umumnya disebut fungsi-fungsi parlemen atau lembaga legislatif, Abcarian dan Masannat 1970:171 menunjukkan adanya beberapa fungsi lembaga legislatif sebagai berikut :
Secara tradisional, fungsi utama legislatif terkait dengan kebijakan publik yang mewakili kepentingan publik atau masyarakat. . . . Dan kewenangan atau kekuasaan anggota
legislatif tersebut tentunya bervariasi antara sistem politik yang satu dengan yang lainnya, dan kewenangan itu meliputi pengawasan terhadap pihak eksekutif, melakukan
penyelidikan, memili, mengubah, dan memberikan pandangan terhadap perundangan yang berkaitan dengan kepentingan publik, sekaligus memberikan pelayanan dalam
konteks mekanisme politik.
51
Awalnya pemberhentian ini karena adanya adanya aspirasi masyarakat yang datang ke Kantor DPRD, aspirasi itu menyangkut terkait tentang pemutasian beberapa PNS Pegawai
Melalui beberapa fungsi lembaga legislatif diatas dapat dilihat bagaimana kewenangan atau kekuasaan lembaga legislatif yang diharapkan dapat mewakili kepentingan publik dan
keputusan yang dikeluarkan dapat mempengaruhi kehidupan khalayak banyak. Dalam bab ini diperlihatkan bagaimana DPRD Kabupaten Karo dengan kewenangan yang dimilikinya
mewakili masyarakat Karo untuk memberhentikan Bupati Kena Ukur Surbakti yang dianggap telah melanggar etika dan moral.
3.1 Penerimaan Format Pengaduan Dari Masyarakat
Penerimaan format pengaduan dari masyarakat akan dijelaskan dalam penelitian ini dengan tujuan agar dapat mengetahui apa saja alasan yang diajukan masyarakat Kabupaten Karo
untuk memberhentikan Bupati Kena Ukur Karo Jambi Surbakti ini. Melalui penjelasan ini kemudian akan dianalisis terkait pemberhentian Bupati Karo, Karo Jambi Surbakti. Dimana
alasan ini sendiri adalah hal-hal yang melatarbelakangi masyarakat Karo untuk memaksa DPRD sebagai perwakilan masyarakat yang memiliki wewenang untuk memberhentikan Bupati.
51
Drs Hessel Nogi S Tangkilisan , M.Si Manajemen Publik, Jakarta: PT Grasindo 2005, hal.44
Negeri Sipil dan hal ini menurut masyarakat tidak sesuai dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemeritah Kabupaten Karo. Yang kedua terkait tentang adanya pihak ketiga di Pemerintah
Kabupaten Karo ini berinisial “M”, masyarakat kemudian mengadu ke DPRD kabupaten Karo masalah etika Bupati Karo Jambi ini karena dia di indikasikan mempunyai hubungan istimewa
dengan seorang perempuan yang berinisial “M”. Yang ketiga terkait tentang penanganan Sinabung, dimana Saudara Bupati tidak melaksanakan kewajibannya sebagai Kepala Daerah.
52
Jadi pemakzulan Bupati itu sebetulnya ada dua, dari dua sisi waktu itu.Yang pertama diawali dengan Surat Keterangan Pengganti Ijazah SKPI yang dianggap tidak sesuai
dengan prosedur, itu sebetulnya dulunya awalnya, SKPI nya. Jadi pada waktu SKPI itu digulir kurang banyak dukungan jadi kita mauu bentuk pansus di DPRD tidak
terjadi,tidakkorum artinya tidak sepakat untuk dibentuk pansus jadi SKPI itu gagal. Kemudian setelah itu oleh karena sudah banyak artinya teriakan dari masyarakat maupun
di massa media tentang etika moral Bupati ini dan sikap arogansinya, artinya menumpuk lah beberapa persoalan yang membuat akhirnya menjadi ada satu kekuatan yang lebih
besar. Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Effendy Sinukaban yang mengatakan bahwa
sebelumnya sudah ada alasan tersendiri dari DPRD untuk memberhentikan Karo Jambi ini, dimana diawali dengan Surat Keterangan Pengganti Ijazah SKPI yang dianggap tidak sesuai
dengan prosedur seperti yang ia katakan :
53
Ketika SKPI digulir pada waktu itu, kurang banyak dukungan jadi dari anggota DPRD sendiri sehingga ketika akan dibentuk pansus di DPRD tidak terjadi, tidak korum artinya tidak
sepakat untuk dibentuk pansus jadi SKPI itu gagal. Pada masa itu ada banyak sekali masyarakat yang mendesak DPRD supaya sesegera mungkin melakukan pemakzulan, masyarakat dalam hal
ini sebenarnya meminta supaya DPRD langsung menggunakan hak yang ketiga yang dimiliki DPRD yaitu hak menyatakan pendapat. Melalui demonstrasi yang cukup besar pada waktu itu,
52
Hasil Wawancara dengan Bapak Onasis Sitepu pada tanggal 23Maret 2015 pukul 10:49 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.
53
Hasil Wawancara dengan Bapak Effendy Sinukaban pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 11:20 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.
DPRD tentu saja dalam hal ini tidak merasa ditekan oleh masyarakat oleh karena DPRD sendiri merasa memiliki pemandangan yang sama dengan masyarakat
.
Apa yang dilakukan Karo Jambi secara moral pada masa itu sudah melukai hati rakyat tanah Karo tapi dia terlalu kuat untuk bisa disentuh oleh Hukum sebelumnya. Jadi semuanya hal-
hal yang janggal dan tabu di Mayarakat itu dipertontonkan, tapi dia masih bisa berkelit sampai akhirnya masalahnya sudah bertumpuk. Ada 9 Sembilan tuntutan masyarakat pada masa itu,
yaitu : 1 Kena Ukur tidak berpendidikan, 2 Izajah Karo Jambi palsu, 3 Bupati Karo dinilai tidak peduli dengan para pengungsi sinabung, 4 Bupati Karo memperjualbelikan jabatan dan
sewenang-wenang, 5 Bupati Karo tidak patuh hukum karena tururt serta dalam Yayasan Pendidikan Karo Jambi sebagai Pembina, 6 Pendidikan Karo diobok-obok, 7 Bupati tidak
peduli dengan pembangunan di Kabupaten Karo, 8 Bupati Karo tidak beretika, dan 9 Karo Jambi tidak bermoral. Kemudian ke 9 Sembilan alasan-alasan ini di ciutkan karena serumpun
jadi di satukan menjadi 5 lima seperti yang dikatakan oleh Pak Effendy Sinukaban: “karena kita simpulkan jadi lima kita ciutkan karena ini serumpun ya jadi kita satukan jadi 5 lima lah
waktu itu yang kita ajukan ke Mahkamah Agung, oleh MA kelima yang kita ajukan, kelima nya di terima atau apa itu namanya, dikabulkan- iya dikabulkan.”
54
1. Karo Jambi melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Asosiasi Pengusaha
Dolomit Indonesia APDI tertanggal 24 Agustus 2011, tujuan mereka yaitu Dari kesembilan alasan yang diajukan masyarakat diatas kemudian dirangkum menjadi
lima alasan yang kemudian diajukan dan dikabulkan oleh Ma. Kelima alasan yang dikabulkan oleh Mahkamah Agung tersebut antara lain :
54
Ibid.
menciptakan satu sumbangan pihak ketiga yang membebani masyarakat artinya melanggar PP Nomor 16 Tahun 2010 pasal 3 huruf i, yang isi nya Kepala
Daerah dilarang membuat kerjasama dengan pihak ketiga tanpa persetujuan DPRD.
2. Tidak mengindahkan surat rekomendasi dari DPRD Kabupaten Karo terkait
masalah PT WEP Wampu Elektronik Power, PT WEP itu melanggar amar putusan surat keputusan Menteri Kehutanan nomor 403 Tahun 2013. Amar
putusannya salah satu nya bahwa pemegang ijin pinjam pakai kawasan hutan wajib memberikan kompensasi terhadap masyarakat, itu yang pertama. Yang
kedua pemegang ijin pinjam kawasan hutan wajib melaksanakan ketentuan kewajiban yang ada dalam amar putusan ijin pinjam pakai ini, tapi dia tidak
melaksanakannya PT WEP. Kemudian DPRD melakukan Rapat Kerja sebanyak beberapa kali mulai Maret sampai Juni lalu menyurati Bupati tapi
Bupati tidak mengindahkan surat itu. 3.
Yang ketiga di pasal 28 dalam UU No.32 Tahun 2004 yaitu Kepala Daerah dilarang ikut serta dalam satu Yayasan berbentuk Swasta maupun Negeri atau
perusahaan apapun. Kemudian Karo Jambi menjadi salah satu Pembina Yayasan Pendidikan Karo Jambi, SMA Negeri Plus Kabanjahe dan itu dapat datanya
dari akta notaris Fransiska Purba. 4.
Poin ke 4 empat tentang pemutasian Pegawai Negeri Sipil, ada 4 empat pengawas yang dimutasikan, sebenarnya banyak PNS yang dimutasikan namun
yang melawan yang empat ini di tambah satu Kepala Sekolah dari Desa Tiga Binanga, SMA Tiga Binanga. Jadi disitu melanggar PP Nomor 100 Tahun 2000.
5. Yang ke 5 lima tidak pernah melakukan Rapat Muspida Plus selama Karo Jambi
menjabat sebagai Bupati Karo.
55
Alasan mengapa kelima hal di atas yang pada akhirnya diajukan ke Mahkamah Agung MA menurut pak Effendy adalah karena adanya alasan-alasan yang serumpun sehingga
dirangkum atau diciutkan menjadi lima dari sembilan alasan yang di ajukan oleh masyarakat. Alasan yang paling kuat yang beredar di masyarakat luas adalah permasalahan kurangnya
perhatian Bupati Kena Ukur Karo Jambi terhadap pengungsi Sinabung yang pada masa itu sedang bergejolak dan membutuhkan banyak perhatian, dan ada pula masalah kedekatan Bupati
dengan “pedagang monza” Mendang br Ginting alias Molek. Namun hal ini dikatakan oleh Pak Effendy Sinukanban sebenarnya hanya pemicu saja artinya menguatkan atas tuduhan terhadap
Karo Jambi, seperti yang ia katakan : Sebenarnya itu kan hanya pemicu saja artinya apa, menguatkan atas tuduhan terhadap dia
karena kalau masalah pengungsi itu nggak ada pelanggaran disana nggak ada masalah etika juga nggak ada disana. Jadi ya katakan lah misalnya dia kurang perhatikan nggak
ada alasan diberhentikan untuk itu sebenarnya.
56
Hal ini juga dibenarkan oleh Julianus Sembiring sebagai salah satu penggerak massa pada masa itu, dimana menurutnya isu penelantaran pengungsi dan isu perselingkuhan Bupati
Karo Jambi hanya dijadikan alat agar terjadi gejolak di masyarakat, seperti yang ia katakan : Karena menurutnya masalah pengungsi tidak memiliki pelanggaran, tidak ada masalah
dalam hal ini.Bila dikatakan Karo Jambi kurang perhatian dengan pengungsi sinabung tetap saja tidak memiliki alasan yang berdasar untuk diberhentikan atau tidak memiliki Undang-undang
yang dilanggarnya sebagai Kepala Daerah seperti kelima alasan yang diajukan ke MA.
55
Hasil Wawancara dengan Bapak Julianus Paulus Sembiring pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 11:42 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.
56
Hasil Wawancara dengan Bapak Effendy Sinukaban pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 11:20 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.
DPRD selalu menggunakan 5 lima poin itu untuk kami-kami aja supaya bergelombang gejolak di masyarakat. Salah satunya ini, itu kan gini adek juga kan pernah dengar yang
namanya Molek itu ya dia itu sangat-sangat di benci di pajak-pajak jadi supaya pedagang-pedagang turun ke lapangan kita gunakan itu. Nah kemudian kenapa kita
gunakan pengungsi karena pengungsi bertebaran di pos-pos di Kabanjahe ini sehingga mereka turun.Nah itu bukan strategi DPRD jangan salah sangka ya, itu strategi kita
supaya masyarakat turun full sekitar ribuan orang, begitu. Tapi yang lima poin ini tidak masuk masalah pengungsi dan masalah Molek, lima poin ini murni menggunakan pasal
29.
57
Dalam hal ini Effendy Sinukaban sebagai Ketua DPRD Kabupaten Karo menggunakan kekuasaan politiknya yang diperlihatkan dengan cara bagaimana ia menggunakan sumber-
sumber pengaruhnya untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik Menurutnya Molek br Ginting sangat di benci di pasar di sekitaran Kabanjahe, sehingga
isu ini digunakan agar pedagang-pedagang turun ke lapangan untuk turut berdemonstrasi.Nah kemudian kenapa kita gunakan pengungsi karena pengungsi bertebaran di pos-pos di Kabanjahe
ini sehingga mereka turun. Nah itu bukan strategi DPRD jangan salah sangka ya, itu strategi kita Gerakan Masyarakat Peduli Karo supaya masyarakat turun full sekitar ribuan orang untuk
berdemonstrasi sehingga dapat mempercepat proses pemberhentian Bupati Kena Ukur. Masyarakat Kabupaten Karo sendiri melakukan aksi demo berkepanjangan menuntut
pemberhentian Bupati ini selama 17 hari untuk menekan pihak DPRD Kabupaten Karo agar dilakukannya pemakzulan atas Bupati Kena Ukur Karo Jambi Surbakti. Berhubung karena
anggota DPRD dan masyarakat sudah memiliki pendapat yang sama yaitu kekecewaan yang mendalam atas kepemimpinan Karo Jambi yang dinilai sangat tidak pro rakyat maka DPRD
Kabupaten Karo dengan segera menggunakan hak interpelasi dan bergulir ke Rapat Paripurna yang merupakan forum rapat tertinggi anggota DPRD dalam pengambilan keputusan yang mana
dipimpin langsung oleh Effendy Sinukaban sebagai ketua DPRD pada saat itu.
57
Hasil Wawancara dengan Bapak Julianus Paulus Sembiring pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 11:42 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.
sehingga keputusan yang dihasilkan tersebut dianggap mampu menguntungkan dirinya, kelompok ataupun masyarakat pada umumnya.
Ia Effendy Sinukaban baik bersama anggota DPRD Karo lainnya beserta Julianus Sembiring juga berhasil menggunakan komunikasi politik, diperlihatkan melalui keberhasilan
mereka baik dalam mengumpulkan massa di internal DPRD Kabupaten Karo maupun massa dari masyarakat Karo sendiri sehingga menghasilkan desakan agar segera dilakukan pemberhentian
Bupati Kena Ukur. Yang mana melalui komunikasi ini pula mereka mampu menyampaikan tujuan politik mereka dengan baik sehingga proses pemberhentian ini dapat berjalan “mulus”
tanpa kendala di internal Kabupaten Karo.
3.2 Tindak Lanjut Atas Pengaduan Masyarakat