Analisis Tanah dan Tanaman 42.46 32.23 129.13 67.73 55.43 85.93 72.67

14 sempurna. Pengukuran dilakukan satu kali setiap minggu dari minggu ke 3 sampai minggu ke-12. Kedelai dipanen pada saat berumur tiga belas minggu setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara dipisahkan akar dengan brangkasan batang dan daun setalah polongnya diambil terlebih dahulu. Akar dibersihkan dari tanah yang menempel hingga bersih dan dianginkan. Setelah tiris, akar ditimbang untuk mendapatkan bobot segar dari akar, sedangkan brangkasan dan polongnya langsung ditimbang setelah dipisahkan dari akarnya untuk mendapatkan bobot segarnya. Setelah semua bagian dipanen lalu brangkasan dan akar dioven dengan suhu 70 o C selama 48 jam, sedangkan untuk polongnya hanya dilakukan penjemuran hingga kering. Setelah dioven selama 48 jam, brangkasan dan akarnya ditimbang untuk mengetahui kadar air pada brangkasan dan akarnya, sedangkan untuk polongnya dikupas lalu ditimbang untuk mengetahui berapa bobot biji yang didapat.

3.6. Analisis Tanah dan Tanaman

Setelah panen selanjutnya dilakukan analisis tanah dan tanaman. Sebelum dilakukan analisis, sampel tanah dari tiap-tiap pot diambil kurang lebih sebanyak dua kilogram pada saat panen, lalu dikering udarakan selama beberapa hari. Jenis analisis, metode, dan jumlah sampelnya disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jenis Analisis Tanah dan Metode yang Digunakan Jenis Analisis Metode Jumlah Sampel pH H 2 0 1:1 18 P Bray 1 18 Ca N NH 4 OAc pH 7 18 Al-dd N KCl 18 Brangkasan yang sudah dalam keadaan kering dihaluskan terlebih dahulu menggunakan grinder setelah itu disimpan di dalam plastik yang tertutup rapat agar terhindar dari jamur yang dapat merusak sampel tanaman yang sudah halus tersebut. Jenis analisis tanaman, metode dan jumlah sampelnya disajikan pada Tabel 4, yaitu : Tabel 4. Jenis Analisis Tanaman dan Metode yang Digunakan Jenis Analisis Metode Jumlah Sampel P Pengabuan Basah dengan Kolorimetri 54 Si Gravimetri 54 Ca AAS 54 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Analisis Tanah Awal Podsolik termasuk macam tanah yang miskin unsur hara dan memiliki tingkat kemasaman yang relatif tinggi. Tabel 5 menunjukkan bahwa Podsolik Jasinga memiliki pH yang tergolong masam. Podsolik Jasinga juga mengandung jumlah basa-basa yang bervariasi, kadar Ca dan Na tergolong sedang, serta kadar K yang tergolong rendah, sedangkan kandungan magnesium Mg tergolong tinggi berdasarkan kriteria PPT 1983. Kadar P-tersedia dan kadar N-totalnya juga tergolong rendah. Terdapat potensi keracunan Aluminium yaitu dengan adanya Aluminium nilai kejenuhan Al sebesar 21.35. Sehingga dengan karakteristik tersebut Podsolik Jasinga tergolong tanah dengan kesuburan rendah. Tabel 5. Sifat Kimia Podsolik Jasinga Sifat Tanah Nilai Metode PPT 1983 pH H 2 O 4.75 H 2 O Masam pH KCl 4 KCl C-organik 2.31 Walkey and Black Sedang N-total 0.22 Kjeldahl Rendah P2O 5 Bray I ppm 5.2 Bray I Rendah KTK me100g 21.16 N NH4OAc Sedang Kation dapat dipertukarkan Ca cmmolkg 7.08 N NH 4 OAc Sedang Mg cmmolkg 2.23 N NH 4 OAc Tinggi K cmmolkg 0.24 N NH 4 OAc Rendah Nacmmolkg 0.36 N NH 4 OAc Sedang H cmmolkg 0.29 N KCl Sangat rendah KB 46.83 Sedang Al-dd cmmolkg 2.77 N KCl Tekstur Tanah Pasir 15.31 Pipet Debu 24.15 Pipet Liat Liat 60.54 Pipet 16

4.1.2. Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Hasil pengukuran dan penilaian pengaruh Kaptan, Trass, dan pupuk P terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah daun disajikan dalam Lampiran 4 hingga 7. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan Kaptan atau Trass tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke 8, namun perlakuan pupuk P berpengaruh nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman minggu ke 8 pada masing-masing bahan amelioran Lampiran 5. Tabel 6 menunjukkan hasil Uji Duncan rata-rata tinggi tanaman pada minggu ke delapan. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa kenaikan dosis pupuk P dari P hingga ke P 2 nyata meningkatkan rata-rata tinggi tanaman pada minggu ke 8 untuk kedua bahan amelioran. Pada Kaptan terlihat bahwa dosis P 1 dan P 2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P , tetapi antara P 1 dan P 2 tidak berbeda nyata walaupun terjadi kenaikan tinggi tanaman. Pada Trass, dosis P 2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P 1 dan P serta dosis P 1 nyata lebih tinggi daripada dosis P . Tabel 6. Pengaruh Fosfor Terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman Minggu ke-8. Perlakuan Kaptan K Trass T Fosfor .........................cm..................... P 86.8b 80.9c P 1 101.1a 91.7b P 2 103.4a 99.3a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5 dengan Uji Duncan DMRT. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada pecobaan dengan Kaptan, perlakuan Kaptan dan fosfor secara tunggal berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kedelai pada minggu ke-7 tetapi interaksi keduanya tidak nyata, sedangkan pada Trass hanya perlakuan fosfor saja yang berpengaruh nyata Lampiran 7. Tabel 7 menunjukkan uji Duncan rata-rata jumlah daun pada minggu ke tujuh Tabel 7 menunjukkan bahwa peningkatan dosis Kaptan ke K 1 dan K 2 nyata menghasilkan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan K , tetapi antara keduanya tidak berbeda nyata. Jumlah daun meningkat dengan meningkatnya 17 dosis kaptan. Pada percobaan Trass, dosis Trass tidak berpengaruh terhadap jumlah daun, tetapi cenderung bertambah dengan kenaikan dosis Trass. Tabel 7. Pengaruh Amelioran dan Fosfor Terhadap Rata-rata Jumlah Daun Minggu ke-7. Perlakuan Kaptan K Trass T Dosis Amelioran Dosis Amelioran K 63.67b T 65.11 K 1 86.89a T 1 68.44 K 2 94.67a T 2 72.67 Fosfor Fosfor P 61.44b 52.11b P 1 89.89a 69.67ab P 2 93.89a 84.44a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5 dengan Uji Duncan DMRT. Pada percobaan Kaptan dosis P 2 dan P 1 nyata lebih tinggi dengan dosis P , sedangkan antara dosis P 2 dan P 1 tidak berbeda nyata walaupun terjadi kenaikan jumlah daun. Pada percobaan Trass dosis P 2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P , lalu dosis P 1 tidak berbeda nyata dengan P dan P 2 walaupun terjadi kenaikan jumlah daun.

4.1.3. Bobot Segar dan Bobot Kering Brangkasan

Seluruh perlakuan yang dicobakan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar brangkasan Lampiran 13. Pada Gambar 1 disajikan perbandingan rataan bobot segar brangkasan antara perlakuan Kaptan dan Trass.

48.83 42.46

54.67 32.23

38.57 129.13

72.63 67.73 55.43

20 40 60 80 100 120 140 K0P0 K0P1 K0P2 K1P0 K1P1 K1P2 K2P0 K2P1 K2P2 B ob ot S e gar g Perlakuan 40.23

76.8 85.93

31.97 72.67

93.97 50