Latar Belakang Pengaruh Kaptan, Trass, Dan Pupuk Fosfor Terhadap Kedelai Varietas Orba Pada Podsolik Jasinga

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sangat baik pada bidang pertanian. Banyak komoditi pertanian yang dapat diusahakan di Indonesia. Beberapa komoditas perkebunan, hortikultura, dan pangan yang sesuai untuk diusahakan, diantaranya adalah teh, kopi, karet, sawit, tanaman hias, serta tanaman pangan. Kedelai merupakan salah satu komoditi yang banyak dikonsumsi oleh mayarakat Indonesia. Namun, produksi kedelai di Indonesia masih belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2009 produksi kedelai di Indonesia hanya mencapai 974.512 ton dari luasan panen sekitar 722.791 ha. Sedangkan kebutuhan kedelai di Indonesia sekitar 2,2 juta ton per tahun, sehingga defisit kebutuhan tersebut dicukupi dengan diimpor Wahyuni, 2009. Beberapa permasalahan tanah yang menyebabkan rendahnya produksi kedelai di Indonesia, diantaranya adalah masalah kesuburan tanah. Seperti umumnya tanah di daerah tropis, tanah di Indonesia miskin hara dan bersifat masam akibat pelapukan lanjut dan pencucian leaching. Pada tanah masam ketersediaan P rendah, sedangkan tanaman kedelai memerlukan unsur P dalam jumlah yang relatif banyak Suprapto, 2004. Salah satu jenis tanah yang bersifat masam dan miskin akan unsur hara adalah Podsolik. Podsolik merupakan tanah yang mempunyai tingkat kemasaman yang tergolong masam sampai sangat masam, memiliki kejenuhan basa rendah, unsur hara rendah terutama Ca, N, P, dan K. Dengan karakteristik seperti tersebut maka tanah ini umumnya mempunyai kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini tersebar pada daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm per tahun tanpa bulan kering, topografi bergelombang sampai berbukit yang terletak pada ketinggian 50 hingga 350 m dari permukaan laut. Podsolik merupakan tanah yang mempunyai penyebaran yang sangat luas di Indonesia yaitu mencapai 47.526 juta ha atau sekitar 24,9 dari total luas daratan Indonesia. Hardjowigeno 1986 menyatakan bahwa tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang 2 belum digunakan untuk pertanian. Sebagian besar merupakan alang-alang dan hutan tropika. Perbaikan tingkat kesuburan sangat penting dilakukan untuk mendukung pertumbuhan kedelai. Perbaikan kondisi tanah yang perlu dilakukan adalah pengapuran dan pemupukan. Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan jumlah Al-dd tanah agar kedelai dapat hidup dengan baik. Sedangkan pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai akan unsur hara. Salah satu usaha memperbaiki kesuburan tanah adalah menggunakan bahan amelioran. Bahan amelioran adalah bahan yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan kapur dapat disebut pula sebagai bahan amelioran karena pengapuran dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pengapuran biasa dilakukan dengan menggunakan kapur yang berasal dari golongan karbonat, baik itu dalam bentuk kalsit ataupun dolomit. Selain dari golongan karbonat, dapat pula digunakan bahan batuan silikat. Contoh batuan silikat yang memiliki potensi untuk pengapuran adalah Trass. Trass terbentuk dari batuan volkanik yang memiliki kandungan unsur kalsium dan silikat. Selain berpotensi untuk pengapuran, Trass juga berpotensi sebagai bahan pupuk silikat karena memiliki kandungan silikat yang cukup tinggi.

1.2. Tujuan