Pemerolehan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua Pada Santri Kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011 (Sebuah Pendekatan Psikolinguistik)

(1)

PEMEROLEHAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA KEDUA

PADA SANTRI KELAS 1 MTS PESANTREN MODERN NURUL

HAKIM TEMBUNG TAHUN AJARAN 2010/2011

(SEBUAH PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK)

TESIS

WINDI CHALDUN NIM. 097009001/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PEMEROLEHAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA KEDUA PADA PADA SANTRI KELAS 1 MTs PESANTREN MODERN NURUL HAKIM

TEMBUNG TAHUN AJARAN 2010/2011 (SEBUAH PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

WINDI CHALDUN 097009001 /LNG

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : PEMEROLEHAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA KEDUA PADA SANTRI KELAS 1 MTs PESANTREN MODERN NURUL HAKIM TEMBUNG TAHUN AJARAN 2010/2011 (SEBUAH PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK)

Nama Mahasiswa : Windi Chaldun Nomor Pokok : 0970090001 Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Rahmadsyah Rangkuti ,MA.,Ph.D) (Khairul Jamil,Lc,MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 16 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Rahmadsyah Rangkuti ,MA.,Ph.D Anggota : 1. Khairul Jamil,Lc.,MA.

2. Drs. Aminullah,MA.Ph.D 3. Dra. Khairawati,MA.,Ph.D.


(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

PEMEROLEHAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA KEDUA PADA SANTRI KELAS 1 MTs PESANTREN MODERN NURUL HAKIM

TEMBUNG

TAHUN AJARAN 2010/2011 (SEBUAH PENDEKATAN PSIKOLINGUISTIK)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan pandangan yang berlaku.

Medan, 18 Agustus 2011


(6)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Windi Chaldun

Tempat dan Tgl.Lahir : Medan,11 Juli 1981

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Kenanga Raya Psr VI G.perdamaian No.11 Tanjung Sari Medan

Status : Menikah

No Telp / Hp : 085296346630 / 081533848563

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Percobaan Sei Petani 1987 – 1993

Mts S Pesantren Nurul Hakim Tembung 1993 – 1996

MAS Pesantren Nurul Hakim Tembung 1996 – 1999

S1 Al-Azhar University Cairo Egypt 1999 – 2006

S2 Universitas Sumatera Utara 2009 – 2011

III. Riwayat Pekerjaan

1. Dosen Honorer pada Universitas Sumatera Utara , Fakultas Ilmu Budaya jurusan bahasa Arab, 2009-2011.

2. Dosen Honorer pada IAIN Sumatera Utara, PBA (Pendidikan Bahasa

Arab), 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul : Pemerolehan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua Pada Santri Kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011 (Sebuah Pendekatan Psikolinguistik).

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Master Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu , penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dan penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : Bapak Rahmadsyah Rangkuti,MA.Ph.D dan Bapak Khairul Jamil M Yaman,Lc.MA sebagai promotor yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis juga berterima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM & H,M.SC(CTM),SP.A(K), Direktur Program Pascasarjana USU Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE, beserta segenap jajarannya yang telah berupaya meningkatkan situasi kondusif pada Program Pascasarjana USU. Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Ketua Program Studi Linguistik Prof. T.Silvana Sinar, Ph.D dan sekretaris Program Studi


(8)

Linguistik Dr.Nurlela,M.Hum yang telah membimbing dan membantu saya selama studi. Demikian juga penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf administrasi SPs USU, termasuk rekan-rekan mahasiswa yang telah menaruh simpati dan bantuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada istri tercinta Yozi Mardian Putri,SE yang dengan setia dan kesabarannya mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis ini dan juga kepada kedua orang tua H. Dahnial dan Hj. Wahyuningsih yang telah mendoakan dengan tulus agar penulis mendapat ridho dan keberkahan dari Allah SWT dalam penulisan tesis ini. Kiranya hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberi sumbangsih dalam masalah Pemerolehan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua Pada Santri Kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung.

Medan, 16 Agustus 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR TABEL ………. vi

DAFTAR SINGKATAN ………. vii

PEDOMAN TRANSLITERASI……….. viii

ABSTRAK……… xv

ABSTRACT……… xvi

AL-TAMHID... xvii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Rumusan Masalah………...…………... 7

1.3 Tujuan Penelitian………..………... 8

1.4 Batasan Masalah ... 8

1.5 Manfaat Penelitian………... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep... ………... 10

2.1.1 Pemerolehan Bahasa dalam Perspektif Psikologi... 10

2.1.2 Pemerolehan Bahasa Kedua... 11

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemerolehan Bahasa.... 12

2.1.4 Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa kedua... 16

2.1.5 Metode Pembelajaran Bahasa kedua... 19

2.1.6 Psikolinguistik... 24

2.2 Kerangka Teoritik... ……….... 29


(10)

2.2.2 Teori Pembiasaan Operan dari Skinner... 30

2.3 Tinjauan Pustaka... ……….. 32

BAB II I : METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………..…... 34

3.2.1 Lokasi Penelitian... 34

3.2.2 Waktu Penelitian... 42

3.3 Populasi dan Sample...………..…………... 43

3.3.1 Populasi... 43

3.3.2 Sample... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….……….. 44

3.5 Sumber Data Penelitian... 44

3.6 Analisis Data... 44

BAB IV : PAPARAN DATA TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Paparan Data... 46

4.1.1 Pemerolehan Bahasa Arab Pada Santri Kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011...………... 46

4.1.1.1 Pemerolehan Bahasa Arab Secara Formal... 42

4.1.1.2 Pemerolehan Bahasa Arab Secara Informal... 59

4.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Arab Pada Santri Kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011... 64

4.2 Temuan... 69

Pembahasan... 71


(11)

5.1 Kesimpulan ………. 75

5.2 Saran ……… 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL I : Jadwal KBM PA 1 Minggu... 43

TABEL II : Jadwal KBM PI 1 Minggu... 48

TABEL III : Tabel Kegiatan Pengurus Pahasa PA Nurul Hakim... 54

TABEL IV : Tabel Kegiatan Kengurus Bahasa PI Nurul Hakim... 55

TABEL V : Kegiatan PA Dalam Memperoleh Bahasa Arab Secara Informal... 56

TABEL VI : Kegiatan PI dalam memperoleh bahasa Arab Secara Informal... 57

TABEL VII : Tabel Asal Daerah PA Nurul Hakim... 59


(13)

DAfTAR SINGKATAN

PMNH : Pesantren Modern Nurul Hakim

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

PANH : Santri Putra Nurul Hakim

PINH : Santri Putri Nurul Hakim

PA : Santri Putra


(14)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam Tesis ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Ba b Be

ت

Ta t Te

ث

Sa ś Es (dengan titik di atas)

ج

Jim j Je

ح

Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha kh Ka dan ha

د

Dal d De

ذ

Zal ż Zet (dengan titik di atas)

ر

Ra r Er


(15)

س

Sin s Es

ش

Syin sy Es dan ye

ص

Sad ș Es (dengan titik di bawah)

ض

Dad ḍ De (dengan titik di bawah)

ط

Ta ṭ Te (dengan titik di bawah)

ظ

Za ẓ Zet (dengan titik di bawah)

ع

‘Ain ‘ Koma terbalik (di atas)

غ

Gain g Ge

ف

Fa f Ef

ق

Qaf q Ki

ك

Kaf k Ka

ل

Lam l El

م

Mim m Em

ن

Nun n En

و

Waw w We

ه

Ha h Ha


(16)

ي

Ya y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh :

ﺔ ﺪ

= muqaddimah

ةرﻮ ا

ﺔ ﺪ ا

= al-Madīnah al-munawwarah

C. Vokal

1. Vokal Tunggal

(fathah) ditulis “a”, contoh :

أﺮ

= qara’a

(kasrah) ditulis “i”, contoh :

ر

= raḥima

(dammah) ditulis “u”, contoh :

آ

= kutubun

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ي

(fathah dan ya) ditulis “ai ”

Contoh :

ز

= zainab

آ

= kaifa

Vokal rangkap

و

---

(fathah dan waw) ditulis “au”

Contoh :

لﻮ

= ḥaula


(17)

D. Vokal Panjang (maddah)

ا

---

dan

ي

---

(fathah) ditulis “a”, contoh :

مﺎ

= qāma

= qaḍā

ي

---

(kasrah) ditulis “i”, contoh :

ر

= raḥīmun

و

---

(dammah) ditulis “u”, contoh :

مﻮ

= ‘ulūmun

E. Ta Marbutah

a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf “h”

Contoh :

ﺔ ﺮﻜ ا

ﺔﻜ

= makkah al-mukarramah

ﺔ ﻼ ﻹا

ﺮ ا

= al-syarī‘ah al-islāmiyyah

b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t” Contoh :

ﺔ ﻼ ﻹا

ﺔ ﻮﻜ ا

= al-ḥukūmatu al-islāmiyyah

ةﺮ اﻮ ا

ﺔ ا

= al-sunnatu al-mutawātirah

F. Hamzah

Huruf hamzah (

ء

) di awal kata dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof. Contoh :

نﺎ إ

imānun

G. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah (kata

ﷲا

) yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa hamzah. Contoh :

ﷲا

= ‘Abdullah

ﷲا

= ḥablullah H. Kata Sandang “al”

1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai dengan huruf


(18)

Contoh :

ﺔ ﺪ ا

آﺎ ﻷا

= al-amākinu al-muqaddasah

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ﺎ ا

= al-siyāsah al-syar‘iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.

Contoh :

ىدروﺎ ا

= al-Māwardi

ﺮهزﻷا

= al-Azhar

3. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT, Qur’an” ditulis dengan huruf kapital.

Contoh : Al-Afgani adalah seorang tokoh pembaharu Saya membaca Al-Qur’an al-Karim


(19)

ABSTRAK

Windi Chaldun,2011. Pemerolehan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua Pada Santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajran 2010/2011 : Apa saja usaha para santri untuk memperoleh bahasa Arab, kegiatan-kegiatan yang mendukungnya baik dari para ustaz maupun pengurus bahasa dan apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori yang dipakai adalah teori pembiasaan dari skinner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Instrumen / alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi langsung, wawancara, kuesener, dan file (dokumen). Subjek yang menjadi sumber data penelitian ini adalah santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011. Dan sebagai informan pelengkap adalah ustadz (guru), dan pengurus lembaga bahasa. Hasil penelitian didapatkan proses pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim dengan dua cara yaitu formal dan informal.Secara formal dengan menggunakan metode terpimpin. Para santti dalam pemerolehan bahasa Arab dibimbing oleh para guru di dalam kelas. Adapun secara nonformal dengan menggunakan metode terpimpin dan mandiri. Metode terpimpin dengan cara informal ini para santri mendapatkan bimbingan dari para pengurus lembaga bahasa diluar kelas dengan mengkonsep kegiatan-kegiatan bahasa Arab yang baik. Adapun metode mandiri para santri berusaha sendiri dalam pemerolehan bahasa Arab dengan kegiatan-kegiatan yang bervariasi sesuai dengan keinginan mereka. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan mereka dalam pemerolehan bahasa Arab dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berhubungan dengan mental dan kejiwaan santri. Sedangkan faktor ekternal berkaitan dengan dorongan dan motivasi yang datang dari luar. Seperti lingkungan berbahasa, hukuman, dan reward. Faktor yang bersifat non linguistik atau dapat dikatakan yang bersifat psikis (mental) pelakunya lebih cendrung memberikan pengaruh kepada pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tahun Ajaran 2010-2011daripada faktor-faktor yang bersifat linguistik.


(20)

ABSTRACT

Windi Chaldun, 2011. The Acquisition of Arabic as a Second Language by Students class 1 MTs Nurul Hakim Tembung School academic Year 2010/2011.(A Phsicolinguistc Approach)

The objective of this study is to investigate how the acquisition of Arabic as a second language by students class 1 Mts Modern Nurul Hakim Tembung academicYear 2010/2011: What are the student efforts to acquire the Arabic language, they activities that support both from the teachers as well as the management of language and whether there are factors to influence it. The theory used is the theory of habituation of Skinner. The method used in this research is descriptive method. Instruments / data collection tool used in this study were direct observation, interviews, kuesener, and files (documents). Subjects who became the source of the data of this study are students in grade 1 MTs Nurul Hakim Tembung Pesantren Modern School Year 2010/2011. And as a complement to the chaplain informants are the teachers, and the management of language. The results obtained Arabic language acquisition process as a second language in grade 1 MTs students of Modern Pesantren Nurul Hakim in two ways: formal and informal The formal way is using the guided method. The students in Arabic language acquisition is guided by the teachers in the classroom. And the informal way is using the guided method and independent. The method is guided by an informal way the students get the guidance from the managers of institutions to conceptualize language outside the classroom activities are good Arabic. As an independent method the students are trying to own the Arabic language acquisition with a activities that vary according to their wishes. Factors that support their success in the Arabic language acquisition is divided into two: internal factors and external factors. Internal factors are factors related to mental and psychiatric students. While external factors relating to the encouragement and motivation that comes from outside. Like speaking environment, punishment, and reward. Non linguistic factors or it can be said to be psychic (mental) did it more tends to give effect to the acquisition of Arabic on the students class 1 MTs Nurul Hakim Pesantren Modern School Year 2010-2011thanlinguistic factors.


(21)

ﺪﻴﻬﻤﺘﻟا

نوﺪ

يﺪ و

,

م

,

ﺪﻬ

لّوﻷا

ا

ﺎ ا

ﺔ ﺎ

ﺎﻬ ﻮ

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

ىﺮ

ا

ﻜ ا

رﻮ

ﻰ ارﺪ ا

مﺎ ا

/

م

).

ا

ﺔ ﻮ ا

(

ّ

ا

بﻼّ

ﺔ ﺎ

ﺔ آ

ﺔّ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

ﺔّ آ

ﺪ ﺪ

اﻮ ا

ا

اﺬه

فﺪﻬ

ﻰ ارﺪ ا

مﺎ ا

ىﺮ

ا

ﻜ ارﻮ

ﺪﻬ

لّوﻷا

/

م

:

ّا

دﻮﻬ ا

ﻮه

ﻪ ﺮ ﺆ

ّا

ﻷا

ﺔّ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

بﻼ اﺎﻬ ﺬ

.

اﺬه

ﺔ ﺪ

ا

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ﺎ ﻹا

قروو

تﻼ ﺎ او

ةﺮ ﺎ ا

تﺎﻈ ﻼ او

ﻮ ا

ﻬ ا

ﻮه

ا

.

ﺔ ﺮﻈ ا

ا

ا

اﺬﻬ

تﺎ ﺎ ارﺪ

أ

ﻰ ّا

تﺎ ﻮ ﻮ او

دﻮ ا

ﺮ ﻜ

ﺔ ﺮﻈ

ه

ﺔ ﺪ

يﺮ

ا

ﻜ ارﻮ

ﺪﻬ

لّوﻷا

ّ

ا

بﻼ ا

ﻰ ارﺪ ا

مﺎ ا

/

م

.

لﻮ

ا

بﺎ آإ

ﺎ ا

ﻜ ارﻮ

ﺪﻬ

لّوﻷا

ّ

ا

بﻼّ

ﺔ ﺎ

ﺔ آ

ﺔّ ﺮ ا

ﺔ ا

ىﺮ

ا

ﻰ ارﺪ ا

مﺎ ا

/

م

:

ﺔّ ﺮ ا

و

ﺔّ ﺮ ا

.

ﺔّ ﺮ او

ّ ا

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

بﻼ ا

ﺪ ﺮ و

ﻪ ﻮ ا

بﻮ أ

ماﺪ ﺈ

ﺔ ارﺪ ا

لﻮ

ا

.

و

ﺔﻬ ﻮ

ﺔّ ﺮ اﺮ و

.

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ﺮ

بﻮ ﻷا

ﺪ ﺮ و

لﻮ

ا

بﻼ

تﺎ ﺎ ا

جرﺎ

رّﻮ

تﺎ ﺆ ا

ﺮ ﺪ

تﺎﻬ ﻮ

ةﺪّ

ﺔ ﺮ ا

ه

ا

.

ﻷا

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

نﻮ وﺎ

بﻼ ا

ﺔ ﺮ آ

ﻬ ﺎ ﺮ

ﺎ و

ﻰ ّا

.

ﻰ إ

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

ﺎﻬ ﺎ

ﻰ ا

اﻮ ا

:

ﺔّ اﺪ ا

ﺎ ا

ّ

ﺔّ رﺎ

اﻮ

ّنأ

ا

ا

ﺔ ّ ا

ﺎ او

ﺔ ا

ثﺪ

جرﺎ ا

ﻰ اﺮ ﺬ ﺎ

,

ةﺄ ﺎﻜ او

بﺎ او

.

ﺮ آأ

ا

وأ

ا

اﻮ ا

ّنأو

ىﺮ

ا

ﻜ ا

رﻮ

ﺪﻬ

لوﻷا

ّ

ا

بﻼ ا

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آﻹﺮ ﺄ

مﺎ ا

ﻰ ارﺪ ا

/

ﺔّﻮ ا

ﺎ ا

م

ﺔ ﺮ ا

تﺎ ﻜ ا

:

ﺔ ﺮ ا

ﺔ ا

بﺎ آإ

,

بﻼ ا

,


(22)

ABSTRAK

Windi Chaldun,2011. Pemerolehan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kedua Pada Santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajran 2010/2011 : Apa saja usaha para santri untuk memperoleh bahasa Arab, kegiatan-kegiatan yang mendukungnya baik dari para ustaz maupun pengurus bahasa dan apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori yang dipakai adalah teori pembiasaan dari skinner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Instrumen / alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi langsung, wawancara, kuesener, dan file (dokumen). Subjek yang menjadi sumber data penelitian ini adalah santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011. Dan sebagai informan pelengkap adalah ustadz (guru), dan pengurus lembaga bahasa. Hasil penelitian didapatkan proses pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim dengan dua cara yaitu formal dan informal.Secara formal dengan menggunakan metode terpimpin. Para santti dalam pemerolehan bahasa Arab dibimbing oleh para guru di dalam kelas. Adapun secara nonformal dengan menggunakan metode terpimpin dan mandiri. Metode terpimpin dengan cara informal ini para santri mendapatkan bimbingan dari para pengurus lembaga bahasa diluar kelas dengan mengkonsep kegiatan-kegiatan bahasa Arab yang baik. Adapun metode mandiri para santri berusaha sendiri dalam pemerolehan bahasa Arab dengan kegiatan-kegiatan yang bervariasi sesuai dengan keinginan mereka. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan mereka dalam pemerolehan bahasa Arab dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berhubungan dengan mental dan kejiwaan santri. Sedangkan faktor ekternal berkaitan dengan dorongan dan motivasi yang datang dari luar. Seperti lingkungan berbahasa, hukuman, dan reward. Faktor yang bersifat non linguistik atau dapat dikatakan yang bersifat psikis (mental) pelakunya lebih cendrung memberikan pengaruh kepada pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tahun Ajaran 2010-2011daripada faktor-faktor yang bersifat linguistik.


(23)

ABSTRACT

Windi Chaldun, 2011. The Acquisition of Arabic as a Second Language by Students class 1 MTs Nurul Hakim Tembung School academic Year 2010/2011.(A Phsicolinguistc Approach)

The objective of this study is to investigate how the acquisition of Arabic as a second language by students class 1 Mts Modern Nurul Hakim Tembung academicYear 2010/2011: What are the student efforts to acquire the Arabic language, they activities that support both from the teachers as well as the management of language and whether there are factors to influence it. The theory used is the theory of habituation of Skinner. The method used in this research is descriptive method. Instruments / data collection tool used in this study were direct observation, interviews, kuesener, and files (documents). Subjects who became the source of the data of this study are students in grade 1 MTs Nurul Hakim Tembung Pesantren Modern School Year 2010/2011. And as a complement to the chaplain informants are the teachers, and the management of language. The results obtained Arabic language acquisition process as a second language in grade 1 MTs students of Modern Pesantren Nurul Hakim in two ways: formal and informal The formal way is using the guided method. The students in Arabic language acquisition is guided by the teachers in the classroom. And the informal way is using the guided method and independent. The method is guided by an informal way the students get the guidance from the managers of institutions to conceptualize language outside the classroom activities are good Arabic. As an independent method the students are trying to own the Arabic language acquisition with a activities that vary according to their wishes. Factors that support their success in the Arabic language acquisition is divided into two: internal factors and external factors. Internal factors are factors related to mental and psychiatric students. While external factors relating to the encouragement and motivation that comes from outside. Like speaking environment, punishment, and reward. Non linguistic factors or it can be said to be psychic (mental) did it more tends to give effect to the acquisition of Arabic on the students class 1 MTs Nurul Hakim Pesantren Modern School Year 2010-2011thanlinguistic factors.


(24)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat untuk berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi dalam berinteraksi. Setiap bangsa memiliki bahasa yang berbeda-beda dan mempunyai ciri khas sendiri. Dalam kehidupan bermasyarakat kita selalu mendengar aneka ragam bahasa yang dihasilkan baik secara lisan maupun secara tertulis. Keanekaragaman bahasa yang terdapat pada masyarakat tersebut dapat kita simpulkan bahwa mereka menghasilkan bahasa pertama dan kedua.

Bahasa pertama merupakan bahasa lisan yang pertama kali didengar oleh seseorang ketika ia dilahirkan dari rahim ibunya yang diperoleh secara alamiah dan digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari dalam masyarakatnya hingga ia bisa berbicara dan menulis untuk tahap hidup selanjutnya, sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa asing yang dipelajari dan dipahami dari luar lingkungan kehidupannya ( Syahrul Affandi, 2010:1).

Pemerolehan bahasa atau akusisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Istilah "pemerolehan" terpaut dengan kajian psikolinguistik ketika kita berbicara mengenai anak-anak dengan bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama dilakukan secara informal dengan motivasi yang sangat tinggi (seseorang memerlukan bahasa pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang


(25)

ada di sekelilingnya ).

Adapun dalam pemerolehan bahasa kedua lebih berkenaan dengan proses pembelajaran bahasa. Dalam proses tersebut dapat dilihat bagaimana upaya seseorang dalam menguasai bahasa asing selain bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara formal dan motivasi seseorang pada umumnya tidak terlalu tinggi karena bahasa kedua tersebut tidak selalu dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari di lingkungan masyarakat tersebut. Digunakan istilah pembelajaran untuk penguasaan bahasa kedua ini karena diyakini bahasa kedua dapat dikuasai hanya dengan proses belajar dengan cara sengaja dan sadar. Tidak jarang usaha-usaha yang mereka lakukan melibatkan banyak faktor baik dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungannya.

Pemerolehan bahasa kedua dapat terjadi dengan berbagai macam cara, pada usia berapa saja untuk tujuan apa saja dan tingkat bahasa yang berbeda. Berdasarkan fakta ini, pemerolehan bahasa kedua dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe pemerolehan bahasa secara terpimpin dan tipe pemerolehan bahasa secara alamiah (Mulyani, 2006:134).

Pemerolehan bahasa secara terpimpin berarti perolehan bahasa kedua yang diajarkan pada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dicernakan yaitu tanpa latihan yang terlalu ketat atau adanya kesalahan dari pelajar. Ciri-ciri dari perolehan yang seperti ini tergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru dan strategi yang dipakai oleh guru dianggap sudah cocok bagi siswanya. Sedangkan perolehan bahasa kedua secara alamiah atau spontan adalah perolehan bahasa kedua yang terjadi dalam


(26)

komunikasi sehari-hari dan bebas dari pengajaran ataupun pimpinan dari seorang guru.

Di Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan terlihat adanya fenomena pemerolehan bahasa asing atau bahasa kedua. Sejak dari sekolah dasar telah diperkenalkan dengan bahasa kedua yaitu misalnya bahasa Inggris. Pembelajaran bahasa kedua ini terus berlanjut sampai ketingkat yang lebih tinggi. Di luar pendidikan formal banyak terdapat tempat-tempat kursus untuk memperoleh bahasa asing atau bahasa kedua ini. Misalnya Kursus bahasa Inggris, bahasa Jepang, Bahasa Mandarin, bahasa Perancis dan sebagainya.

Selain bahasa tersebut di atas salah satu bahasa yang tak kalah pentingnya dan sedang berkembang belakangan ini adalah bahasa Arab. Bahasa Arab pertama kali dikenal bangsa Indonesia sejak Islam masuk ke Indonesia yaitu sekitar abad ke 13 M. Dibanding bahasa-bahasa kedua lainnya, bahasa Arab jauh lebih dulu dikenal

oleh bangsa Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman serta teknologi, keberadaan bahasa

Arab ini mulai di butuhkan. Dan perkembangan penguasaan bahasa Arab sebagai bahasa kedua mulai meningkat. Interaksi antar bangsa menuntut umat Islam untuk tidak sekadar memiliki kemampuan berbahasa Arab reseptif (pasif), tetapi kemampuan berbahasa yang lebih aktif dan produktif. Semangat pembaruan ini diperkuat dengan munculnya para cendikiawan dan intelektual muda muslim dengan nuansa pemikiran yang segar. Di Indonesia sebagai bahasa kedua, pemerolehan


(27)

bahasa Arab ini juga terjadi dalam dunia formal seperti di sekolah, atau lebih banyak dijumpai pada pelajar di pesantren-pesantren.

Dhofier (1984:44) melukiskan unsur-unsur dan suasana pesantren yang dianggap sebagai elemen pokoknya adalah ; kiyai, pondok, mesjid, santri, dan pengajian kitab klasik. Adapun Geertz dalam Manfred Ziemek (1986:101) mendeskripsikan suasana kehidupan di pesantren, sebagai “satu kompleks asrama siswa dikelilingi tembok yang berpusat pada suatu masjid, biasanya pada sebuah lapangan berhutan di ujung desa. Ada seorang guru agama yang biasanya disebut kyai, dan sejumlah siswa pria muda.”

Pada awal keberadaanya pesantren dikenal dengan istilah pesantren salafi. Pesantren salafi umumnya hanya mengkaji tentang kitab-kitab klasik yang berbahasa Arab, sehingga diperlukan pembelajaran atau perolehan bahasa kedua yaitu bahasa Arab. Seiring perkembangannya banyak bermunculan pesantren modern yang tidak hanya mempelajari kitab-kitab yang berbahasa Arab tapi juga pengetahuan umum lainnya yang mungkin dapat digunakan oleh santrinya di kemudian hari.

Dalam pemerolehan bahasa kedua yaitu bahasa Arab pada dasarnya pesantren salafi dan pesantren modern mempunyai kesamaan dan perbedaan. Persamaaanya yaitu dengan aturan bahwa santri harus tinggal dilingkungan pesantren, dalam proses pemerolehan bahasa kedua diatur secara ketat dan mereka dikontrol oleh situasi dan kondisi yang diciptakan dalam pesantren yang memaksa mereka untuk menggunakan bahasa kedua dalam proses belajar. Yang menjadi perbedaanya yaitu pesantren salafi hanya menggunakan bahasa Arab sebatas bisa


(28)

membaca kitab Arab klasik serta memahaminya. Adapun pesantren modern lebih jauh lagi yaitu bisa berbicara, membaca, dan memahami bahasa Arab itu sendiri baik dalam berkomunikasi maupun membaca kitab klasik.

Pemerolehan bahasa Arab di pesantren merupakan fenomena yang cukup menarik untuk dicermati. Para santri dituntut untuk bisa berbahasa Arab dalam waktu 6 (enam) bulan dari awal mereka masuk ke pesantren. Berbagai cara telah dilakukan untuk memperoleh bahasa Arab tersebut untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh pihak pesantren. Para santri pun mempunyai cara masing-masing untuk memperolehnya di samping bimbingan yang dilakukan oleh para pengurus bahasa yang ada di pesantren tersebut ataupun dari para senior dan guru-gurunya.

Proses pemerolehan bahasa Arab di lingkungan pesantren mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dapat diperoleh dalam kelas-kelas formal atau kursus-kursus bahasa. Ciri-ciri khusus itu yang membedakannya dengan yang lainnya. Pemerolehan bahasa Arab dalam karantina adalah istilah yang cocok untuk membedakan pemerolehan bahasa Arab pada pesantren dan lembaga-lembaga kursus lainnya.

Selain karantina yang diberlakukan pada santri yang berada dalam proses pemerolehan bahasa Arab itu, secara ketat mereka dikontrol oleh situasi dan kondisi yang diciptakan pesantren yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak punya pilihan lain untuk berbicara tanpa menggunakan bahasa Arab yang harus dipakai pada percakapan sehari-hari yang bergantian pada tiap minggunya dengan bahasa Inggris. Selain itu, pihak lembaga bahasa pada pesantren pun turut membantu dalam pemerolehan bahasa Arab tersebut. Demikian pula sanksi yang diberikan pada tiap


(29)

santri yang berbicara tidak menggunakan bahasa Arab akan menambah cepatnya keberhasilan bahasa asing.

Ellis dalam Chaer (2003:243) menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Yang pertama tipe

naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat bilingual atau multilingual tipe naturalistik banyak dijumpai. Seorang kanak-kanak yang didalam lingkungan keluarganya menggunakan B1,misalnya bahasa X, begitu keluar dari rumah berjumpa dengan teman-teman lain yang berbahasa lain, misalnya bahasa Y, akan mencoba dan berusaha menggunakan bahasa Y.

Dalam lingkungan pesantren modern dapat dijumpai fenomena seperti ini. Para santri yang berasal dari berbagai daerah dan mempunyai bahasa berbeda diharuskan berbicara dengan bahasa asing khususnya bahasa Arab di saat mereka berada dilingkungan pesantren. Segala usaha mereka lakukan untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa resmi yang telah ditetapkan oleh pihak pesantren yaitu bahasa Arab.

Tipe kedua, yang bersifat formal berlangung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang diperoleh secara formal ini jauh lebih baik daripada hasil secara naturalistik. Namun kenyataannya yang sering kita lihat pembelajaran bahasa sangat tidak menggembirakan. Berbagai penyebab telah teridentifikasikan dan perbaikan sering dilakukan, tapi hasilnya sama saja. Fenomena inilah yang menjadi pembelajaran bagi


(30)

pondok pesantren untuk membentuk model pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua (B2) menjadi lebih baik lagi agar target 6 bulan untuk bisa berbahasa Arab oleh para santri bisa tercapai dengan baik.

Fenomena pemerolehan bahasa Arab di Pesantren sangat menarik untuk diteliti, karena sistim yang digunakan sangat unik sekali. Untuk mengetahui bagaimana proses pemerolehan bahasa Arab di pesantren, penulis memilih santri kelas 1 MTs sebagai subjek penelitian. Proses pemerolehan bahasa Arab akan lebih diketahui karena mereka masih baru masuk pesantren dan belum mengenal bahasa Arab. Istilah kelas VII (tujuh) lebih sering dipakai saat ini di tingkat MTs/SMP dari pada kelas 1. Tapi Penulis tetap memakai istilah kelas 1 MTs karena masih familiar ditelinga pembaca dan lebih dipahami.

Berdasarkan fenomena yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti “Pemerolehan Bahasa Arab sebagai Bahasa Kedua pada Santri kelas I MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011 “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011


(31)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar penelitian lebih fokus, maka perlu ada pembatasan masalah. Penelitian ini hanya dibatasi pada proses pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Peneliti tidak akan membahas hal-hal lain di luar masalah-masalah yang telah disebutkan di atas.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lanjutan pada bidang yang sama

2. Sebagai bahan masukan bagi para pengurus lembaga bahasa di Pesantren Modern Nurul Hakim dalam pemerolehan bahasa Arab.


(32)

3. Menambah Khasanah kepustakaan pada bidang linguistik khususnya pengembangan bahasa Arab.

4. Untuk menggugah minat generasi muda dalam mempelajari bahasa Arab guna melestarikan bahasa tersebut.


(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Menurut KBBI (2003 : 558) konsep adalah gambaran mental suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sesuai bahasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa konsep yang digunakan yaitu pemerolehan bahasa Arab sebagai bahasa kedua, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa Arab.

2.1.1 Pemerolehan Bahasa dalam perspektif Psikologi

Daulay dalam bukunya yang berjudul Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa (2010:59-60) menyebutkan bahwa pemerolehan bahasa jika dihubungkan dengan psikologi, ada tiga teori yang dapat menjelaskan pemerolehan bahasa pada seorang anak.

1. Teori pemerolehan bahasa yang behavioristik

Menurut toeri ini, struktur linguistik tidak ada yang dibawa sejak lahir. Anak yang baru dilahirkan belum mempunyai “modal” linguistik. Bahkan Brown (1980:68-72) berpendapat bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan. Lingkungannyalah yang akan membentuknya secara perlahan-lahan dan kemudian dikukuhkan dengan tingkah lakunya. Pengetahuannya berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahasa sebagai


(34)

suatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang belajar mengendarai sepeda(daulay,2010:60).

2. Teori bahasa yang mentalistik

Teori ini mengungkapkan bahwa anak yang baru lahir sudah mempunyai potensi berbahasa. Potensinya ini akan menentukan struktur bahasa yang akan digunakan selanjutnya. Menurut teori ini, ujaran anak-anak dapat dipengaruhi oleh kaidah-kaidah yang didengarnya.

3. Teori pemerolehan yang kognitivistik

Teori ini berpendapat bahwa kapasitas kognitif anak mampu menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman dan produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus menerus berkembang dan berubah.

2.1.2 Pemerolehan Bahasa Kedua

(Chaer,2003:242) menyebutkan bahwa proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya (B1). Untuk masalah yang dibicarakan ini ada pakar yang menyebut dengan istilah pembelajaran

bahasa (language learning) dan ada pula yang menyebut pemerolehan bahasa

(language acquisition)kedua. Menurut KBBI (2008:30) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Adapun pengajaran adalah proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan. Sesuai dengan bahasan


(35)

pada penelitian ini maka penelitian ini tidak membahas bagaimana proses pengajaran akan tetapi membahas proses pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010/2011 .

Digunakannya istilah pembelajaran bahasa karena diyakini bahwa bahasa kedua dapat dikuasai hanya dengan proses belajar, dengan cara sengaja dan sadar. Hal ini berbeda dengan penguasaan bahasa pertama atau bahasa ibu yang diperoleh secara alamiah , secara tidak sadar di dalam lingkungan keluarga pengasuh kanak-kanak itu. Bagi mereka yang menggunakan pemerolehan bahasa kedua (ketiga,dan seterusnya) beranggapan bahwa bahasa kedua itu juga merupakan sesuatu yang dapat diperoleh, baik secara formal dalam pendidikan formal, maupun informal dalam lingkungan kehidupan.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa

Berbagai faktor, variabel, dan kendala menentukan berhasil tidaknya pembelajaran bahasa kedua. Adapun faktor yang banyak dibicarakan orang karena berkaitan dengan keberhasilan pembelajaran bahasa kedua seperti yang diungkapkan Chaer (2009:251)berikut ini :

a. Faktor Motivasi

Dalam pemerolehan bahasa kedua ada asumsi yang menyatakan bahwa orang yang dalam dirinya ada keinginan, dorongan atau tujuan yang ingin dicapai dalam belajar bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang


(36)

belajar tanpa dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau motivasi itu. Lambert dan Gardner (1972), Brown (1980), dan Ellis (1986), juga mendukung pernyataan bahwa belajar bahasa akan lebih berhasil bila dalam diri pembelajar ada motivasi tertentu itu. Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa kedua, motivasi itu mempunyai dua fungsi, yaitu

(1) fungsi integratif dan (2) fungsi instrumental.

Motivasi berfungsi integratif kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk mempelajari suatu bahasa karena adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota masyarakat bahasa tersebut. Dan motivasi berfungsi instrumental adalah kalau motivasi itu mendorong seseorang untuk memiliki kemauan untuk mempelajari bahasa kedua itu karena tujuan yang bermanfaat atau karena dorongan ingin memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas sosial pada lapisan atas masyarakat tersebut.

Para santri dalam memperoleh bahasa Arab di pesantren modern Nurul Hakim memiliki motivasi berfungsi intgratif dan motivasi berfungsi instrumental. Keinginan untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab merupakan motivasi berfungsi integratif, dan keinginan mendapatkan hadiah dan takut dihukum merupakan motivasi berfungsi instrumental.

b. Faktor usia

Ada anggapan umum dalam pemerolehan bahasa bahwa anak-anak lebih baik dan lebih berhasil dalam pemerolehan bahasa kedua dibandingkan dengan orang


(37)

dewasa (Bambang Djunaidi,1990).Anggapan ini telah mengarahkan pada adanya hipotesis mengenai usia kritis atau peroide kritis (Lenneberg,1967; Oyama 1976) untuk belajar bahasa kedua. Sejumlah argumen dari segi biologis, kognitif,

dan afektif telah dikemukakan oleh sejumlah pakar untuk mendukung hipotesis itu. Seperti oleh Penfield dan Roberts(1959) untuk argumentasi biologis, Rosansky(1975) dan Krashen (1975) untuk argumentasi kognitif;dan Taylor (1974) dan Schuman (1975) untuk argumentasi afektif.

c. Faktor Penyajian Formal

Yaitu tipe penyajian yang berlangsung secara formal di dalam kelas dengan guru, dengan kesengajaan, dan dengan berbagai perangkat formal pembelajarannya, seperti kurikulum,metode, guru, media belajar, materi pembelajaran, dan sebagainya.

Pemerolehan bahasa kedua dengan penyajian formal sering didapati di sekolah-sekolah dan tempat-tempat kursus bahasa. Proses pemerolehan bahasa kedua yang demikian sudah diatur oleh penyaji dengan metode dan kurikulum yang sedemikian rupa. Pemeroleh hanya menerima apa yang sudah ditetapkan oleh penyaji, penyampaiannya terkesan monoton dan membosankan sehingga hasil yang didapat terkadang kurang maksimal karena tingkat kesadaran berbahasa yang dihasilkan tidak tumbuh dengan baik. Tingkat kesadaran berbahasa kedua itu akan tumbuh jika ada motivasi yang besar dalam diri seseorang dalam pemerolehan bahasa kedua. Kemauan atau keinginan adalah istilah yang tepat untuk motivasi dalam diri


(38)

manusia. Pemerolehan bahasa Arab secara non formal akan lebih menumbuhkan motivasi dalam diri manusia.

d. Faktor Bahasa Pertama

Para pakar pembelajaran bahasa kedua pada umumnya percaya bahwa bahasa pertama (bahasa ibu atau bahasa yang lebih dahulu diperoleh) mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa kedua pembelajar (Ellis, 1986: 19)

e. Faktor Lingkungan

Dullay(1985:14) menerangkan bahwa kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi seorang pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa baru(bahasa kedua). Yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh pembelajar sehubungan bahasa kedua yang sedang dipelajari(Tjohjono,1990).

Lingkungan yang berbahasa dapat memudahkan pemerolehan bahasa kedua. Seperti yang terdapat pada dunia pesantren, para santri diwajibkan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris setiap harinya. Para guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dikelas juga menggunakan bahasa tersebut, Bahkan seluruh bentuk tulisan disesuaikan dengan bahasa Arab atau bahasa Inggris. Sehingga tidak ada celah bagi para santri untuk berkomunikasi selain dengan

bahasa tersebut. Situasi dan kondisi yang dihasilkan oleh pesantren sangat


(39)

pesantren secara tidak langsung membiasakannya untuk selalu menggunakan bahasa kedua yaitu bahasa Arab ataupun bahasa Inggris.

2.1.4 Aspek-aspek Pemerolehan Bahasa Kedua.

Cakrawala (2007 : 2) dalam artikelnya yang berjudul pemerolehan bahasa kedua menyebutkan bahwa ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:

1. Kemampuan bahasa.

Biasanya apabila seseorang memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa mana yang akan sukses di dalam pembelajaran bahasa kedua. Meskipun demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan bahasa atau

language aptitude itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan. Penelitian mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude sering dikritik karena tidak relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa di sekolah-sekolah bahasa yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bahasa kedua terlepas dari apakah mereka memiliki bakat atau tidak untuk hal tersebut. Apalagi penelitian menemukan bahwa kemampuan bahasa atau language aptitude itu tidak dapat diubah.


(40)

Tes kemampuan bahasa atau language aptitude test tidak dilakukan secara khusus di lingkungan pesantren. Untuk mengukur kemampuan mereka berbahasa Arab, para pengurus bahasa mengadakan perlombaan-perlombaan secara berkala. Seperti mengadakan cerdas cermat bahasa, perlombaan pidato dalam bahasa Arab, Mengadakan lomba baca berita dan iklan, Mengadakan perlombaan pidato dalam bahasa Arab yang dilakukan setiap setiap bulan secara bergantian. Dari perlombaan-perlombaan itu akan diketahui siapa saja santri yang mempunyai bakat dalam berbahasa. Dari hasil usaha mereka, para pengurus bahasa memberikan reward yang sesuai.

2. Usia.

Sebagian besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.

Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk dirubah.


(41)

program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa immersion/ pembelajaran bahasa kedua dengan terjun langsung di lingkungan penutur asli, orang dewasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak, hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempurna dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.

3. Strategi yang digunakan.

Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran bahasa kedua dapat berhasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.

Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi kebuntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.

Strategi pemerolehan bahasa kedua yang dilakukan para santri dipesantren sanagat unik untuk diteliti. Karena mereka tidak dibolehkan menggunakan alat-alat elektronik seperti CD, TV kabel, Tape, dan yang lainnya secara pribadi, maka mereka berusaha dengan cara yang lain. Ide-ide cemerlangpun tumbuh dari mereka. Ada yang mulutnya selalu komat-kamit menghafal kosakata seperti membaca “mantra”,


(42)

membuat kelompok-kelompok bahasa dengan teman-temannya, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut membuat mereka lebih kreatif dalam memperoleh bahasa kedua. 4. Motivasi.

Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keberhasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah tehknik instruksi yang digunakan oleh guru.

2.1.5 Metode pemerolehan Bahasa Kedua.

Masih menurut Cakrawala (2007 : 3) ada banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk mempelajari bahasa kedua. Metode atau cara yang dipilih akan tergantung pada seberapa cepat dalam menguasai bahasa kedua itu, dimana kita tinggal dan berapa banyak dana yang dapat kita alokasikan untuk mencapai tujuan kita tersebut. Gabungan dari beberapa metode atau cara di bawah ini tentunya akan memberikan hasil belajar yang lebih optimal dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu metode saja. Berikut ini metode atau cara yang digunakan untuk mempelajari bahasa kedua menurut cakrawala


(43)

1. Pembelajaran di dalam kelas.

Ketika kita melaksanakan pembelajaran bahasa kedua di dalam kelas, kita dibantu oleh guru yang senantiasa dapat memberikan materi, dorongan dan umpan balik serta dapat menjadi lawan untuk mempraktekkan kemampuan bahasa kedua kita. Agar dapat menyelenggarakan pembelajaran bahasa kedua yang baik di dalam kelas, guru membutuhkan sumber-sumber pembelajaran bahasa yang otentik. Ini terutama dibutuhkan ketika kita mempelajari bahasa kedua di negara kita sendiri. Sumber-sumber pembelajaran bahasa yang digunakan harus otentik dalam hal lafal, intonasi, aksen dan idiom. Tanpa adanya sumber-sumber pembelajaran bahasa seperti itu, akan sangat sulit bagi seorang guru bahasa kedua untuk dapat menyampaikan perasaan dan fikiran orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pertamanya. Untuk itu ketika mengajar, para guru bahasa kedua sebaiknya hanya menggunakan rekaman suara yang dituturkan oleh penutur asli. Bahan-bahan pengajaran visual seperti video atau film juga harus menampilkan kebudayaan orang kedua yang otentik. Jangan menggunakan video atau film yang hanya menampilkan keindahan negara penutur bahasa kedua, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah kebudayaan orang penutur bahasa kedua. Video atau film seperti itu biasanya ditujukan hanya kepada para turis saja.

Selain itu guru/pihak sekolah dituntut untuk mampu menyediakan koran dan majalah dalam bahasa kedua karena merupakan dua sumber bacaan yang valid dan selalu memberikan informasi terkini mengenai kebudayaan orang kedua.


(44)

Metode ini dapat dilakukan dengan cara membeli CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang banyak di jual di toko-toko buku/kaset atau dapat dipesan online melalui Internet. Kelemahan mendasar dari metode belajar ini adalah tidak adanya guru yang mendampingi, sehingga ketika siswa perlu bertanya, tak ada seorang pun yang dapat menjawab. Namun demikian CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua sekarang ini telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar sendiri. Keberhasilan siswa di dalam pembelajaran bahasa kedua dengan menggunakan metode ini akan sangat tergantung pada tingkat keseriusan siswa di dalam belajar dan kualitas CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang siswa beli.

Namun pembelajaran dengan menggunakan CD ini tidak dapat dilakukan oleh pemeroleh bahasa kedua. Seperti yang terjadi pada para santri di pesantren, mereka tidak dibolehkan menggunakan CD atau alat-alat elektronik lainnya karena dikhawatirkan dapat disalahgunakan.

Para santri mempunyai cara sendiri dalam memperolehan bahasa Arab, Mereka memiliki buku notes untuk menulis setiap kosakata yang mereka dapat setiap harinya. Selain itu mereka dapat membaca berita-berita yang berbahasa Arab pada koran berbahasa Arab yang telah disediakan oleh pihak pesantren. Cara lain yang mereka gunakan adalah dengan membuat kelompok-kelompok diskusi, sehingga mereka terbiasa menggunakan bahasa Arab setiap harinya.

3. Pertukaran bahasa.

Belajar bahasa kedua dengan menggunakan metode ini menuntut siswa untuk mencari penutur asli bahasa kedua yang sedang dipelajarinya dan yang ingin


(45)

mempelajari bahasa ibu atau bahasa pertama siswa tersebut, sehingga keduanya dapat saling mengajari bahasanya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan mengakses beberapa situs di Internet yang menyediakan jasa tersebut. Alternatif lain dari metode ini adalah dengan mencari penutur asli sebagai teman berkorespondensi. Seorang guru bahasa kedua harus mendorong siswanya untuk berkorespondensi dengan orang penutur bahasa kedua.

Dengan berkorespondensi siswa dapat banyak berlatih bagaimana menulis dengan konteks situasi-situasi keseharian. Selain itu siswa akan dapat bertukar fikiran dengan penutur asli bahasa kedua, memahami sikap dan perilakunya yang merupakan gambaran dan budayanya. Korespondensi juga dapat memberikan motivasi kepada pelajar untuk melakukan perjalanan keluar negeri yang merupakan metode belajar yang terakhir.

Didalam lingkungan pesantren biasanya terdapat penutur asli yang sengaja didatangkan oleh pihak pesantren untuk membantu dalam pemerolehan bahasa kedua khususnya bahasa Arab. Seperti yang terdapat pada pesantren modern Nurul Hakim Tembung. Penutur bahasa Arab asli yang berkebangsaan Mesir menetap selama beberapa di pesantren tersebut, sehingga kegiatan-kegiatan pemerolehan bahasa Arab berjalan dengan baik.

4. Melakukan perjalanan dan tinggal selama beberapa waktu di luar negeri.

Dengan melakukan perjalanan ke luar negeri atau bahkan berkesempatan untuk tinggal selama beberapa waktu di luar negeri, siswa akan dapat memahami budaya orang-orang setempat. la dapat melihat dan menyadari persamaan maupun


(46)

perbedaan antara kebudayaan bangsanya dan kebudayaan bangsa yang bahasanya sedang ia pelajari. Selain itu perjalanan keluar negeri juga akan membuat siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa kedua dengan lebih baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan pembelajaran bahasa kedua di dalam negeri saja, karena di lingkungan barunya ini siswa menemukan tak seorang pun mampu menggunakan bahasa pertamanya, sehingga ia "terpaksa" harus senantiasa menggunakan bahasa kedua untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya agar dapat bertahan hidup.

Melakukan perjalanan dan tinggal selama beberapa waktu di luar negeri dapat dilakukan saat liburan, para santri di pesantren yang mempunyai orang tua yang berkecukupan dapat melakukan ibadah umrah atau wisata keluar keluar negeri. Kemampuan berbahasa Arab yang dimilikinya dapat diperaktekkannya langsung dengan penutur asli di negara tempat mereka berkunjung. Mereka akan mendengar langsung bagaimana bahasa Arab tersebut dituturkan oleh penutur aslinya.

Akan tetapi melakukan perjalanan keluar negeri ini tidak dapat dilakukan oleh banyak orang, karena membutuhkan materi yang tidak sedikit. Namun apabila hal ini dilakukan akan mendapatkan hasil pemerolehan bahasa Arab yang lebih baik.

Terampil dalam empat ketrampilan bahasa yang berbeda yaitu berbicara dan menulis (keterampilan aktif) serta mendengar dan membaca (keterampilan pasif) merupakan tujuan akhir dari setiap pembelajaran bahasa kedua.


(47)

2.1.6 Psikolinguistik

Secara etimologi psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik yaitu dua bidang ilmu yang berbeda namun keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya, hanya materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa,sedangkan psikologi mengkaji prilaku berbahasa atau proses berbahasa. Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya ketika berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia.(Slobin,1974;Meller 1964,Slama Cazahu 1973).

Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam penuturan itu. Dalam prakteknya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut , bahasa kedua dan sebagainya.

Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar dalam buku yang berjudul Psycholinguistic:A Survey of Theory and Reseach Problem pada tahun 1954 yang disunting Osgood dan Seboek yaitu:


(48)

1. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai system elemen yang saling berhubungan erat.

2. Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme) berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai suatu system tabiat dan kemampuan yang menghubungkan isyarat dengan prilaku.

3. Psikolinguistik adalah teori informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.

Dengan perkembangan ilmu psikolinguistik Mehler dan Noizet dalam artikelnya “ Vers une Modelle Psycholinguistic du locuteur” Yang dimuat dalam

Textes Pour Une Psycholinguistique (Paris ,1974) menerangkan tiga generasi teori psikolinguistik yaitu:

a. Teori Psikolinguistik Generasi pertama

Teori psikolingistik generasi pertama oleh C Osgood dan T Sebeok menitik

beratkan pada teori aliran behaviorisme atau teori perilaku. Teori ini

mengidentifikasikan bahasa sebagai satu sistem respon yang langsung dan tidak langsung terhadap stimulus verbal dan non verbal. Orientasi stimulus –respon (aksi- reaksi atau rangsangan –balasan) ini adalah orientasi psikologi.

Tokoh lain dari teori generasi pertama adalah L Bloomfield merupakan ahli linguistik Amerika yang menerima dan menerapkan teori behaviorisme (prilaku) dalam analis bahasa. Berikut beberapa pandangan Bloomfield tentang teori stimulus respon ini:


(49)

1. Bahasa adalah salah satu bentuk prilaku. Pernyataan ini menunjukkan bahwa bahasa adalah salah satu fenomena yang dapat ditangkap lewat panca indra yaitu indra pendengaran. Pernyataan ini sama dengan pernyataan bahwa bahasa adalah prilaku (Peri=kata,berperi=berkata dan laku= perbuatan.) Jadi pernyataan Bloomfield ini menyatakan bahwa bahasa adalah Verbal Behavior.

2. Dalam menganalisis bahasa perlu dibedakan tiga peristiwa beruntun sebagai berikut:

a. Peristiwa yang mendahului peristiwa berbahasa atau stimulus

pertama, kode S.

b.Respon yang dilakukan terhadap stimulus pertama,salah satu respon adalah prilaku atau perbuatan berbahasa yang berwujud bunyi bahasa, kode r.

c. peristiwa yang terjadi setelah ada respon prilaku diberi kode R 3. Diantara peristiwa a dan c terdapat peristiwa bahas yang terdiri dari respon bahasa terhadap stimulus. Respon bahasa yang berubah menjadi stimulus(kedua) dan akhirnya respon R setelah stimulus (kedua) . Runtun stimulus dan respon itu dapat digambarkan:

S r...s R

Menurut Bloomfield r...s adalah bahasa karena laku yang berupa peri


(50)

Aliran behaviorisme dalam psikologi merupakan aliran empiris , oleh karena itu mereka menganggap bahwa bahasa merupakan salaha satu wujud tingkah laku manusia yang dinyatakan secara verbal atau dengan kata-kata kalimat-kalimat). Pandangan ini diterapkan dalam proses pemerolehan bahasa, melalui proses pembelajaran.

b. Teori Psikolinguistik Generasi kedua

Teori psikolinguistik generasi kedua dikemukakan oleh Noam Chomsky dan George Miller dengan teori kognitif. Mereka berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh , melainkan kaidah dan kaidahlah yang diperoleh. Disini orientasi psikologis telah digantikan dengan orientasi linguistik. Beberapa pernyataan G.S Miller dan Noam Chomsky yang tetuang dalam artikel” Some Preliminaries in Psycholinguistics” yang dimuat dalam

American Psycholigist jilid 20 tahun 1985 menyangkut teori ini diantaranya:

1. Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang dan tidak semua ciri-ciri yang terang dalam ujaran mempunyai representasi fisik. Dengan kata lain tidak semua makna dapat diungkapkan dengan ujaran bahasa.

2. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkannya. Satu respon yang terpenggal – penggal terlalu menyederhanakan kekayaan makna atau makna secara keseluruhan.


(51)

4.Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri dari satuan-satuan yang menentukan interaksi antara makna-makna yang terdapat dalam kalimat tersebut.

5. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan dengan bahasa tidak terbatas jumlahnya.

6. Harus dibedakan antara pendeskripsian sebuah bahasa dan pendeskripsian pemakaian bahasa. Dengan kata lain dalam menganalisis proses berbahasa perlu dibedakan struktur dalam yang menjadi struktu batin penutur dan struktur luar yang merupakan wujud luar dari bahasa.

7. Adanya komponen biologis yang besar untuk menetukan kemampuan berbahasa.

c. Teori Psikolinguistik generasi ketiga

Psikolinguistik generasi ketiga dilahirkan oleh G Werstch dalam bukunya

Two Problems for the NewPsycholinguistics diberi nama New Psycholinguistics atau Psikolinguistik Baru mempunyai ciri-ciri yaitu:

1. Orientasi mereka kepada psikologi, tapi bukan psikolosi prilaku.

2. Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat “ dan keterlibatan dalam psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks

3. Adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak(atau persepsinya) kesatu analisis psikologi mengenai komunikasi dan perpikiran.

Ketiga ciri utama dari psikolinguistik generasi ketiga ini menunjukkan telah terjadinya suatu peningkatan kualitatif dalam perkembangan psikolinguistik.


(52)

2.2 Kerangka Teoritik

2.2.1 Teori Pembiasaan Klasik dari Pavlov

Teori ini ditemukan secara kebetulan oleh Ivan P.Pavlov (1848-1936), seorang ahli fisiologi bangsa Rusia. Sewaktu beliau meneliti proses pencernaan hewan, dia mendapati seekor anjing keluar air liurnya disaat melihat makanan. Maka beliau ingin melatih anjing itu untuk mengeluarkan air liurnya walaupun tidak diberikan makanan.

Ekperimen Pavlov dengan anjing itu terdiri dari empat elemen terpisah yang

selalu muncul dalam teori pembiasaan klasik, yaitu (1) Stimulus yang tidak

dibiasakan(STD) seperti makanan yang membangkitkan reaksi tertentu (2) Respons yang tidak dibiasakan (RTD) seperti mengeluarkan air liur disaat STD muncul; (3)

Stimulus yang dibiasakan (SD) seperti bunyi lonceng, yaitu peristiwa yang sebelumnya tidak membangkitkan reaksi; (4) Respons yang dibiasakan (RD) seperti mengeluarkan air liur jika lonceng dibunyikan, yaitu perilaku yang dilakukan anjing setelah mempelajari stimulus yang dibiasakan.

Menurut teori Pembiasaan Klasik ini kemampuan seseorang untuk

membentuk respons-respons yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis sistem yang digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar. Respons yang dibiasakan (RD) dapat diperkuat dengan ulangan-ulangan teratur dan intensif. Pavlov tidak tertarik dengan “pengertian” atau “pemahaman” atau apa yang disebut insight(kecepatan melihat


(53)

hubungan-hubungan didalam pikiran). Menurutnya RD adalah unit dasar pembelajaran yang paling baik.

2.2.2 Teori Pembiasaan Operan dari Skinner

Teori pembiasaan operan sering disebut juga pembiasaan instrumental diperkenalkan oleh B.F.Skinner sorang ahli psikologi Amerika yang dikenal sebagai

tokoh utama aliran neobehaviorisme. Teori ini pun dikenal sebagai aliran

neobehaviorisme karena sebenarnya teori ini adalah bentuk baru dari behaviorisme. Teori tentang pembiasaan operan (operant conditioning) atau pembiasaan instrumental (instrumental conditioning) dijelaskannya dengan percobaan kepada tikus. Dia memasukkan sebuah kaleng makanan di dalam sebuah kotak yang disebutnya kotak skinner, dan di luar kotak terdapat alat untuk menjatuhkan biji-bijian ke dalam kaleng itu. Setiap biji-biji-bijian itu jatuh akan terdengar bunyi “ting” ; dan apabila terdengar bunyi “ting” berarti ada makanan yang jatuh ke dalam kaleng itu. Skinner memasukkan seekor tikus ke dalam kotak tersebut, dan meletakkan sebuah besi. Apabila besi itu tersentuh maka akan jatuhlah makanan ke dalam kaleng, secara kebetulan tikus itu menyentuh besi itu dan makanan pun jatuh ke kaleng. Setelah beberapa lama peristiwa itu sering terjadi maka tikus pun mengetahui bahwa apabila dia menekan batang besi akan jatuh makanan ke dalam kaleng.

Biji makanan itu adalah penguat (reinforcer); peristiwa penekanan batang besi


(54)

rangsangan penguat (reinforcing stimulus); sedangkan perilaku disebut perilaku yang dibiasakan (conditioned response).

Skinner menyimpulkan bahwa penguatan (reinforcement) akan selalu menambah kemungkinan berulangnya suatu perilaku. Dikarenakan penekanan memerlukan penguatan yang juga menjadi dasar teori ini,maka teori ini sering disifatkan sebagai model S – R – R yaitu stimulus – respons – reinforcement.

Skinner meyakini bahwa proses pembelajaran yang utama antara binatang dan manusia adalah sama. Bagi skinner, guru merupakan arsitek utama dalam pembentukan tingkah laku siswa agar bertutur sesuai dengan pembelajaran bahasa itu.

Teori ini pernah dicontohkan oleh Travers (Simanjuntak,1987:71)dari pembelajaran bahasa oleh kanak-kanak. Travers mencontohkan bahwa seorang kanak-kanak akan diberi hadiah jika menggunakan kata please .

Berdasarkan teori-teori di atas di dalam lingkungan pesantren teori pembiasaan klasik dari Pavlov dan teori Skinner secara tidak langsung diterapkan. Yaitu seorang santri dibiasakan mengucapkan beberapa kalimat berbahasa Arab yang

sifatnya umum dan sering digunakan yaitu mengucapkan salam

مﻼّ ا

|

assalamu’alaikum| di saat berjumpa dengan siapa saja, mengucapkan

ﻼها

ﻼﻬ و

|ahlan wa sahlan| jika menyambut tamu yang datang,mengucapkan

اﺮﻜ

|syukran|untuk berterima kasih. Mereka juga dibiasakan menggunakan kata

ﺎ أ

ana


(55)

dihormati,dan lain sebagainya. Selanjutnya pada malam hari akan diumumkan siapa saja dari para santri yang tidak menggunakan kata-kata di atas,dan selanjutnya mereka akan dihukum karena tidak menggunakan bahasa tersebut.

Hukuman adalah penguat (reinforcer), peristiwa penggunaan bahasa Arab tadi adalah penguatan (reinforcing event), adanya hukuman disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus) ,sedangkan perilaku santri disebut perilaku yang dibiasakan (conditioned response).

Menurut Skinner perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi, atau disebabkan oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta pengukuhan (reinforcement) dari rangsangan itu. Dia juga tidak menerima adanya “kepandaian yang dibawa sejak lahir”. Karena dalam pembelajaran berbahasa semata-mata diperoleh sebagai hasil rangsangan dan pengukuhan terhadap rangsangan itu.

Sebagai landasan teori pada penelitian ini penulis menggunakan teori Stimulus – Respons yakni teori pembiasaan Klasik dari Pavlov dan Teori Pembiasaan Operan dari Skinner.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pemerolehan bahasa Arab secara khusus belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Mereka cenderung meneliti pemerolehan bahasa asing secara umum. Diantaranya Mulyani (2006) dalam penelitian yang berjudul Pemerolehan Bahasa Asing di Pesantren Modern. Beliau memilih tempat penelitian di pesantren modern Gontor Ponorogo. Adapun bahasa asing yang


(56)

ditelitinya adalah bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam penelitian ini beliau menemukan bahasa proses pemerolehan bahasa dipesantren dijelaskan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah proses pemerolehan bahasa asing dengan cara terpimpin, yaitu para santri masih perlu banyak bimbingan dari para senior dan guru-gurunya. Dan tahap kedua secara tidak terpimpin, para santri tidak banyak dibimbing lagi oleh para senior dan guru-gurunya akan tetapi mereka berusaha memperolehnya sendiri dengan arahan-arahan dari senior dan guru-gurunya dan juga dengan menggunakan fasilitas-fasilitas pendukung untuk mengembangkan pemerolehan bahasa asing mereka.

Hayati Chalil(2001) dalam tesis yang berjudul Pemerolehan Past Tens Bahasa Inggris oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Universitas Sumatera Utara dan Mahasaiswa English Language Institute Victoria University Melbourne:Studi kasus. Penelitian ini membahas bagaimana past tens dalam bahasa Inggris digunakan oleh pembelajar Indonesia dan non Indonesia, jenis verba past apa yang digunakan, apakah tugas yang berbeda mempengaruhi penggunaan verba past, bagaimana penggunaan verba

past yang benar, bagaimana penggunaan verba past yang tidak benar dan apakah ada pengaruh lingkungan belajar terhadap sifat bahasa pembelajar.

Arifulhaq (2004) dalam tesis yang berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Inggris pada Siswa SMA Negeri 1 Gunung Sitoli. Penelitian ini membahas bagaimana sintaksis bahasa Inggris digunakan oleh para siswa,apakah tugas yang berbeda mempengaruhi penggunaan frase,klausa,kalimat,dan apakah ada pengaruh lingkungan belajar terhadap sifat bahasa para siswa.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dipusatkan dengan pendekatan psikolinguistik terhadap pola atau model perolehan bahasa asing (bahasa arab) yang diterapkan di pesantren modern Nurul Hakim Tembung. Informan yang dipilih adalah mereka yang memahami secara mendalam terkait dengan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, yakni ustadz (guru),santri dan pengurus lembaga bahasa.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Jl.H.M.Ya’kub Lubis no 71 Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan,Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Pesantren Modern Nurul Hakim didirikan sebagai realisasi dari wasiat almarhum H. Abdul Hakim Nasution yang berwasiat agar didirikan masjid dan pesantren di lahan seluas kurang lebih dua hektar yang telah disediakan di Desa Tembung. Setelah mengadakan analisa dan perbandingan akhirnya model yang akan dikembangkan ialah model pesantren modern, maka dibangunlah Pesantren Modern Nurul Hakim.

Sejak awal berdirinya pada tahun 1992 Pesantren Modern Nurul Hakim telah menamatkan santri sebanyak 13 kali dengan 371 orang alumni. Dan saat ini santri


(58)

sebanyak 175 santri. Jumlah santri Mts dari kelas 1 (satu) sampai kelas 3 (tiga) sebanyak 108 orang, dan santri aliyah sebanyak 67 orang. Adapun santri kelas 1 Mts berjumlah 43 orang, yang terdiri dari 33 orang santri putra(PA) dan 10 orang santri putri(PI). Mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda.

Arah Dan Tujuan Pendidikan

Sebagai sebuah Balai Pendidikan Peantren Modern Nurul Hakim selain mengacu pada tujunan pendidikan nasional juga mempunyai tujuan pendidikan institusional sebagaimana lazimnya pendidikan di Indonesia.

Arah dan tujuan pendidikan tersebut adalah : 1. Ibadah Tholabul Ilmi (menuntut ilmu).

Para santri mencari ilmu dengan penuh kesungguhan karena kewajiban menghilangkan kebodohan demi mengharap ridha Allah semata, bukan sekedar mencari formalitas/ijazah, atau mengejar status sosial tertentu.

2. Kemasyarakatan.

Setelah keluar dari pesantren para santri mampu mengabdikan ilmunya untuk memajukan masyarakatnya. Untuk itulah secara sistemik, proses pembelajaran di pesantren ditekankan pada hal-hal yang akan ditemui di masyarakat.


(59)

Yaitu sederhana dalam berfikir (pragmatis), sederhana dalam bertindak (sesuai dengan etika Indonesia), dan sederhana dalam hidup, yaitu dalam batas kewajaran sesuai dengan status dan kemampuannya.

4. Perekat umat.

Yaitu berupaya tampil sebagai perekat umat dengan tidak fanatik terhadap mazhab, organisasi dan lain-lain, sebagai gambaran dari wawasan keislaman utuh yang dimiliki. Kegiatan-kegiatan yang bersifat mempererat persatuan umat senantiasa dilakukan. Baik berupa silaturrahim maupun mengadakan acara-acara yang melibatkan masyarakat.

Target

Target yang ingin dicapai adalah membentuk generasi muda muslim yang beriman kuat, berakhlak mulia, berwawasan luas, berbadan sehat, terampil, dinamis, mandiri dan siap berkhidmat pada masyarakat, bangsa dan negara demi mengharapkan keridhaan Allah SWT. Di samping itu mampu menghadapi hidup dengan bekal ilmu yang dimiliki.

Program Pendidikan

1. Pendidikan Rohani, yaitu pendidikan yang meliputi ubudiyah, aqidah dan akhlaq dengan cara penyadaran dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Intelektual, yaitu mengembangkan silabus madrasah dan Pesantren sekaligus.


(60)

2. Pendidikan Jasmani, yaitu melatih kesehatan fisik melalui kegiatan wajib, yaitu senam dan lari pagi, dan kegiatan pilihan, seperti sepak bola, basket, atletik dan olah raga lainnya.

3. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu segala kegiatan yang mempersiapkan santri memasuki dunia kemasyarakatan, seperti keorganisasian, koperasi, dan lain-lain. 4. Pendidikan Keterampilan, yaitu pendidikan yang mempersiapkan santri memiliki

kecakapan hidup (life skills), seperti managemen, latihan pidato (Indonesia, Arab dan Inggris), drumband, komputer, bela diri dan lain-lain.

5. Pendidikan Kesenian, yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan

jiwa seni santri, seperti seni baca Qur’an (murottal/mujawwad), barzanji, nasyid, kaligrafi, musik, dan lain-lain.

Jadwal Dan Program Kegiatan

Untuk mewujudkan target dan program pendidikan di atas bukanlah pekerjaan mudah, karena harus melalui pembinaan yang terencana dan terarah. Untuk itu dibuatlah jadwal kegiatan, yaitu harian, mingguan, semesteran, dan tahunan, sebagai berikut.

1. Jadwal Harian,

Jadwal yang dijalankan santri setiap hari, yaitu:

Jam 04.30-06.15: bangun pagi, sholat shubuh berjamaah, pembinaan membaca Al- Qur’an, pemberian kosa kata Bahasa Arab dan Inggris. Jam 06.15-07.30: Olah raga, mandi, makan pagi, persiapan masuk kelas.


(61)

Jam 07.30-13.30: kegiatan belajar mengajar di Madrasatul Kulliyatul Mu’allimin Al- Islamiyah (KMI).

Jam 13.30-14.30: Sholat Dhuhur berjamaah, makan siang Jam 14.30-15.30: Istirahat, kegiatan ekstra

Jam 15.30-16.15: Sholat Ashar berjamaah, membaca Al-Qur’an

Jam 16.15-18.00: Acara bebas : Olah raga, kesenian, keterampilan, dsb, mandi dan persiapan ke masjid

Jam 18.00-18.30: I’tikaf di masjid

Jam 18.30-19.30: Sholat Maghrib berjamaah, makan malam Jam 19.30-22.00: Sholat Isya’ berjamaah dan belajar kelompok Jam 22.00-04.30: tidur dimulai dengan pembacaan Absen dan do’a

2. Jadwal Mingguan,

Jadwal yang dilaksanakan santri setiap minggu, yaitu:

Hari Senin, Kamis, sabtu, jam 20.30 WIB: muhadharah, latihan pidato

Arab/Inggris

Hari Selasa dan Jum’at, jam 05.30-06.30 WIB : Latihan percakapan bahasa Arab dan Inggris

Hari Minggu, jam 14.30-16.30 WIB: latihan kepramukaan. Hari Kamis, jam 19.00-19.30 WIB: pengajian wirid Yasin

Hari Jum’at, jam 08.00-11.00 WIB: lari pagi, gotong royong kebersihan dan kolam ikan, bela diri


(63)

5. Program-program Pasca pesantren.

Para santri tidak hanya dibimbing selama di Pesantren, melainkan juga setelah menyelesaikan studi di Pesantren. Pembinaan yang dilakukan ialah dengan cara:

a. Memfasilitasi alumni melanjutkan studi di dalam dan luar negeri, baik

pendidikan agama (PTA) maupun umum (PTU).

b. Memberikan kesempatan mengabdikan ilmunya di Pesantren Modern Nurul

Hakim, terutama bagi mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan mengabdi.

Tenaga Pengelola

Pesantren Modern Nurul hakim dikelola oleh tenaga yang profesional, baik tenaga pengelola adminsitrasi maupun staf pengajar. Staf pengajar diambil dari semua jenjang pendidikan, mulai dari tamatan Pesantren Nurul Hakim sampai tamatan strata tiga, dalam dan luar negeri.

Adapun susunan pengelola ialah: Ketua Yayasan;

Hj. Apriani Hakim Nasution, SE Pimpinan Umum;

Prof. DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA. Kepala Pengasuhan;


(1)

dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang sudah dirancang setiap tahunnya. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah memberikan kosa kata setiap pagi dan menulisnya di papan tulis, mengadakan muhadatsah ( percakapan bahasa Arab) setiap harinya, memeriksa buku catatan kosa kata para santri, mengadakan perlombaan-perlombaan dan memberi hadiah bagi para santri yang berprestasi, dll.

b. Cara mandiri (tidak terpimpin) : Yaitu usaha yang dilakukan para santri dengan kesadaran mereka untuk memperoleh bahasa Arab. Segala cara mereka lakukan, ada yang menghafal kosa kata tiap hari, mencatat kosa kata baru yang tertulis di papan tulis, berdiskusi, membuat kelompok-kelompok bahasa Arab dengan teman-teman mereka, dan membaca koran yang berbahasa Arab. Cara mandiri ini merupakan cara yang nyaman yang mereka lakukan karena mereka bebas berekspresi dengan cara mereka. Para santri dikarantina dengan tinggal di asrama menjalankan program-porogram yang telah ditetapkan oleh para guru dan pengurus bahasa. Sistem karantina ini sangat efektif untuk pengawasan mereka, karena mereka tinggal pada asrma yang sama. Kesungguhan dan usaha mereka dapat dilihat dan diarahkan dengan cepat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tahun Ajaran 2010-2011 dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


(2)

a. Faktor internal (faktor dalam) adalah faktor yang berhubungan dengan mental dan kejiwaan santri. Faktor ini sangat menentukan keberhasilan santri dalam pemerolehan bahasa Arab di pesantren. Bimbingan dan tekanan selalu diberikan kepada santri baik didalam kelas maupaun diluar kelas. Apabila mereka tidak memiliki mental yang kuat, akan menjadi beban sama mereka. Program-program bahasa yang dirancang sedemikian rupa akan terasa berat dilakukan, karena mentalnya tidak siap menerima tekanan-tekanan yang dilakukan para guru di dalam kelas dan para pengurus bahasa diluar kelas. Tapi yang memiliki mental dan kemauan yang kuat akan memudahkan mereka memperoleh bahasa Arab dengan baik. Kemauan yang kuat dengan sendirinya akan membimbing mereka berusaha dan berekspresi dengan bebas. Segala usaha mereka lakukan, walaupun dikatakan orang ”gila” karena komat-kamit dijalan menghafal kosa kata. Pepatah Arab yang mengatakan

ّﺪ

ﺪ و

|man jadda wajada| (siapa yang bersungguh-sungguh akan

mendapat) menjadi prinsip yang sudah melekat dalam kehidupan mereka. Faktor yang bersifat non linguistik atau dapat dikatakan yang bersifat psikis (mental) pelakunya lebih cendrung memberikan pengaruh kepada pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tahun Ajaran 2010-2011daripada faktor-faktor yang bersifat linguistik. Yaitu kesadaran dan keinginan untuk dapat berbahasa Arab dengan cepat yang tumbuh dari diri mereka sendiri. Oleh karenanya bahasa yang


(3)

diperoleh setelah santri 6 (enam) bulan dipesantren belum maksimal, Mereka hanya menyambung-nyambungkan kosa kata yang mereka peroleh setiap harinya tanpa mengetahui struktur linguistik yang baik.

b. Faktor eksternal (faktor luar) yaitu berhubungan dengan dorongan dan motivasi yang datang dari luar. Lingkungan yang berbahasa memudahkan mereka memperoleh bahasa Arab dengan cepat. Tekanan dan bimbingan yang terus menerus membuat mereka terbiasa untuk selalu disiplin memperoleh bahasa Arab di Pesantren. Tekanan yang dilakukan oleh para guru dan dan pengurus bahasa ada dua macam. Yang pertama berupa hukuman-hukuman yang diberikan kepada para santri yang berkomunikasi selain dengan bahasa Arab. Dan yang kedua berupa reward yang diberikan kepada para santri yang berdisiplin dalam berbahasa.

5.2 Saran

Penelitian tentang pemerolehan bahasa Arab pada santri kelas 1 MTs di pesantren Modern Nurul Hakim Tembung merupakan penelitian yang masih awal. Dari paparan data yang telah dikemukanan peneliti tampak bahwa pemerolehan bahasa di Pesantren Modern Nurul Hakim merupakan suatu yang unik untuk diteliti. Sebagai saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah

1. Penelitian ini menjadi gambaran tentang fenomena yang terjadi pada pemerolehan bahasa Arab santri kelas 1 MTs Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung Tahun Ajaran 2010-2011.


(4)

2. Diperlukan pengembangan yang lebih luas lagi pada metode pemerolehan bahasa di Pesantren, agar tidak membosankan.

3. Fasilitas-fasilitas pendukung pemerolehan bahasa Arab agar lebih ditingkatkan lagi dan disesuaikan dengan fasilitas modern. Seperti internet, CD-CD, dll.

4. Diharapkan adanya peneliti-peneliti lanjutan mengenai pemerolehan bahasa Arab pada santri di pesantren.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Abdurrahman, Al – Qadir Ahmad. 1979.Thuruqu Ta’alim al – Lughah al – ‘Arabiyah,

al – Mishriyah. Kairo: Maktabah al – Nahdah

Affandi, Syahrul. 2010. Bahasa Kedua. Makalah bahasa kedua. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik Universitas Riau: Dumai

Al – Sya’alabi, Ahmad, 1961. Tarikh al – Tarbiyah al – Islamiyah, (Cet. 11). Kairo: Maktabah al Nahdhah al – Mishriyah

Al – Sya’alabi, Ahmad, 1983. Ta’lim al – Lughah al ‘Arabiyah lighairi al – ‘Arab. Kairo: Maktabah al Nahdhah al – Mishriyah

Anis Farihah, 1973. Nazhriyaat Hal Lughah, dar al – Kitab al – Ubnany. Beirut: dar al – Kitab al – Ubnany

Al-Hadîdî,1966. ‘Alî, Musykilât Ta’lîm al-Lughah al-’Arabiyyah li Ghair al-Arab. Kairo: Dâr al-Katib al-’Araby.

Al-Hijazî, Mahmûd Fahmi . 1978. Madkhal ila ‘Ilm Lughah. Cairo: Dar al-Tsaqafah:

Arifulhaq, 2004. Pemerolehan Sintaksis Bahasa Inggris pada siswa SMA Negeri 1 Gunug Sitoli (Unpublished thesis). Medan: Pascasarjana USU.

Chaer,Abdul, 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik, Cet. Pertama, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Cakrawala , 2007. Artikel yang berjudul pemerolehan bahasa kedua, (www. Artikel Cakrawala TNI AL.com diakses 20 Maret 2011).

Chalil,Hayati, 2001. Pemerolehan Pas Tens Bahasa Inggris oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan Mahasiswa English Language Institue Victoria University Melbourn:Studi Kasus(Unpublished thesis). Medan: Pascasarjana USU.

Djunaidi,Bambang,1990.Pembelajaranbahasakedua,(http://massofa.wordpress.com/200 8/01/28/pemerolehan- bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua/ diakses 20 Juni 2010).


(6)

Dullay,1985.Faktorfaktorpembelajranbahasakedua,(http://massofa.wordpress.com/2008 /01/28/pemerolehan- bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua/ diakses15 maret2011). Dahlan,Juwairiyah, 1992. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya:

Al-Ikhlas.

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.

Husaini,Abdullah Hilal, 2000. Al-Muktashid fi Annahu wassorfu. Cairo: Al-Azhar University

Manfred Ziemek, 1986. Life of boarding school, www.Ahmadsudrajat.wordpress.com .

Maufur, Mustolah, , 1993. English Grammar, Ponorogo: KMI Pondok Modern Gontor,

Mulyani, , 2006 Model pemerolehan bahasa asing di Pesantren, (Unpublished thesis): Ponorogo.

Walfajri, 2009 Karekteristik bahasa Arab. www.google.com,Karekteristik bahasa kedua.diakses 20 juni 2011.