BAB II PROFIL KABUPATEN KARO DAN PROFIL KENA UKUR
Bab dua menjelaskan secara umum mengenai profil Kabupaten Karo, profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo serta profil singkat DPC Partai Demokrat
Kabupaten Karo dan profil Kena Ukur Karo jambi Surbakti. Mengapa penting untuk mengetahui profil Kabupaten Karo karena Kabupaten Karo merupakan lokasi dari penelitian ini, mengetahui
profil pemerintah adalah karena dalam hal ini penelitian berkaitan langsung dengan pemerintahan Kabupaten Karo.Hal penting lainnya yaitu untuk mengetahui profil DPRD
Kabupaten Karo, mengapa hal ini penting untuk diketahui adalah karena anggota DPRD Kabupaten Karo merupakan informan utama dalam penelitian ini.
Profil DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo juga dibahas dalam bab ini, karena saat ini Kena Ukur Surbakti merupakan ketua DPC Partai Demokrat sejak tahun 2011. Begitu pula
alasan untuk mengetahui profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti adalah karena Kena Ukur Karo Jambi merupakan objek pada penelitian ini yang mana informasi dari anggota DPRD, DPC
Partai Demokrat serta dari Karo Jambi inilah yang nantinya akan di analisis oleh peneliti. Hal yang akan dijelaskan terlebih dahulu dalam bab ini adalah mengenai profil Kabupaten Karo yang
dilanjutkan dengan profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo, serta profil DPC Partai Demokrat dan profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.
2.1 Profil Kabupaten Karo
Profil Kabupaten Karo yang dijelaskan di dalam sub bab ini adalah mengenai sejarah Kabupaten Karo, lokasi dan keadaan geografis Kabupaten Karo, keadaan penduduk serta Agama
di Kabupaten Karo. Bab ini menjelaskan bagaimana awal berdirinya Kabupaten Karo,
bagaimana kondisi fisik kabupaten Karo, wilayah terluas di Kabupaten Karo, penduduk terbanyak di Kabupaten Karo serta agama mayoritas yang di anut di Kabupaten Karo saat ini.
Tanah Karo terbentuk sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II setelah melalui proses yang sangat panjang dan dalam perjalanan sejarahnya Kabupaten ini telah mengalami perubahan
mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan. Sebelum kedatangan penjajahan Belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi Karo, di
kawasan itu hanya terdapat kampung Kuta, yang terdiri dari satu atau lebih “kesain” bagian dari kampung.Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang “Pengulu”. Menurut P. Tambun dalam
bukunya “Adat Istiadat Karo”, Balai Pustaka 1952, arti dari pengulu adalah seseorang dari marga tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “Anak Beru” dan “Senina”. Mereka ini
disebut dengan istilah “Telu si Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasipemerintahan dalam lingkungannya.Anggota ini secara turun menurun dianggap
sebagai “pembentuk kesain”, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga.
25
Ada beberapa sistem atau cara penggantian perbapaan atau Raja Urung atau juga Pengulu di zaman itu, yaitu dengan memperhatikan hasil keputusan “runggunpermusyawaratan” kaum
kerabat berdasarkan kepada 2 dua dasarpokok yakni: 1 Dasar Adat “Sintua-Singuda” yang dicalonkan. Yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau
Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli Perbapaan yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli
itu.Kumpulan kampung itu dinamai Urung.Pimpinannya disebut dengan Bapa Urung atau biasa juga disebut Raja Urung.Urung artinya satu kelompok kampung dimana semua pendirinya masih
dalam satu marga atau dalam satu garis keturunan.
25
Sejarah Perkembangan Kabupaten Karo, tersedia di : www.karokab.go.idinindex.phpsejarah-kab-karo, di akses 22 Maret 2014.
iaberhalanagan atau karena sebab yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya adalah jatuh kepada anak yang termuda. Dari semua calon Perbapaan maka siapa yang
terkemuka atau siapa yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai banyak Anak Beru dan Senina, besar kemungkinan jabatan PerbapaanRaja Urung atau Pengulu,
akan jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan Perbapaan, yang disebutkan di atas harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya dijalankan secara baik
waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian Perbapaan seperti itu, antara lain ke daerah Perbapaan Lima Senina. Lebih-lebih kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu
berkuasa kaum penjajah Belanda di permulaan abad XX 1907.Belanda melakukan “intervensi” dalam hal penentuan siapa yang diangap pantas sebagai Perbapaan dari kalangan keluarga yang
memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat. 2 Dasar “Bere-bere”, yakni menurut keturunan dari pihak Ibu. Hanya dari keturunan ibukemberahen tertentu saja yang pertama-tama
berhak menjadi Perbapaan.Namun setelah kedatangan perjajahan Belanda sistem atau dasar “Bere-bere” ini dihapuskan.
26
Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, yang terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan
dataran tinggi.Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan
97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara.Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120-1420 M di atas permukaan
laut.
27
26
Ibid.
27
Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.hal. Ii.
Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah: 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan
Kabupaten Samosir, 3 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun, 4 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi
Nangroe Aceh Darusalam.
28
28
Ibid.
Data tentang luas wilayah kabupaten karo per kecamatan dapat dilihat di Tabel 2.1, dimana dalam tabel ini diperlihatkan dari 17 Kecamatan dan 269 desa, kecamatan mana yang memiliki
total luas wilayah terbanyak di Kabupaten Karo dan kecamatan mana yang memiliki total luas wilayah terendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013
No. Kecamatan
DesaKelurahan Luas Km²
Rasio Terhadap Total Luas Kabupaten 1
Mardingding 12
267,11 12,56
2 Laubaleng
15 252,60
11,87 3
Tigabinanga 20
160,38 7,54
4 Juhar
25 218,56
10,27 5
Munte 22
125,64 5,91
6 Kutabuluh
16 195,70
9,20 7
Payung 8
47,24 2,22
8 Tiganderket
17 86,76
4,08 9
Simpang Empat 17
93,48 4,39
10 Naman Teran
14 87,82
4,13 11
Merdeka 9
44,17 2,08
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kecamatan dengan luas terbanyak dikabupaten Karo adalah kecamatan Mardingding, dengan total luas wilayah 267,11 Km
2
. Sementara kecamatan dengan luas wilayah terendah adalah kecamatan Berastagi dengan total luas wilayah 30,50 Km
2
. Namun jumlah luas wilayah ini berbanding terbalik dengan kepadatan penduduk di masing-
masing Kecamatan dimana Kecamatan Berastagi justru memiliki penduduk yang lebih banyak daripada kecamatan Mardingding. Untuk lebih jelas akan diperlihatkan dalam tabel 2.2.
Hasil Sensus tahun 2010 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa. Pada tahun 2013, menurut proyeksi penduduk Karo meningkat menjadi 363.755 jiwa yang
mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17 persen per
tahun. Tahun 2013 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan.Laki- laki berjumlah 180.535 jiwa dan Perempuan berjumlah 183.220 jiwa.Untuk lebih jelas dibawah
ini terdapat jumlah penduduk berdasarkan rasio kepadatan penduduk dalam setiap Kecamatan di Kabupaten Karo.
12 Kabanjahe
13 44,65
2,10 13
Berastagi 10
30,50 1,43
14 Tigapanah
26 186,84
8,78 15
Dolat Rayat 7
32,25 1,52
16 Merek
19 125,51
5,90 17
Barusjahe 19
128,04 6,02
Jumlah 269
2.127,25 100,00
Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2013
No Kecamatan
Luas Wilayah Km
2
Penduduk Kepadatan Penduduk Tiap Km
2
1 Mardingding
267,11 17 684
66,20 2
Laubaleng 252,60
18 359 72,68
3 Tigabinanga
160,38 20 626
128,61 4
Juhar 218,56
13 726 62,80
5 Munte
125,64 20 404
162,40 6
Kutabuluh 195,70
10 972 56,07
7 Payung
47,24 11 232
237,76 8
Tiganderket 86,76
13 659 157,43
9 Simpang Empat
93,48 19 707
210,82 10
Naman Teran 87,82
13 263 151,02
11 Merdeka
44,17 13 794
312,29 12
Kabanjahe 44,65
66 635 1 469,99
13 Berastagi
30,50 44 091
1 445,61 14
Tigapanah 186,84
30 388 162,64
15 Dolat Rayat
32,25 8 599
266,64 16
Merek 125,51
18 712 149,09
17 Barusjahe
128,04 22 904
178,88 JumlahTotal 2013
2 127,25 363 755
171,00 2012
2 127,25 358 823
168,68 2011
2 127,25 354 242
166,53
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Kabanjahe dengan jumlah penduduk sebesar 66.635 jiwa dengan kepadatan
1.469,99 tiap km
2
. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terdendah adalah kecamatan Dolat Rakyat dengan jumlah penduduk sebesar 8.599 jiwa dengan kepadatan 149,09 tiap km
2
. Setelah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kecamatan dengan jumlah
penduduk terendah di tampilkan pada tabel 2.2, pada tabel 2.3 ini ditampilkan jumlah penduduk
menurut jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Karo. Dari total penduduk sebanyak 363.755 jiwa yang mediami 17 Kecamatan di wilayah Kabupaten Karo, diperlihatkan dibawah ini apakah
laki-laki atau perempuan yang lebih mendominasi.
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013
No Kecamatan
Laki-Laki Perempuan
Jumlah Sex rasio
1 Mardinding
8 825 8 859
17 684 99,62
2 Lau Baleng
9 218 9 141
18 359 100,84
3 Tigabinanga
10 262 10 364
20 626 99,02
4 Juhar
6 823 6 903
13 726 98,84
5 Munte
10 081 10 323
20 404 97,66
6 Kutabuluh
5 425 5 547
10 972 97,80
7 Payung
5 552 5 680
11 232 97,75
8 Tiganderket
6 660 6 999
13 659 95,16
9 Simpang Empat
9 848 9 859
19 707 99,89
10 Naman Teran
6 751 6 512
13 263 103,67
11 Merdeka
6 915 6 879
13 794 100,52
12 Kabanjahe
32 076 33 559
66 635 95,58
13 Berastagi
21 950 22 141
44 091 99,14
14 Tiga Panah
15 028 15 360
30 388 97,84
15 Dolat Rayat
4 252 4 347
8 599 97,81
16 Merek
9 584 9 128
18 712 105,00
17 Barusjahe
11 285 11 619
22 904 97,13
Jumlah Tahun 2013 180 535
183 220 363 755
98,53 Tahun 2012
178 073 180 750
358 823 98,52
Tahun 2011 176 077
178 165 354 242
98,83
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Dari data jumlah penduduk menurut jenis kelamin diatas, dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki seluruhnya dari 17 kecamatan di Kabupaten Karo adalah sebanyak 180.535
jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 183.220 jiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa jumlah perempuan mendominasi di kabupaten Karo. Penduduk kabupaten Karo merupakan masyarakat yang terdiri dari
berbagai agama yakni agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.Tahun 2013 Menurut Departemen Agama Kabupaten Karo tercatat sebanyak 168 Mesjid,
59 Surau atau Langgar, sebanyak 630 Gereja Protestan, sebanyak 124 Gereja Katolik, sebanyak 6 pura dan 1 vihara. Dibawah ini diperlihatkan tabel mengenai jumlah penduduk yang menganut
agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Penganut Agama di Kabupaten Karo
No AgamaKepercayaan
Jumlah Persentase
1 Islam
87.371 jiwa 24,00
2 Kristen Protestan
204.283 jiwa 56,20
3 Kristen Khatolik
72.101 jiwa 19,80
4 Hindu
- 0,00
5 Budha
- 0,00
6 Lainnya
- 0,00
7 Jumlah
363.755 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.
Melalui Tabel 2.4 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Karo adalah mayoritas beragama Kristen Protestan dengan jumlah 204.283 jiwa atau mencapai persentasi 56,20, diikuti
agama Islam dengan jumlah 87.371 jiwa atau persentasi sebesar 24 dan agama Katolik dengan jumlah 72.101 jiwa atau persentasi sebesar 19,80. Pada tabel juga terdapat 6 pura untuk agama
hindu dan 1 vihara untuk agama budha namun tidak terdapat masyarakat yang menganut agama budha maupun hindu. Dari data BPS dalam Karo Dalam Angka Tahun 2014, pada tahun 2011 ada
sebanyak 7.459 jiwa penduduk Kabupaten Karo yang beragama hindu namun tidak terdapat penduduk yang beragama budha pada tahun yang sama. Pada tahun 2012 ada sebanyak 459 jiwa
penduduk Karo yang beragama hindu, dan sebanyak 1.507 penduduk beragama budha. Namun pada tahun 2013 tidak terdapat agama hindu maupun budha dalam data kependudukan yang dikeluarkan
oleh BPS Kabupaten Karo ini.
2.2 Profil Pemerintahan Kabupaten Karo