commit to user
Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu pembentukan telur
Nama organ reproduksi
Panjang cm
Fungsi Waktu Infundibulum
9 Menangkap kuning telur yolk
dan tempat menampung sperma 15 menit
Magnum 33
Memberi albumen 3 jam
Istmus 10
Memberi shell dalam dan luar 75 menit
Uterus 10-12
Pembentukan kerabang telur 18-20 jam
Vagina 12
Penyimpanan kutikel di kerabang 3 menit
Sumber : Agromedia 2007
Secara ilmiah burung puyuh dikelompokkan dalam kelas dan susunan taksonomi pada :
Kelas : Aves Bangsa Burung
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae Famili
: Phasianidae Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix japonica
Rasyaf, 1985 .
B. Perkandangan
Lokasi kandang sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas puyuh. Lokasi kandang sangat menentukan lancar dan tidaknya distribusi dari
dan ke kandang, yaitu distribusi bibit, pakan, sarana dan hasil produksi. Untuk itu dalam menentukan lokasi kandang perlu diperhatikan beberapa hal antara
lain, berada cukup jauh dari pemukiman penduduk, transportasi relatif mudah, tersedia cukup air dan saluran pembuangan, pencahayaan dan sirkulasi udara
lancar, aman dan mudah pengawasannya Wuryadi, 2011 . Seperti halnya kandang ayam, kandang puyuh terdiri dari beberapa
macam. Setiap macamnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem kandang yang biasa diterapkan adalah sistem litter dan sangkar atau baterai.
Kandang sistem baterai mempunyai kelebihan yaitu mudah dibersihkan dan
commit to user
sirkulasi udara lancar. Kandang puyuh sistem litter mempunyai beberapa keunggulan yaitu menghemat tenaga kerja dan praktis, karena tidak perlu
dibersihkan setiap hari, dapat memberikan rasa hangat pada puyuh, kesehatan kaki puyuh juga terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras,
litter juga memberikan kesibukan dari puyuh sehingga dapat mengurang sifat kanibal pada puyuh. Kekurangan dari kandang sistem litter diantaranya adalah
telur tertutup oleh litter, sehingga dapat terinjak oleh puyuh, tempat pakan dan minum akan cepat kotor karena tecemar litter yang dikais-kais oleh puyuh.
Debu yang timbul akibat litter yang dikais-kais oleh puyuh dapat menyebabkan penyakit pernafasan Listiyowati dan Roospitasari, 2009 .
C. Bibit Puyuh
Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur sekaligus daging, membutuhkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit puyuh yang akan diperoleh
sebaiknya dari ras unggul dan diperoleh dari peternak yang sudah mempunyai kredibilitas. DOQ yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain :
1. DOQ terlihat lincah, tidak cacat, terutama kaki dan paruh. 2. DOQ mempunyai bobot dan ukuran yang seragam sekitar 6-8 gramekor.
3. Bentuk bulu normal, mengkilap dan tidak kusam. 4. DOQ bukan berasal dari perkawinan Inbreeding.
Selain dilakukan pemilihan bibit pada fase starter, pemilihan bibit juga dilakukan pada fase selanjutnya yaitu fase grower dan layer agar didapat
puyuh yang menghasilkan jumlah telur yang tinggi dan berkualitas, ciri-ciri puyuh fase starter dan grower yang baik antara lain :
1. Puyuh memiliki badan yang sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan terlihat lincah.
2. Seluruh bagian tubuh lengkap dan tidak cacat. 3. Mata bening dan cerah.
4. Bentuk kepala, tubuh dan kaki proporsional. 5. Bobot badan seragam dan ideal sekitar 150 gramekor.
commit to user
6. Asal-usul indukan jelas, dan bukan merupakan hasil perkawinan sedarah atau inbreeding.
Pemilhan bibit puyuh grower dan layer final stock yang berasal dari perkawinan atau persilangan puyuh parent stock, sebab puyuh jenis tersebut
mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan jenis puyuh hasil dari perkawinan sedarah atau inbreeding. Selain itu kondisi kesehatan dan
kualitas bibit juga lebih terjaga, karena telah melewati tahap seleksi yang benar Wuryadi, 2011 .
Seleksi bibit puyuh hendaknya tidak hanya dilakukan pada masa starter, tetapi juga pada masa grower, dan menginjak dewasa siap bertelur .
Seleksi pada periode starter meliputi pemilihan DOQ Day Old Quail. DOQ yang dipilih bukan hasil dari perkawinan sedarah, memilih anak puyuh yang
besarnya seragam, gesit serta tidak mempunyai cacat fisik seperti kaki pengkorbengkok, paruh melengkung, dan sayap patah. Mata puyuh harus
cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari pakan. Seleksi pada burung puyuh periode grower dan puyuh menginjak
dewasa hampir sama yaitu dilakukan dengan memilih puyuh yang sehat, tidak berpenyakit, tidak mempunyai cacat fisik, aktif mencari pakan, selain itu juga
dilakukan pemilihan terhadap bibit puyuh yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil sehingga diperoleh puyuh yang mempunyai bobot dan ukuran
seragam Listiyowati dan Roospitasari, 2009 .
D. Pemeliharaan