai bentuk kejahatan lainya merupakan gejala sosial yang berisiko yang melibatkan kita. Perkosaan, kecepatan perubahan yang terjadi
di dalam keluarga dan kesejahteraan remaja. Semua kondisi ini perlu diwaspadai dan dapat berkembang menjadi situasi berisiko penyebaran HIV
di kalangan remaja Muninjaya, 1999 Dalam Khairatunnisa, 2005.
2.4 Perilaku Seksual
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang stimulus dan tanggapan atau respon
Notoatmodjo, 2003. Menurut Suyono, 1985, evlyn 2005 perilaku behavior adalah segala
tindakan manusia yang disebabkan baik karena dorongan organism serta hasrat alam psikologinya, maupun karena pengaruh masyarakat dan
kebudayaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, Skinner 1938, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulusrangsangan dari
luar Notoatmodjo, 2003. Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau respon
seseorang terhadap stimulus rangsangan yang ada. Sedangkan seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya Notoatmodjo, 2007.
Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap
hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Budi Rajab, 2007. Menurut Sarwono, 2000, Dalam, Khairatunnisa, 2005.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenisnya. Bentuk
tingkah laku ini biasanya bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama, Sarwono,
2000, Dalam Khairatunnisa, 2005 mengatakan ada 5 faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksual remaja,yaitu :
a. Meningkatnya Libido Seksualitas
Seorang remaja menhadapi tugas-tugas perkembangan development task
sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi padanya. Tugas-tugas perkembangan itu antara lain
adalah menerima kondisi fisiknya yang berubah dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun, menerima
peranan seksualitas masing-masing laki-laki atau perempuan dan mempersiapkan perkawinan dalam kehidupan berkeluarga. Di dalam
upaya mengisi peran sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi atau libidos seksual.
Peningkatan libido seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual.
Universitas Sumatera Utara
b. Penundaan usia perkawinan
Penyaluran libido seksual itu tidak dapat segara dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya
undang-undang tentang perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia
menika, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan,
persiapan mental, dan lain-lain. c.
Tabu – Larangan Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku,
di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan laranganya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku
yang lain, seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecendrungan untuk melanggar saja
larangan-larangan itu.
d. Kurangnya informasi tentang seks
Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang
makin meningkat. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan mencoba akan meniru apa yang dilihat atau yang didengarnya dari media
massa, khusunya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Orang tua
sendiri, baik karena ketidak tahuanya maupun karena sikapnya yang
Universitas Sumatera Utara
masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak
dalam masalah yang satu ini. e.
Pergaulan yang Makin Bebas Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan yang
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan
wanita makin sejajar dengan pria.
Beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja Soetjingsih,2009, yaitu :
a. Masturbasi atau onani
Masturbasi merupakan suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk
pemenuhan kenikmatan seksual.
b. Percumbuan, seks oral dan seks anal
Tipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari terjadinya kehamilan. Tipe hubungan seksual model ini merupakan
alternatif aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini. c.
Hubungan seksual Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali
melakukan hubungan seksual. Pertama muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim dan puas. Pada sisi lain muncul perasaan
Universitas Sumatera Utara
cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa dan perasaan bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang paling terbuka untuk
menceritakan pengalaman hubungan seksualnya dibandingkan dengan remaja perempuan. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada
masa remaja sangat merugikan remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting
yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
adat istiadat, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia sangat diperlukan
khususnya untuk para remaja demi perilaku seksualnya dimasa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak Soetjiningsih, 2009.
2.5 Remaja 2.5.1 Defenisi