Pengaruh Bahan Amelioran Pada Tanah dan Tanaman

6 fosfat, kalsium-aluminiun-besi fosfat dan besi aluminium fosfat. Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Pada umumnya ketersediaan fosfor bagi tanaman di dalam tanah rendah akibat fiksasi oleh aluminium, kalsium, dan besi, maka dapat dilakukan pemupukan fosfor di permukaan tanah. Pemupukan tersebut dapat membuat ketersediaan fosfor bagi tanaman meningkat sehingga dapat digunaan oleh tanaman Tisdale et al., 1985.

2.3. Pengaruh Bahan Amelioran Pada Tanah dan Tanaman

Bahan amelioran merupakan bahan yang dapat memperbaiki sifat kimia, sifat biologi, dan sifat fisik tanah. Salah satu bahan amelioran yang umum digunakan adalah kapur pertanian. Pemberian kapur bagi tanah bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia, sifat fisik dan sifat biologi tanah Soepardi, 1985. Pengapuran bagi tanah masam memiliki tujuan untuk menurunkan kepekatan ion hidrogen sehingga dapat menaikkan pH tanah dan menurunkan potensi meracun dari aluminium, besi, dan mangan bagi tanaman. Kamprath 1972 menyarankan bahwa pengapuran sebaiknya dilakukan berdasarkan jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan di dalam tanah. Lalu Kamprath 1970 dalam Sanchez 1992 menyatakan bahwa pengapuran berdasarkan pada 1,5 kali Al-dd dapat menetralisir 85-90 Al-dd yang terdapat di dalam tanah. Terdapat beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengapuran. Tisdale et al. 1985 menyebutkan beberapa bahan tesebut yaitu kalsium oksida CaO, kalsium hidroksida CaOH 2 , kalsium dan kalsium- magnesium karbonatCaMgCO 3 2 , dan slag. Bahan kapur haruslah mengandung kation yang dapat menekan aktivitas H + dan Al di dalam larutan tanah Tisdale et al., 1985. Kation-kation yang cocok untuk hal tersebut adalah Ca dan Mg. Pada umumnya kedua kation tersebut besenyawa dengan asam lemah seperti karbonat dan senyawa basa seperti oksida dan hidroksida sehingga memiliki keuntungan tidak meninggalkan residu terhadap tanah Soepardi, 1983. Tisdale et al. 1985 mengemukakan bahwa terdapat beberapa keuntungan dari pengapuran yang dilakukan pada tanah masam, baik itu langsung maupun 7 tidak langsung. Pengaruh langsungnya yaitu tentu saja dapat mengurangi keracunan aluminium dan mangan. Soepardi 1983 dan Tisdale et al. 1985 menyatakan bahwa beberapa pengaruh tidak langsung dari pengapuran adalah pada ketersediaan fosfor, hara mikro, meningkatkan kejenuhan basa, fiksasi nitrogen pada leguminosae, dan memperbaiki sifat fisik tanah. Kamprath 1972 menemukan bahwa pengapuran dapat meningkatkan efisiensi pupuk fosfor pada tanah masam yang memiliki jumlah Al-dd yang cukup besar. Peningkatan kelarutan fosfor tersebut sangat berhubungan dengan penetralan Al-dd. Pada tanaman yang ditanam pada tanah masam pengapuran juga berpengaruh positif. Sartain dan Kamprath 1975 dalam Rangkuty 1983 menyebutkan bahwa penurunan kejenuhan Al akibat pengapuran dapat meningkatkan berat kering bagian atas tanaman kedelai, bertambahnya jumlah bintil akar yang berfungsi untuk mengikat N dari udara. Suprapto 1985 menambahkan apabila kedelai ditanam pada tanah yang memiliki pH dibawah 5,0 maka akan menghambat terbentuknya bintil akar dan proses nitrifikasi karena kekurangan molibdenum. Selain kapur pertanian, Trass juga dapat sebagai bahan amelioran karena Trass mengandung kalsium dan silikat sehingga berpotensi sebagai bahan amelioran dan dapat meningkatkan kadar silikat pada tanah. Silikat merupakan beneficial nutrient bagi tanaman. Ma dan Takahashi 2002 dalam Mitani dan Ma 2005 menyatakan bahwa silikat dapat mengurangi efek dari cekaman abiotik seperti keracunan logam, cekaman kekeringan, kerusakan akibat radiasi, temperatur yang tinggi dan pembekuan. D’Hoore 1972 mengatakan bahwa efek menguntungkan silikat adalah silikat mempunyai kemampuan untuk mengontrol keracunan mangan. Selain itu, Yoshida dalam Brady, 1978 menyatakan bahwa silikat meningkatkan ketahanan tanaman akan hama dan penyakit, mengatur keseimbangan air di dalam tanaman, mempertahankan ketegangan daun dan meningkatkan aktivitas fotosintesis. Terdapat beberapa macam sumber silikat telah diteliti penggunaannya, antara lain terak alkalin, gel silika, Ca-silikat, wallastonit, dan semen Suharto, 1980. Selain itu terdapat pula sumber pupuk silikat yang dapat digunakan yaitu 8 Trass. Trass adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat yang sederhana http:www.garut.go.id staticsdapertambangan. php. Van Bemmelen 1949 dan Dinas Pertambangan Popinsi Jawa Tengah 1991 dalam Rosyida 2007 masing-masing menyebutkan pada Tabel 1 berikut adalah unsur-unsur yang terkandung di dalam Trass yang berasal dari Gunung Muria: Tabel 1. Perbandingan Unsur-unsur Kimia Pada Trass Unsur-Unsur Pokok A B SiO 2 ...... 50,13 ...... 52,7 P 2 O 5 - 0,05 Al 2 O 3 30,36 28,6 Fe 2 O 3 3,89 4,33 MnO 0,37 0,2 MgO 0,14 0,02 CaO 0,29 0,5 Na 2 O 1 1,29 K 2 O 5,2 1,64 SO 3 0,16 0,98 TiO 2 - 0,28 Ket : A merupakan hasil analisis Van Bemmelen dan B adalah hasil analisis Dinas Pertambangan Jawa Tengah. Menurut Van Bemmelen 1949 Trass alami umumnya terbentuk dari tufa volkanik yang berisi partikel-partikel dari debu. Indonesia memiliki banyak wilayah yang menyimpan potensi Trass, diantaranya adalah Nagrek, Pekalongan, Yogyakarta, dan Bogor. Selain itu Trass juga dapat diperoleh dibeberapa tempat di luar Pulau Jawa seperti Lampung dan Bukit Tinggi di Pulau Sumatera; Kabupaten Klungkung, Gianyar, dan Bangli di Pulau Bali; di wilayah Sulawesi Tenggara dan Minahasa di Pulau Sulawesi; serta di Pulau Flores, Nusa Tenggara www.kimpraswil.go.id dalam Rosyida, 2007. 9

2.4. Karakteristik Tanaman Kedelai