hubungan-hubungan didalam pikiran. Menurutnya RD adalah unit dasar pembelajaran yang paling baik.
2.2.2 Teori Pembiasaan Operan dari Skinner
Teori pembiasaan operan sering disebut juga pembiasaan instrumental diperkenalkan oleh B.F.Skinner sorang ahli psikologi Amerika yang dikenal sebagai
tokoh utama aliran neobehaviorisme. Teori ini pun dikenal sebagai aliran neobehaviorisme karena sebenarnya teori ini adalah bentuk baru dari behaviorisme.
Teori tentang pembiasaan operan operant conditioning atau pembiasaan instrumental instrumental conditioning dijelaskannya dengan percobaan kepada
tikus. Dia memasukkan sebuah kaleng makanan di dalam sebuah kotak yang disebutnya kotak skinner, dan di luar kotak terdapat alat untuk menjatuhkan biji-
bijian ke dalam kaleng itu. Setiap biji-bijian itu jatuh akan terdengar bunyi “ting” ; dan apabila terdengar bunyi “ting” berarti ada makanan yang jatuh ke dalam kaleng
itu. Skinner memasukkan seekor tikus ke dalam kotak tersebut, dan meletakkan sebuah besi. Apabila besi itu tersentuh maka akan jatuhlah makanan ke dalam kaleng,
secara kebetulan tikus itu menyentuh besi itu dan makanan pun jatuh ke kaleng. Setelah beberapa lama peristiwa itu sering terjadi maka tikus pun mengetahui bahwa
apabila dia menekan batang besi akan jatuh makanan ke dalam kaleng. Biji makanan itu adalah penguat reinforcer; peristiwa penekanan batang besi
disebut peristiwa penguatan reinforcing event; munculnya makanan disebut
Universitas Sumatera Utara
rangsangan penguat reinforcing stimulus; sedangkan perilaku disebut perilaku yang dibiasakan conditioned response.
Skinner menyimpulkan bahwa penguatan reinforcement akan selalu menambah kemungkinan berulangnya suatu perilaku. Dikarenakan penekanan
memerlukan penguatan yang juga menjadi dasar teori ini,maka teori ini sering disifatkan sebagai model S – R – R yaitu stimulus – respons – reinforcement.
Skinner meyakini bahwa proses pembelajaran yang utama antara binatang dan manusia adalah sama. Bagi skinner, guru merupakan arsitek utama dalam
pembentukan tingkah laku siswa agar bertutur sesuai dengan pembelajaran bahasa itu. Teori ini pernah dicontohkan oleh Travers Simanjuntak,1987:71dari
pembelajaran bahasa oleh kanak-kanak. Travers mencontohkan bahwa seorang kanak-kanak akan diberi hadiah jika menggunakan kata please .
Berdasarkan teori-teori di atas di dalam lingkungan pesantren teori pembiasaan klasik dari Pavlov dan teori Skinner secara tidak langsung diterapkan.
Yaitu seorang santri dibiasakan mengucapkan beberapa kalimat berbahasa Arab yang sifatnya umum dan sering digunakan yaitu mengucapkan salam
مﻼّ ا ﻜ |
assalamu’alaikum |
di saat berjumpa dengan siapa saja, mengucapkan
ﻼها ﻼﻬ و
| ahlan wa sahlan
| jika menyambut tamu yang datang,mengucapkan
اﺮﻜ
| syukran
| untuk berterima kasih. Mereka juga dibiasakan menggunakan kata
ﺎ أ
ana saya,
أ
| anta
| kamu,
أ
|
antum |
kamu jamak diucapakan kepada orang yang
Universitas Sumatera Utara
dihormati,dan lain sebagainya. Selanjutnya pada malam hari akan diumumkan siapa saja dari para santri yang tidak menggunakan kata-kata di atas,dan selanjutnya
mereka akan dihukum karena tidak menggunakan bahasa tersebut. Hukuman adalah penguat reinforcer, peristiwa penggunaan bahasa Arab tadi
adalah penguatan reinforcing event, adanya hukuman disebut rangsangan penguat reinforcing stimulus ,sedangkan perilaku santri disebut perilaku yang dibiasakan
conditioned response. Menurut Skinner perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi, atau
disebabkan oleh rangsangan stimulus dari luar serta pengukuhan reinforcement dari rangsangan itu. Dia juga tidak menerima adanya “kepandaian yang dibawa sejak
lahir”. Karena dalam pembelajaran berbahasa semata-mata diperoleh sebagai hasil rangsangan dan pengukuhan terhadap rangsangan itu.
Sebagai landasan teori pada penelitian ini penulis menggunakan teori Stimulus – Respons yakni teori pembiasaan Klasik dari Pavlov dan Teori Pembiasaan
Operan dari Skinner.
2.3 Tinjauan Pustaka