commit to user 38
38
E. Kecernaan Bahan Organik
Rerata hasil kecernaan bahan organik pada domba lokal jantan gekorhari ditunjukkan dalam Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Rerata kecernaan bahan organik domba lokal jantan Perlakuan
Rerata Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
P0 43,70
60,27 60,50
54,83
a
P1 63,15
62,27 74,10
66,51
b
P2 59,04
76,03 76,62
70,56
c
P3 75,20
75,99 79,82
77,00
c
P4 77,95
77,31 79,67
78,31
c
Rerata 63,81
a
70,38
b
74,14
b
Ket: Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan
berbeda sangat nyata P0,01
Kecernaan bahan organik rata-rata dari P0, P1, P2, P3 dan P4 secara berurutan adalah 54,83; 66,51; 70,56; 77,00 dan 78,31 persen. Untuk hasil
analisis variansi pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan L- carnitin dalam ransum menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata
P0,01, sedangkan pada kelompok hasil analisis variansi menunjukkan berbeda nyata P0,05 lampiran 5.
Hasil uji orthogonal kontras menunjukkan bahwa P0 berbeda sangat nyata dengan P1, P2, P3 dan P4. P0 menggunakan jagung kuning sedangkan
pada ransum yang lain menggunakan onggok fermentasi sebagai pengganti jagung. Penggunaan onggok fermentasi dari hasil kondisi fisik, baunya lebih
harum dan kemungkinan rasanya juga lebih enak sedangkan pada jagung tidak terjadi perubahan fisik maupun perubahan rasa. Sedangkan P1 berbeda sangat
nyata dengan P2, P3 dan P4. untuk P2 berbeda tidak nyata P0,05 dengan P3 dan P4, hal ini diduga karena P2 hanya disuplementasi oleh L-carnitin
sedangkan L-carnitin mempunyai kandungan protein yang tinggi. L-carnitin yang disuplementasi merupakan sumber N yang mengandung protein dan
NPN. untuk P3 dan P4 tidak berbeda nyata karena kandungan bahan organik dari P3 dan P4 hampir sama.
commit to user 39
39
P0 berbeda sangat nyata terhadap P1 sampai dengan P4hal ini mungkin karena kandungan TDN onggok fermentasi lebih besar yaitu sekitar
82,59 persen sedangkan jagung 69,57 persen. Hal ini di duga karena zat-zat makanan onggok fermentasi mudah dicerna karena sebelumnya telah
mengalami fermentasi, sehingga kecernaan bahan organik meningkat. Menurut Anitasari 2010 bahwa karbohidrat struktural telah dirombak
menjadi karbohidrat non struktural yang lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen dalam proses fermentasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Syaro dari
Anitasari, 2010 bahwa semakin tinggi fermentabilitas suatu bahan pakan, maka kemungkinan untuk dicerna oleh mikroba rumen juga meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan kecernaan bahan organik. Ketersediaan bahan organik sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen
semakin meningkat yang mengakibatkan mikroba rumen dapat berkembang biak dengan baik dan bekerja lebih optimal sehingga bahan organik tercerna
dengan mudah. Karbohidrat merupakan komponen yang paling berpengaruh
diantara komponen bahan organik dalam penentuan kecernaan bahan organik karena karbohidrat sebagai penghasil energi adalah komponen
terbesar dalam pakan. Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan biasanya mewakili 50 sampai 75
persen dari
jumlah bahan
kering dalam
bahan makanan
ternak Tillman et al., 1991. P1 menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap P2, P3 dan P4.
Kecernaan P2 sampai P4 yang di tambahkan L-carnitin lebih baik dari P1. Hal ini di duga karena L-carnitin mempunyai fungsi utama mentransport asam
lemak rantai panjang ke dalam mitokondria di mana proses βoksidasi berlangsung. Menurut Grupth et al., disitasi Suwarsito, 2004 fungsi utama L-
carnitin adalah menyediakan suatu shuttle molecule yang berperan sebagai transfer asam lemak rantai panajang ester asil carnitin dari sitosol ke dalam
mitokondria. Menurut Sutardi dari Astawa 2005, mengatakan bahwa bahan
commit to user 40
40
organik erat kaitannya dengan bahan kering sebab sebagian bahan kering terdiri atas bahan organik, apabila kecernaan bahan kering diperoleh sama,
maka koefisien cerna bahan organik yang diperoleh akan sama.
F. Kecernaan Serat Kasar