Tujuan Sifat Umum Tanah Masam

2 belum digunakan untuk pertanian. Sebagian besar merupakan alang-alang dan hutan tropika. Perbaikan tingkat kesuburan sangat penting dilakukan untuk mendukung pertumbuhan kedelai. Perbaikan kondisi tanah yang perlu dilakukan adalah pengapuran dan pemupukan. Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan jumlah Al-dd tanah agar kedelai dapat hidup dengan baik. Sedangkan pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai akan unsur hara. Salah satu usaha memperbaiki kesuburan tanah adalah menggunakan bahan amelioran. Bahan amelioran adalah bahan yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan kapur dapat disebut pula sebagai bahan amelioran karena pengapuran dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Pengapuran biasa dilakukan dengan menggunakan kapur yang berasal dari golongan karbonat, baik itu dalam bentuk kalsit ataupun dolomit. Selain dari golongan karbonat, dapat pula digunakan bahan batuan silikat. Contoh batuan silikat yang memiliki potensi untuk pengapuran adalah Trass. Trass terbentuk dari batuan volkanik yang memiliki kandungan unsur kalsium dan silikat. Selain berpotensi untuk pengapuran, Trass juga berpotensi sebagai bahan pupuk silikat karena memiliki kandungan silikat yang cukup tinggi.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kaptan dan Trass, serta pemupukan Fosfor terhadap perubahan sifat kimia tanah, produksi dan serapan hara kedelai pada Podsolik Jasinga. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Umum Tanah Masam

Faktor pembentuk tanah meliputi iklim, bahan induk, organisme, topografi dan waktu Jenny, 1941 dalam Madjid, 2008. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Contoh dari sifat kimia tanah adalah kemasaman tanah. Kemasaman tanah merupakan hasil dari tingginya curah hujan dan intensitas hancuran yang intensif. Selama hancuran berlangsung, basa- basa dari meneral primer dibebaskan dan tercuci keluar dari profil tanah oleh air hujan sehingga tersisa hidrogen dan aluminium yang merupakan penyebab kemasaman Soepardi, 1983. Menurut Yulianti 2007 dalam Nusanti dan Rohim 2009, tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H + yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al 3+ yang bersifat masam karena dengan air kation Al tersebut dapat menghasilkan H + . Dalam keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kejenuhan ion Al 3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida, dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah. Tisdale et al. 1985 menyatakan bahwa sumber kemasaman tanah meliputi bahan organik tanah, liat aluminium silikat, hidroksida-hidroksida dari besi dan aluminium, aluminium yang dapat dipertukarkan, serta karbon dioksida. Leiwakabessy 1988 menambahkan bahwa kemasaman juga dapat disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penggunaan pupuk buatan dan melakukan penanaman varietas-varietas yang menyerap basa dalam jumlah besar. Kemasaman tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah melalui kelarutan dan ketersediaan hara. Sedangkan secara langsung melalui ion H + telah dilaporkan meracun terhadap tanaman jika terdapat pada konsentrasi tinggi Soepardi, 1983. Selain itu Sanchez 1992 juga menambahkan bahwa kemasaman tanah akan menyebabkan keracunan aluminium, kekurangan kalsium atau magnesium, dan keracunan mangan pada tanaman. 4 Menurut Kamprath 1972, pertumbuhan tanaman yang kurang baik pada tanah masam berhubungan dengan efek meracun dari aluminium dan mangan. Selain itu kalsium dan beberapa nutrisi lainnya mungkin sangat kekurangan pada tanah masam. Pada kondisi masam, molibdenum terikat kuat oleh liat tanah dan hidroksida-hidroksida besi dan aluminium. Ismail dan Effendi 1985 menyatakan bahwa pada tanaman kacang-kacangan, kemasaman tanah berpengaruh pada pertumbuhan Rizhobium dan menghambat inisiasi pembentukan bintil akar sehingga akan menghambat proses fiksasi nitrogen. Salah satu tanah yang bersifat masam adalah Podsolik. Podsolik merupakan tanah dengan horizon argilik, bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1.8 m dari permukaan tanah kurang dari 35 persen. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua Hardjowigeno, 1986. Podsolik merupakan tanah yang mempunyai penyebaran yang sangat luas di Indonesia yaitu mencapai 47.526 juta ha atau sekitar 24,9 dari total luas daratan Indonesia. Penyebaran di Indonesia cukup merata, yaitu terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Sebagian besar penggunaannya merupakan hutan tropika dan padang alang-alang Hardjowigeno, 1986. Oleh karena itu, Podsolik sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian dengan syarat perbaikan lahan terlebih dahulu. Podsolik juga ditemukan di daerah Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut Soepardi 1983 Podsolik Jasinga dikenal sebagai Podsolik Merah Kuning karena warna merah dan kuning yang dominan pada horison B. Hal ini disebabkan oleh besi yang dioksidasikan dan dihidrasikan. Keadaan ini biasa terjadi pada daerah yang basah dan panas. Oksida besi yang terdapat pada Podsolik Merah Kuning ini berada pada tingkat hidrasi yang tinggi karena berada pada daerah yang memiliki curah hujan sangat tinggi. Lalu Hardjowigeno 1986 menyebutkan bahwa problema tanah ini adalah bereaksi masam, memiliki kadar Al tinggi, sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, serta unsur hara rendah sehingga diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan. 5

2.2. Karakteristik Fosfor dalam Tanah dan Tanaman