9
2.4. Karakteristik Tanaman Kedelai
Menurut Suprapto 1985 kedelai Glycine max diduga berasal dari kedelai liar yang tumbuh di Korea, Manchuria dan China. Masuknya kedelai ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang dari kawasan Asia Timur, terutama para pendatang dari China pada saat perdagangan dengan Tiongkok sedang marak.
Namun menurut laporan Rhumphius dalam Suprapto 1985, kedelai telah dikenal oleh petani di Jawa dan Bali sejak tahun 1750. Kedelai telah mejadi bahan
makanan dan pupuk hijau di Indonesia sejak itu. Kedelai memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Ordo :
Polypetales Famili
: Leguminosae Sub famili
: Papilionoideae Genus
: Glycine Species :
max Nama ilmiah : Glycine max L Merill
Kedelai merupakan tanaman yang termasuk tanaman biji berkeping dua dikotil. Biji kedelai terbungkus oleh kulit biji yang berwarna kuning, hijau, atau
coklat tegantung dari varietasnya. Kedelai memiliki embrio yang terdapat di antara kedua keping biji. Bentuk dari biji kedelai juga tergantung dari varietasnya,
ada yang bulat lonjong, bulat sempurna, atau bulat pipih Suprapto,1985. Kedelai merupakan tanaman berakar tunggang. Panjang akar kedelai pada
tanah yang gembur dapat mencapai 150 cm. Pada akarnya, kedelai memiliki bintil-bintil akar yang merupakan koloni bakteri Rhizobium. Bintil akar tersebut
akan muncul pada sekitar 15-20 hari setelah tanam Suprapto, 1985. Menurut Hidajat 1985, bintil akar tersebut akan terbentuk pada tanaman kedelai muda
setelah ada akar rambut pada akar utama atau akar cabang. Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji,
daun primer sederhana, daun bertiga, dan profila. Daun primer sederhana berbentuk oval berupa daun tunggal dan terletak berseberangan pada buku
pertama di atas kotiledon. Lalu terbentuk daun-daun pada batang utama dan pada
10
cabang yaitu daun bertiga. Sedangkan daun profila merupakan daun yang terletak pada pangkal tiap cabang dan tidak memiliki tangkai Hidajat, 1985.
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina. Bunga kedelai terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu atau putih Suprapto, 1985. Tidak semua bunga dapat menjadi polong, walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Hidajat
1985 menyatakan bahwa gejala rontok bunga pada kedelai dapat berkisar antara 20-80. Penyebab rontoknya bunga ini belum jelas, namun diduga bahwa
persaingan akan air memegang peranan. Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji, rata-rata berisi
2 biji. Polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecokelatan, atau abu- abu. Apabila telah masak, warna polong akan berubah menjadi lebih tua
Suprapto, 1985. Periode pengisian polong setelah berbunga merupakan periode paling kritis dalam masa pertumbuhan kedelai. Kecukupan air sangat berpengaruh
pada masa ini. keadaan kering pada periode ini dapat mengakibatkan ukuran biji menjadi lebih kecil dan bahkan dapat pula menyebabkan berkurangnya jumlah biji
dalam tiap polong Hidajat, 1985. Menurut Suprapto 1985 secara umum Indonesia merupakan tempat yang
cocok untuk tempat tumbuh kedelai karena kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Biji kedelai akan cepat berkecambah apabila tanah cukup lembab
dan suhunya ada di atas 21
o
C. Selain itu, suhu tinggi kurangnya curah hujan pada saat menjelang panen akan mencegah terjadinya perkecambahan dan mencegah
busuknya biji. Namun pada saat periode pengisisan polong, kebutuhan air harus terpenuhi agar produksi yang dihasilkan tetap baik.
Tanaman kedelai ini membutuhkan tanah yang memiliki drainase dan aerasi yang baik sebagai tempat tumbuh. Selain itu, pH tanah yang optimal untuk
pertumbuhan kedelai adalah berkisar antara 5,8-7,0. Apabila kedelai ditanam pada tanah yang memiliki pH dibawah 5,0 maka akan menghambat terbentuknya bintil
akar dan proses nitrifikasi karena kekurangan molibdenum Suprapto, 1985.
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian