belajar tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu. Lambert dan Gardner 1972, Brown 1980, dan Ellis 1986, juga mendukung pernyataan bahwa
belajar bahasa akan lebih berhasil bila dalam diri pembelajar ada motivasi tertentu itu. Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa kedua, motivasi itu mempunyai dua
fungsi, yaitu 1 fungsi integratif dan
2 fungsi instrumental. Motivasi berfungsi integratif kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk
mempelajari suatu bahasa karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota masyarakat bahasa tersebut. Dan
motivasi berfungsi instrumental adalah kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk memiliki kemauan untuk mempelajari bahasa kedua itu karena tujuan yang
bermanfaat atau karena dorongan ingin memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial pada lapisan atas masyarakat tersebut.
Para santri dalam memperoleh bahasa Arab di pesantren modern Nurul Hakim memiliki motivasi berfungsi intgratif dan motivasi berfungsi instrumental. Keinginan
untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab merupakan motivasi berfungsi integratif, dan keinginan mendapatkan hadiah dan takut dihukum merupakan motivasi
berfungsi instrumental.
b. Faktor usia
Ada anggapan umum dalam pemerolehan bahasa bahwa anak-anak lebih baik dan lebih berhasil dalam pemerolehan bahasa kedua dibandingkan dengan orang
Universitas Sumatera Utara
dewasa Bambang Djunaidi,1990.Anggapan ini telah mengarahkan pada adanya hipotesis mengenai usia kritis atau peroide kritis Lenneberg,1967; Oyama 1976
untuk belajar bahasa kedua. Sejumlah argumen dari segi biologis, kognitif, dan afektif telah dikemukakan oleh sejumlah pakar untuk mendukung hipotesis itu.
Seperti oleh Penfield dan Roberts1959 untuk argumentasi biologis, Rosansky1975 dan Krashen 1975 untuk argumentasi kognitif;dan Taylor 1974 dan Schuman
1975 untuk argumentasi afektif.
c. Faktor Penyajian Formal
Yaitu tipe penyajian yang berlangsung secara formal di dalam kelas dengan guru, dengan kesengajaan, dan dengan berbagai perangkat formal pembelajarannya,
seperti kurikulum,metode, guru, media belajar, materi pembelajaran, dan sebagainya. Pemerolehan bahasa kedua dengan penyajian formal sering didapati di
sekolah-sekolah dan tempat-tempat kursus bahasa. Proses pemerolehan bahasa kedua yang demikian sudah diatur oleh penyaji dengan metode dan kurikulum yang
sedemikian rupa. Pemeroleh hanya menerima apa yang sudah ditetapkan oleh penyaji, penyampaiannya terkesan monoton dan membosankan sehingga hasil yang
didapat terkadang kurang maksimal karena tingkat kesadaran berbahasa yang dihasilkan tidak tumbuh dengan baik. Tingkat kesadaran berbahasa kedua itu akan
tumbuh jika ada motivasi yang besar dalam diri seseorang dalam pemerolehan bahasa kedua. Kemauan atau keinginan adalah istilah yang tepat untuk motivasi dalam diri
Universitas Sumatera Utara
manusia. Pemerolehan bahasa Arab secara non formal akan lebih menumbuhkan motivasi dalam diri manusia.
d. Faktor Bahasa Pertama
Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama bahasa ibu atau bahasa yang lebih dahulu diperoleh mempunyai pengaruh
terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar Ellis, 1986: 19
e. Faktor Lingkungan