Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

10 variabel EPS dan DER. Selain itu, objek dan periode penelitian juga berbeda. Perbedaan penelitian Sasono 2012 dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel NPM dan ROE namun menambahkan variabel TATO dan objek serta periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menambahkan variabel DER dan TATO yang membedakan dari penelitian Rusli 2013. Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH EARNING PER SHARE EPS, CURRENT RATIO CR, DEBT TO EQUITY RATIO DER, DAN TOTAL ASSET TURN OVER TATO TERHADAP HARGA SAHAM Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perumusan masalah yang diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah: “Apakah Earning Per Share EPS, Current Ratio CR, Debt to Equity Ratio DER, dan Total Asset Turnover TATO berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2011-2013?” 11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh Earning per Share EPS, Current Ratio CR, Debt to Equity Ratio DER, dan Total Asset Turnover TATO secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh Earning per Share EPS, Current Ratio CR, Debt to Equity Ratio DER, dan Total Asset Turnover TATO terhadap harga saham. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai kegunaan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan dalam memaksimumkan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham. 3. Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi emiten sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan atau peningkatan kinerja perusahaan dan menerapkan alat ukur kinerja perusahaan yang dapat 12 mencerminkan nilai perusahaan dengan tepat dan memaksimumkan harga saham. 4. Bagi Investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai input dalam melakukan pengambilan keputusan investasi bagi investor untuk memperkecil risiko investor dalam pembelian saham. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Harga Saham Salah satu sumber dana perusahaan adalah penjualan saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham berupa selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Saham dikeluarkan oleh perusahaan yang telah go public yang kemudian dijual di pasar modal dalam rangka penghimpunan dana untuk perluasan usaha perusahaan tersebut. Nilai pasar saham ditentukan oleh banyak faktor, seperti kondisi pasar, isu dalam pasar modal, persepsi investor terhadap perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Nilai-nilai yang terdapat dalam saham yang dikemukakan oleh Harmono 2011:56 yaitu: a. Nilai Nominal Nilai nominal suatu saham adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingannya berkaitan dengan hukum. Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri per lembar. b. Nilai Buku Nilai buku menunjukkan aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Nilai buku adalah nilai saham menurut pembukuan perusahaan. 14 c. Nilai Pasar Nilai pasar adalah harga yang ditentukan oleh pasar pada saat tertentu. Nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. d. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Maksudnya adalah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Keuntungan yang diperoleh dalam investasi saham berasal dari: 1. Dividen Dividen adalah sebagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Besar kecilnya pembagian dividen ditentukan dalam RUPS Rapat Umum Pemegang Saham. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham. 2. Capital Gain Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham sebagai selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk oleh aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemegang saham dengan orientasi jangka pendek menginginkan capital gain. Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar modal. 15 Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan Anoraga, 2006:100. Lubis 2008:60 mengemukakan bahwa harga pasar saham adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya yang terjadi setelah saham dicatat di Bursa. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga saham emiten pada bursa saham yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan pelaku pasar yang merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima pemilik saham pada masa yang akan datang. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham masing-masing perusahaan manufaktur yaitu tanggal 31 Desember. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham 2001: 26 yaitu: 1. Laba per lembar saham EPS Semakin tinggi EPS yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi. 2. Tingkat bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi dan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah kas dividen yang diberikan Peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena 16 jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan Investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai laba yang cukup baik karena akan menunjukkan prospek yang baik. 5. Tingkat risiko dan pengembalian Semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu: a. Analisis fundamental, yaitu analisis yang menggunakan indikator- indikator perusahaan untuk melakukan analisa harga saham sebuah perusahaan dalam upaya untuk memprediksi gambaran perusahaan di masa depan. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham. Hal ini disebabkan karena harga saham mewakili nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Shidiq 2012:29 menyatakan bahwa analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar. b. Analisis teknikal, yaitu analisis yang menggunakan data-data pasar seperti kondisi perdagangan saham, permintaan dan penawaran harga saham, fluktuasi kurs, dan volume transaksi di masa lalu. Oleh karena itu, para analis teknikal cenderung memperhatikan pergerakan harga saham di bursa dibanding mengamati laporan keuangan. Analis 17 teknikal mempelajari pola pikir atau perilaku pihak-pihak yang terlibat di bursa dan dari hasil analisa tersebut mereka memprediksi arah pergerakan harga saham tersebut melalui data-data yang tersaji dalam bentuk grafik. Teori tentang harga saham meliputi:

1. Teori Sinyal

Signalling Theory Besley dan Brigham 2008:517 menyatakan bahwa sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran tertentu menyiratkan kualitas perusahaan Gumanti, 2009. Teori ini mendorong perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal yang disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak eksternal. Teori sinyal menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan sebagai alat analisis investor atau pelaku pasar lain dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan investasi. Informasi tersebut dapat berupa informasi akuntansi dan non akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan. Rusli 2001:4 mengemukakan bahwa dengan investor menggunakan laporan keuangan menjadi bahan pertimbangan 18 dalam mengambil keputusan investasi, maka investor akan melakukan analisis laporan keuangan yang berupa rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Selain itu pelaku pasar memerlukan informasi tersebut untuk mengevaluasi risiko investasi. Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik good news pada pasar, maka hal itu dapat meningkatkan harga saham, dan sebaliknya, jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar buruk bad news maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan.

2. Teori Efisiensi Pasar

Pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan dimana semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Fama 1970 dalam Gumanti dan Utami 2002:59 mengklasifikasikan informasi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Weak Form

Dalam hipotesis ini harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu. Jika hipotesis pasar bentuk lemah terpenuhi, maka perubahan harga akan mengikuti kaedah jalan acak random walk. Strategi perdagangan yang menggunakan data pasar historis umumnya harga saham dikenal dengan sebutan analisis teknikal.

2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi-Kuat Semi-Strong Form

Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan pelengkap sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia di publik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti 19 pajak bangunan atau suku bunga danatau beta saham termasuk rating perusahaan. Pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berfikir bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar, khususnya informasi akuntansi. Investor yang melakukan analisis dengan menggunakan data atau informasi akuntansi dari laporan keuangan dan dari sumber lain untuk mengidentifikasi saham yang salah harga mispriced disebut investor tersebut melakukan analisis fundamental.

3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat Strong Form

Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik public information maupun informasi pribadi private information. Jadi, dalam hal ini, bentuk kuat mencakup semua informasi historis yang relevan dan juga informasi yang ada di publik yang relevan, disamping juga informasi yang hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya manajemen perusahaan, dewan direksi, dan kreditor. Jadi untuk membentuk pasar yang efisien, salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi yang ada di pasar, yaitu informasi yang terdapat pada laporan keuangan. Disini investor melakukan analisis dengan menggunakan data akuntansi dari laporan keuangan. Analisis itu disebut analisis fundamental. Analisis fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar.

2.1.2 Earning Per Share EPS

Rasio Earning Per Share EPS atau laba per lembar saham merupakan salah satu ukuran profitabilitas. Rasio profitabilitas menurut Kasmir 2008:196 adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari laba. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas 20 manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang baik sehat mempunyai profitabilitas yang tinggi. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. EPS merupakan alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham. EPS dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar Patriawan, 2011:44. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham Darsono, 2005:57. Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Begitu juga dengan EPS, jika nilai EPS meningkat, maka harga saham juga akan meningkat. Karena EPS merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan yang dinikmati pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan, maka rasio EPS ini dapat menggambarkan perkiraan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Peningkatan EPS menandai bahwa perusahaan telah berhasil dalam meningkatkan kemakmuran investor. Hal ini akan mendorong pemegang saham untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 21

2.1.3 Current Ratio CR

Current Ratio CR atau rasio lancar adalah salah satu jenis rasio likuiditas. Kasmir 2008:129 mengemukakan bahwa rasio likuiditas menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Harmono 2011:106 menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula. Djarwanto 2004:149 mengemukakan bahwa analisis dan penafsiran likuiditas penting bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga. Current Ratio menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat Brigham dan Houston, 2010:134. Definisi rasio lancar yang dinyatakan Tunggal 2000:154 adalah alat untuk mengukur likuiditas perusahaan dan petunjuk untuk mengetahui tingkat keamanan perusahaan apabila perusahaan memiliki utang jangka pendek kepada kreditor. Kasmir 2008:134 menyatakan bahwa rasio lancar mengukur seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan margin of safety suatu perusahaan terhadap 22 kreditor jangka pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan aset lancar dengan utang lancar. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. CR yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya termasuk modal kerja sudah baik. Hal ini akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham yang meningkat. Namun Djarwanto 2004:150 berpendapat bahwa CR yang tinggi baik dari sudut kreditor tetapi kurang baik untuk pemegang saham karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kurang mendayagunakan aset secara efektif.

2.1.4 Debt to Equity Ratio DER

Debt to Equity Ratio atau rasio utang terhadap ekuitas merupakan ukuran dari struktur modal. Kasmir 2008:158 menyatakan bahwa DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai total utang dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Angka DER yang tinggi menyebabkan peningkatan risiko. Risiko yang tinggi diharapkan akan memberikan laba yang tinggi pula. Hal ini yang menjadi pertimbangan bagi investor dalam membeli atau menjual 23 saham. Namun dengan tingkat risiko yang semakin tinggi maka investor akan menawar saham tersebut dengan harga yang rendah karena pada umumnya investor menghindari risiko. Selain itu DER yang tinggi menggambarkan bahwa utang perusahaan lebih besar dari modal. Hal ini menjadi sinyal negatif bagi investor potensial dan pemegang saham karena artinya biaya bunga yang dibayarkan untuk membayar utang kepada kreditor akan besar, dan menyebabkan laba bersih perusahaan menurun. Penurunan laba bersih akan menyebabkan penurunan harga saham.

2.1.5 Total Asset Turn Over TATO

Total Asset Turn Over TATO atau Perputaran Total Aset merupakan ukuran dari manajemen aset. Brigham dan Houston 2010:136 menyatakan bahwa rasio manajemen aset digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio ini akan menjawab pertanyaan apakah jumlah aset yang tercatat di neraca merupakan nilai yang beralasan, terlalu tinggi atau terlalu rendah dari sudut pandang tingkat proyeksi penjualan sekarang Lubis dan Putra, 2014:111. TATO mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Sundjaja dan Barlian 2002:115 mengemukakan bahwa TATO menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh asetnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aset telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila 24 dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu tren yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aset sehingga hasil usaha akan meningkat Sawir, 2001:56. Untuk mencari rasio ini, penjualan bersih dibandingkan dengan total aset. TATO yang meningkat menunjukkan jika perusahaan telah menggunakan asetnya secara efektif. Efektivitas tersebut akan menyebabkan operasi perusahaan berjalan dengan baik. Hal tersebut merupakan good news bagi investor seperti yang dinyatakan dalam signaling theory yang artinya akan berpengaruh terhadap harga saham yang menjadi meningkat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh antara informasi keuangan terhadap harga saham. Junjie Wang et al. 2013 meneliti tentang informasi akuntansi yang berpengaruh terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 60 perusahaan yang listed di Shanghai Stock Exchange pada tahun 2011 yang dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS Earning Per Share, ROE Return on Equity, NPPOR Income from Main Operation, QR Quick Ratio, ARR Receivables Turnover Ratio, IR Inventory Turnover Ratio dan CR Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham, serta EPS dan ROE adalah variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham. Perbedaan penelitian Wang et al. 2013 dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak 25 menggunakan variabel ROE, NPPOR, QR, ARR, dan IR namun menambahkan variabel DER dan TATO. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Andri Prasetyo 2013 meneliti tentang pengaruh leverage dan profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa DAR Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham, DER Debt to Equity Ratio dan GPM Gross Profit Margin berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, serta DAR, DER dan GPM secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Prasetyo 2013 dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya tidak menggunakan variabel DAR dan GPM namun menambahkan variabel EPS, CR, dan TATO. Selain itu periode penelitian juga berbeda. Penelitian saya menggunakan periode 2011-2013. Penelitian lain dilakukan oleh Aldiansyah Cahya Putra et al. 2013 yang meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan BUMN non-Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diteliti adalah 13 perusahaan BUMN non-Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR Current Ratio dan ROI Return on Investment secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROE Return on Equity dan TATO Total Asset 26 Turn Over secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham serta CR, ROI, ROE dan TATO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Putra et al. 2013 dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel ROI dan ROE namun menambahkan variabel EPS dan DER. Selain itu objek penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Penelitian yang dilakukan Reza Azianur dan Abdurrahman 2012 mengenai pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit menunjukkan hasil bahwa CR Current Ratio, NPM Net Profit Margin, dan Equity Multiplier secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham, TATO Total Asset Turn Over secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Selain itu CR, NPM, TATO, dan Equity Multiplier secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta NPM memiliki pengaruh yang paling dominan. Sampel yang diteliti adalah 4 perusahaan sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Perbedaan penelitian Azianur dan Abdurrahman 2012 dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya tidak menggunakan variabel NPM dan Equity Multiplier namun menambahkan variabel EPS dan DER. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian saya 27 menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Penelitian Hadi Sasono 2012 tentang pengaruh beberapa rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di PT Bursa Efek Indonesia memberikan hasil bahwa CR Current Ratio, DER Debt Equity Ratio, NPM Net Profit Margin, ROE Return of Equity, dan EPS Earning per Share memiliki hubungan cukup berarti atau sedang dengan harga saham; CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah semua perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008- 2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Perbedaan penelitian Sasono 2012 dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel NPM dan ROE namun menambahkan variabel TATO. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Linda Rusli 2011 meneliti tentang pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 85 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, CR Current Ratio dan EPS Earning per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. CR dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan 28 terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Rusli 2013 dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya menambahkan variabel DER dan TATO. Berikut ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya: Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Junjie Wang, Gang Fu, dan Chao Lu 2013 Accounting Information and Stock Price Reaction of Listed Companies — Empirical Evidence from 60 Listed Companies in Shanghai Stock Exchange Variabel Independen: Earning Per Share EPS, Income from Main Operation NPPOR, Rate of Return on Common Stockholders’ Equity ROE, Receivables Turnover Ratio ARR, Inventory Turnover Ratio IR, Current Ratio CR, dan Quick Ratio QR. Variabel Dependen: Stock Price - EPS, ROE, NPPOR QR, ARR, IR dan CR berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - EPS dan ROE adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi harga saham. 2. Andri Prasetyo 2013 Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009- 2011 Variabel Independen: Debt to Asset Ratio DAR, Debt to Equity Ratio DER, dan Gross Profit Margin GPM. Variabel Dependen: Harga Saham - DAR berpengaruh negatif terhadap harga saham. - DER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. - GPM berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. - DAR, DER dan GPM secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. 3. Aldiansyah Cahya Putra, Saryadi, dan Wahyu Hidayat 2013 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan BUMN Non- Bank yang Variabel Independen: Current Ratio CR, Return on Investment ROI, Return on Equity ROE, dan Total Asset Turn Over TATO. Variabel Dependen: Harga Saham - CR dan ROI secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - ROE dan TATO secara parsial berpengaruh positif dan signifikan 29 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap harga saham. - CR, ROI ROE dan TATO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 4. Reza Azianur dan Abdurrahm an 2012 Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, dan Solvabilitas terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia BEI Variabel Independen: Current Ratio CR, Net Profit Margin NPM, Total Asset Turn Over TATO, dan Equity Multiplier. Variabel Dependen: Harga Saham - CR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - NPM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. - Equity Multiplier secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - CR, NPM, TATO, dan Equity Multiplier secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - NPM memiliki pengaruh yang paling dominan. 5. Hadi Sasono 2012 Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Current Ratio CR, Debt to Equity Ratio DER, Net Profit Margin NPM, Return on Equity ROE, dan Earning per Share EPS. Variabel Dependen: Harga Saham - CR, DER, NPM, ROE, dan EPS memiliki hubungan cukup berarti atau sedang dengan harga saham. - CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. 6. Linda Rusli 2011 Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Variabel Independen: Current Ratio CR, Earnings Per Share EPS - Secara parsial, CR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 30 Harga Saham HS Y Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: Harga Saham - Secara parsial, EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - Secara simultan, CR dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sumber: Data Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan ( Current Ratio, Debt To Eqiuty Ratio , Total Asset Turn Over ) dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

1 50 95

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 98 106

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Pengaruh Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap profitabilitas pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 74 88

Pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 93 78

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 74 95

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 176 106

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham di Beli (Studi Empiris Pada Emiten yang Terdaftar Dalam Index LQ 45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2)

0 4 108

Pengaruh Earning Per Share (Eps), Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio (Der), Dan Total Asset Turn Over (Tato) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 11