commit to user 36
36
D. Kecernaan Bahan Kering
Rerata kecernaan bahan kering domba lokal jantan dari hasil penelitian seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata kecernaan bahan kering domba lokal jantan Perlakuan
Rerata Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
P0 35,04
51,64 55,68
47,45
a
P1 58,64
53.79 67.90
60,11
b
P2 59,96
69,81 72,50
67,42
b
P3 70,50
72,12 74,16
72,26
b
P4 73,55
71,00 74,86
73,14
b
Rerata 59,54
63,67 69,02
Ket:
Angka dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata P0,01
Rerata kecernaan bahan kering berturut-turut dari P0, P1, P2, P3 dan P4 adalah 47,45; 60,11; 67,42; 72,26 dan 73,14 persen. Dari hasil analisis
variansi bahwa pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitin dalam ransum menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata P0,01
terhadap kecernaan bahan kering dan pada kelompok menunjukkan hasil berbeda tidak nyata P0,05 lampiran 4, kecernaan antar kelompok hampir
sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering yaitu bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, laju perjalanan melalui alat
pencernaan dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat pakan lainnya Anggorodi, 1994.
Kecernaan bahan kering pada P0 berbeda sangat nyata terhadap P1, P2, P3 dan P4. Sedangkan P1 berbeda nyata P0,05 terhadap P2, P3 dan P4.
untuk P2 berbeda tidak nyata P0,05 terhadap P3 dan P4. Untuk P3 dan P4 berbeda tidak nyata. Kecernaan yang diberi onggok fermentasi menunjukkan
hasil yang lebih baik dari pada yang diberi jagung hal ini diduga karena kandungan BETN pada onggok fermentasi lebih tinggi 80,68 persen,
sedangkan BETN jagung sebesar 76,1 persen.
commit to user 37
37
Kandungan protein jagung sebesar 8,52 persen sedangkan kandungan onggok fermentasi sebesar 5,83 persen, protein jagung lebih tinggi dari protein
onggok fermentasi, protein merupakan salah satu zat yang sangat penting
untuk diperhitungkan dalam ransum. Kecernaan bahan kering meningkat pada pakan yang diberi onggok di duga karena onggok sebelumnya sudah
difermentasi. Fermentasi di luar tubuh ternak mempunyai peran meningkatkan nilai nutrisis bahan pakan dan kecernaannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Poesponegoro cit anitasari, 2010 bahwa hasil fermentasi akan mempunyai nilai gizi yang tinggi yaitu mengubah bahan makanan yang mengandung
protein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna. Ditambahkan oleh Buckle et al., 1987 bahwa protein, lemak dan polisakarida
dapat dihidrolisis sehingga bahan pangan yang telah difermentasi mempunyai daya cerna yang lebih tinggi. Produk pakan yang telah difermentasi sangat
kondusif untuk mikroba rumen berkembang biak dan bekerja lebih efektif. Kecernaan bahan kering juga berkaitan dengan konsumsi bahan kering
pakan. Menurut Tillman et al., 1991, bahwa ada keterkaitan antara daya cerna dan kecepatan pencernaan dan ini bertanggung jawab pada hubungan
dekat antara daya cerna ransum dan konsumsi makanan. Sejalan dengan Arora, 1989 menyatakan bahwa konsumsi pakan akan lebih banyak jika
aliran atau lewatnya pakan cepat. Peningkatan konsumsi pakan biasanya menaikkan kecepatan aliran, jika aliran cepat maka lambung akan cepat
kosong sehingga tersedia ruang untuk penambahan pakan dan daya cerna bertambah.
Pada P1 berbeda tidak nyata terhadap P2, P3dan P4 yang ditambah L- carnitin maupun minyak ikan terproteksi. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan sabun kalsium tidak mengganggu sistem fermentasi rumen. Meningkatnya kalsium dalam pakan berasam lemak tinggi dapat menurunkan
pengaruh negatif pada pencernaan serat dan sabun kalsium sendiri tidak bersifat toksik terhadap bakteri rumen palmquist et al., 2006.
commit to user 38
38
E. Kecernaan Bahan Organik