commit to user 34
34
C. Konsumsi Serat kasar
Rerata konsumsi serat kasar pada domba lokal jantan yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Table 6. Rerata konsumsi serat kasar domba lokal jantan gekorhari Perlakuan
Rerata Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
P0 65,85
74,65 80,16
73,56
a
P1 97,91
93,09 127,45
106,15
b
P2 75,29
140,59 148,54
121,47
c
P3 115,96 169,28
137,67 140,47
d
P4 173,47
180,21 188,24
180,64
e
Rerata 105,70
131,57 136,41
Ket: Angka dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat
nyata P0,01
Rerata konsumsi serat kasar berturut-turut dari P0, P1, P2,P3 dan P4 yaitu 73,56; 106,15; 121,47; 140,47 dan 189,64 gramekorhari. Dari hasil
analisis variansi dari ke lima perlakuan menunjukkan bahwa suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitin dalam ransum berbeda sangat nyata
P0,01 terhadap konsumsi serat kasar dan analisis variansi kelompok menunjukkan berbeda tidak nyata P0,05 lampiran 3. Dari hasil diatas
terjadi kenaikan konsumsi serat kasar di duga karena pengaruh dari konsumsi bahan kering. Sejalan dengan pendapat Kamal 1994 bahwa banyaknya bahan
kering akan mempengaruhi besarnya nutrien yang dikonsumsi sehingga semakin banyak bahan kering yang dikonsumsi meningkatkan konsumsi
nutrien lainnya. Konsumsi serat kasar P0 berbeda sangat nyata terhadap P1, P2, P3 dan
P4, sedangkan P1 berbeda nyata terhadap P2, P3 dan P4. Pada P2 berbeda nyata terhadap P3 dan P4. Selain itu karena pengaruh dari konsumsi bahan
kering dan konsumsi bahan organik yang juga naik. Konsumsi serat kasar pada P0 lebih rendah dari konsumsi serat kasar keempat perlakuan lainnya.
Kandungan serat kasar dari P0 yaitu sebesar 16,82 persen sedangkan kandungan serat kasar P1 17,45 persen, P2 17,44 persen, P3 16,78 persen, P4
commit to user 35
35
16,78 persen. Serat kasar merupakan bagian dari zat nutrisi bahan pakan, serat kasar merupakan bagian dari bahan kering. Serat kasar jagung sebesar 4,01
persen dan serat kasar onggok fermentasi sebesar 7,28 persen. Selain itu pada onggok yang difermentasi memiliki bau yang lebih harum dan kemungkinan
memiliki rasa yang lebih baik dari pada jagung, sehingga kemungkinan dengan adanya fermentasi pada onggok merangsang nafsu makan yang lebih
baik dan diguga dengan bau harum dan rasa yang baik inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Menurut Kompiang dalam Anitasari, 2010 menyatakan produk fermentasi mempunyai nilai gizi yang lebih baik dibandingkan bahan asalnya,
hal ini disebabkan selain mikroorganisme merombak bahan-bahan kompleks menjadi lebih sederhana, mikroorganisme juga mengandung protein
berkualitas tinggi, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang turut mendukung nilai nutrisi produk fermentasi tersebut
. Ruminansia mampu memakan bahan yang kaya serat kasar dan
mampu memecahnya menjadi produk yang dapat diasimilasi di dalam rumen. Produk asimilasi itu kemudian diabsorbsi dan beredar di dalam darah yang
selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi pakan. Konsumsi pakan akan lebih banyak jika aliran atau lewatnya pakan cepat. Ukuran partikel yang kecil
menaikkan konsumsi pakan dari pada ukuran partikel yang besar. Konsumsi pakan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi dari
pada pakan berdaya cerna rendah Arora, 1989.
commit to user 36
36
D. Kecernaan Bahan Kering