menyatakan sebagai berikut: “By International Political Communication we refer to the use by national states of communication to influencethe politically relevant behavior of people in other
nation state”
20
Apa yang dikemukakan oleh Philips dan Alexander pada intinya menunjukkan bahwa komuikasi politik internasional yaitu komuikasi yang dilakukan oleh suatu Negara nasional
national states untuk mempengaruhi tigkah laku politik Negara lain. Dari uraian dan pendapat para ilmuwan tersebut, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa komunikasi politik mempunyai
lingkup pembahasan yang sangat luas, tidak hanya membahas bagaimana komunikasi dapat digunakan di dalam mencapai kekuasaan dan tujuan politik secara internal tapi juga bagaimana
suatu system yang berlangsung dapat dipertahankan dan dialih generasikan. Dan dalam kehiatan keluar, bagaimana komunikasi dapat digunakan dalam upaya mempengaruhi Negara lain di
dalam mencapai tujuan politik negaranya, atau secara minimal dapat terwujudnya suatu hubungan yang saling menguntungkan diantara dua atau lebih Negara yang mengadakan
komunikasi.
21
Dalam penelitian ini peneliti memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang pemberhentian Kepala Daerah. Pertama, Nadia Mashita
2010 dalam skripsinya yang berjudul Proses Pemberhentian Kepala Daerah Oleh DPRD Studi Kasus Pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati Kampar Tahun 2004. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terjadinya pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati oleh DPRD Kabupaten
1.6 Studi Terdahulu Pemberhentian Kepala Daerah
20
Santoso Sastropoetro, Komunikasi Internasional, Sarana interkasi antar Bangsa, Bandung: Alumni. 1982.hal.26.
21
Drs, Sumarno AP, op. cit. hal. 11.
Kampar dari awal permasalahan sampai kepada pengambilan keputusan dan untuk mengetahui faktor pendukung diambilnya keputusan pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati oleh DPRD
Kabupaten Kampar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan library research, sedangkan data
primer diperoleh melalui penelitian lapangan field research dengan menggunakan metode wawancara.Narasumber wawancara terdiri dari Anggota DPRD, Bupati dan Wakil Bupati, dan
pihak-pihak lain yang terlibat langsung dan berkompeten tentang permasalahan yang diangkat.Data sekunder dan data primer di atas dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam
bentuk deskriptif.
22
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa latar belakang terjadinya sengketa tentang pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati oleh DPRD diawali dengan tuduhan pengusiran oleh
PGRI terhadap A.Latief Hasyim oleh Bupati Jefry Noer dalam suatu rapat. Pengusiran ini dianggap oleh para guru sebagai pelecehan dan penghinaan terhadap profesi guru. Akibatnya
timbul protes dari para guru dengan cara melakukan demonstrasi besar-besaran. Selain memprotes pengusiran tersebut para guru menuntut bupati dan wakil bupati mundur dari
jabatannya. Aspirasi para guru, murid, elemen dan komponen masayarakat lainnya direalisasikan oleh DPRD dengan mengusulkan pemberhentian Jefry Noer dan A.Zakir, SH.MM kepada
Mendagri melalui Gubernur sebagai bupati dan wakil bupati Kampar periode 2001-2006 dengan alasan bahwa telah terjadi krisis kepercayaan publik yang luas terhadap kepemimpinan Jefry
Noer dan A.Zakir, SH.MM. Proses yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Kampar sampai pada keputusan, tidak dijalankan sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku. Hal ini terlihat
bahwa keputusan DPRD bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-undang No. 22 tahun
22
Nadia Mashita, Proses Pemberhentian Kepala Daerah Oleh DPRD Studi Kasus Pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati Kampar Tahun 2004 [Skripsi], Pekanbaru:Departemen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau. 2010.
1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 108 tahun 2000 Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. DPRD terkesan hanya mengedepankan unsur politis
dan mengenyampingkan unsur hukumnya.Pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati oleh DPRD Kabupaten Kampar subtansinya adalah terjadinya krisis kepercayaan publik yang luas akibat
kasus yang melibatkan tanggung jawabnya, maka aturan yang seharusnya diberlakukan adalah Peraturan Pemerintah No. 108 tahun 2000.
Kedua, Mujahid Akbar Suneth 2014 dalam skripsinya yang berjudul Pemberhentian Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia menurut
Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 Studi Kasus Bupati Garut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberhentian Kepala Daerah Kabupaten Garut dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia menurut Peraturan Perundang-undangan. Selain itu juga untuk mengetahui kesesuaian pemberhentian Kepala Daerah Kabupaten Garut dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
menurut Peraturan Perundang-undangan.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research yaitu teknik pengumpulan data
dengan cara menelusuri artikel-artikel, peraturan perundang undangan, buku-buku, internet, pendapat para sarjana dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan ini. Dari keseluruhan
data yang diperoleh, diolah lalu dianalisis secara kualitatif.Data yang diperoleh dan diolah tersebut kemudian diuraikan secara deskriptif dengan menguraikan, menjabarkan dan
menjelaskan permasalahan yang erat kaitannya dengan penulisan.
23
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, pemberhentian H.Aceng H. M. Fikri, S.Ag.sebagai Bupati Garut masa jabatan 2009-2014 telah sesuai dengan sistem ketatanegaraan
menurut UUD NRI Tahun 1945. Ketentuan konstitusi dilanggar antara lain Pasal 1 ayat 3 UUD
23
Mujahid Akbar Suneth, Pemberhentian Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 Studi Kasus Bupati
Garut[Skripi], Makassar:Departemen Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.2014.
NRI Tahun 1945 bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kemudian Pasal 18 ayat 1 UUD NRI tahun 1945 dimana Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah daerah
Provinsi dan daerah kabupatenkota yang mana mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang-undang. Dan UU No 32Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pemberhentian Bupati Garut dimulai dengan surat Keputusan DPRD Kab. Garut Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pendapat DPRD Kabupaten Garut Terhadap Dugaan Pelanggaran Etika
Dan Peraturan Perundang-undangan Yang Dilakukan Oleh H. Aceng H. M Fikri, S.Ag.Sebagai Bupati Garut yang diajukan untuk diuji pada Mahkamah Agung, yang kemudian dalam
Putusannya No. 1 PKhs2013 mengabulkan permohonan DPRD dan kemudian DPRD Kab. Garut melalui surat Nomor 131133-DPRD tanggal 1 Februari 2013 sebagaimana tertuang dalam
Keputusan DPRD KabGarut Nomor 01 Tahun 2013 tanggal 1 Februari 2013 menyampaikan ke Presiden melalui Menteri Dalam Negeri tentang usul pemberhentian H. Aceng H.M Fikri, S.Ag.
sebagai Bupati Garut. Dan kemudian Presiden melalui Menteri Dalam Negeri memutuskan mengesahkan pemberhentian tersebut melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
17P Tahun 2003 tanggal 20 Februari 2013.
1.7 Metode Penelitian