membuat kelompok-kelompok bahasa dengan teman-temannya, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut membuat mereka lebih kreatif dalam memperoleh bahasa kedua.
4. Motivasi. Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang
memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keberhasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang
memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap,
tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah tehknik instruksi yang digunakan oleh guru.
2.1.5 Metode pemerolehan Bahasa Kedua.
Masih menurut Cakrawala 2007 : 3 ada banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk mempelajari bahasa kedua. Metode atau cara yang dipilih akan
tergantung pada seberapa cepat dalam menguasai bahasa kedua itu, dimana kita tinggal dan berapa banyak dana yang dapat kita alokasikan untuk mencapai tujuan
kita tersebut. Gabungan dari beberapa metode atau cara di bawah ini tentunya akan memberikan hasil belajar yang lebih optimal dibandingkan dengan hanya
menggunakan salah satu metode saja. Berikut ini metode atau cara yang digunakan untuk mempelajari bahasa kedua menurut cakrawala
Universitas Sumatera Utara
1. Pembelajaran di dalam kelas. Ketika kita melaksanakan pembelajaran bahasa kedua di dalam kelas, kita
dibantu oleh guru yang senantiasa dapat memberikan materi, dorongan dan umpan balik serta dapat menjadi lawan untuk mempraktekkan kemampuan bahasa kedua
kita. Agar dapat menyelenggarakan pembelajaran bahasa kedua yang baik di dalam kelas, guru membutuhkan sumber-sumber pembelajaran bahasa yang otentik. Ini
terutama dibutuhkan ketika kita mempelajari bahasa kedua di negara kita sendiri. Sumber-sumber pembelajaran bahasa yang digunakan harus otentik dalam hal lafal,
intonasi, aksen dan idiom. Tanpa adanya sumber-sumber pembelajaran bahasa seperti itu, akan sangat sulit bagi seorang guru bahasa kedua untuk dapat menyampaikan
perasaan dan fikiran orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pertamanya. Untuk itu ketika mengajar, para guru bahasa kedua sebaiknya hanya
menggunakan rekaman suara yang dituturkan oleh penutur asli. Bahan-bahan pengajaran visual seperti video atau film juga harus menampilkan kebudayaan orang
kedua yang otentik. Jangan menggunakan video atau film yang hanya menampilkan keindahan negara penutur bahasa kedua, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah
kebudayaan orang penutur bahasa kedua. Video atau film seperti itu biasanya ditujukan hanya kepada para turis saja.
Selain itu gurupihak sekolah dituntut untuk mampu menyediakan koran dan majalah dalam bahasa kedua karena merupakan dua sumber bacaan yang valid dan
selalu memberikan informasi terkini mengenai kebudayaan orang kedua. 2. Pembelajaran otodidak.
Universitas Sumatera Utara
Metode ini dapat dilakukan dengan cara membeli CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang banyak di jual di toko-toko bukukaset atau dapat dipesan online
melalui Internet. Kelemahan mendasar dari metode belajar ini adalah tidak adanya guru yang mendampingi, sehingga ketika siswa perlu bertanya, tak ada seorang pun
yang dapat menjawab. Namun demikian CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua sekarang ini telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar
sendiri. Keberhasilan siswa di dalam pembelajaran bahasa kedua dengan menggunakan metode ini akan sangat tergantung pada tingkat keseriusan siswa di
dalam belajar dan kualitas CD atau DVD pembelajaran bahasa kedua yang siswa beli. Namun pembelajaran dengan menggunakan CD ini tidak dapat dilakukan oleh
pemeroleh bahasa kedua. Seperti yang terjadi pada para santri di pesantren, mereka tidak dibolehkan menggunakan CD atau alat-alat elektronik lainnya karena
dikhawatirkan dapat disalahgunakan. Para santri mempunyai cara sendiri dalam memperolehan bahasa Arab,
Mereka memiliki buku notes untuk menulis setiap kosakata yang mereka dapat setiap harinya. Selain itu mereka dapat membaca berita-berita yang berbahasa Arab pada
koran berbahasa Arab yang telah disediakan oleh pihak pesantren. Cara lain yang mereka gunakan adalah dengan membuat kelompok-kelompok diskusi, sehingga
mereka terbiasa menggunakan bahasa Arab setiap harinya. 3. Pertukaran bahasa.
Belajar bahasa kedua dengan menggunakan metode ini menuntut siswa untuk mencari penutur asli bahasa kedua yang sedang dipelajarinya dan yang ingin
Universitas Sumatera Utara
mempelajari bahasa ibu atau bahasa pertama siswa tersebut, sehingga keduanya dapat saling mengajari bahasanya masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengakses beberapa situs di Internet yang menyediakan jasa tersebut. Alternatif lain dari metode ini adalah dengan mencari penutur asli sebagai teman berkorespondensi.
Seorang guru bahasa kedua harus mendorong siswanya untuk berkorespondensi dengan orang penutur bahasa kedua.
Dengan berkorespondensi siswa dapat banyak berlatih bagaimana menulis dengan konteks situasi-situasi keseharian. Selain itu siswa akan dapat bertukar fikiran
dengan penutur asli bahasa kedua, memahami sikap dan perilakunya yang merupakan gambaran dan budayanya. Korespondensi juga dapat memberikan motivasi kepada
pelajar untuk melakukan perjalanan keluar negeri yang merupakan metode belajar yang terakhir.
Didalam lingkungan pesantren biasanya terdapat penutur asli yang sengaja didatangkan oleh pihak pesantren untuk membantu dalam pemerolehan bahasa kedua
khususnya bahasa Arab. Seperti yang terdapat pada pesantren modern Nurul Hakim Tembung. Penutur bahasa Arab asli yang berkebangsaan Mesir menetap selama
beberapa di pesantren tersebut, sehingga kegiatan-kegiatan pemerolehan bahasa Arab berjalan dengan baik.
4. Melakukan perjalanan dan tinggal selama beberapa waktu di luar negeri. Dengan melakukan perjalanan ke luar negeri atau bahkan berkesempatan
untuk tinggal selama beberapa waktu di luar negeri, siswa akan dapat memahami budaya orang-orang setempat. la dapat melihat dan menyadari persamaan maupun
Universitas Sumatera Utara
perbedaan antara kebudayaan bangsanya dan kebudayaan bangsa yang bahasanya sedang ia pelajari. Selain itu perjalanan keluar negeri juga akan membuat siswa
mampu berkomunikasi menggunakan bahasa kedua dengan lebih baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan pembelajaran bahasa kedua di dalam negeri saja, karena
di lingkungan barunya ini siswa menemukan tak seorang pun mampu menggunakan bahasa pertamanya, sehingga ia terpaksa harus senantiasa menggunakan bahasa
kedua untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya agar dapat bertahan hidup.
Melakukan perjalanan dan tinggal selama beberapa waktu di luar negeri dapat dilakukan saat liburan, para santri di pesantren yang mempunyai orang tua yang
berkecukupan dapat melakukan ibadah umrah atau wisata keluar keluar negeri. Kemampuan berbahasa Arab yang dimilikinya dapat diperaktekkannya langsung
dengan penutur asli di negara tempat mereka berkunjung. Mereka akan mendengar langsung bagaimana bahasa Arab tersebut dituturkan oleh penutur aslinya.
Akan tetapi melakukan perjalanan keluar negeri ini tidak dapat dilakukan oleh banyak orang, karena membutuhkan materi yang tidak sedikit. Namun apabila hal ini
dilakukan akan mendapatkan hasil pemerolehan bahasa Arab yang lebih baik. Terampil dalam empat ketrampilan bahasa yang berbeda yaitu berbicara dan
menulis keterampilan aktif serta mendengar dan membaca keterampilan pasif merupakan tujuan akhir dari setiap pembelajaran bahasa kedua.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Psikolinguistik