biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya single dan double stand,
baik gugus basa maupun non-basa Winarsi 2007. Dari berbagai jenis antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta
kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberap jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik sinergisme
terhadap oksidasi dibandingkan dengan satu jenis antioksidan saja Siagian 2002.
2.4. Ekstraksi Senyawa Aktif
Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah Winarno et al. 1973.
Harbone 1987 menambahkan bahwa ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu.
Proses ekstraksi bertujuan mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-komponen aktif.
Metode ekstraksi yang digunakan tergantung dari beberapa faktor, antara lain tujuan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat-sifat komponen yang akan diekstrak
dan sifat-sifat pelarut yang digunakan. Metode umum ekstraksi yang dapat dilakukan terdiri dari ekstraksi dengan pelarut, destilasi, supercritical fluid
extraction SFE, pengepresan mekanik dan sublimasi. Diantara metode-metode yang telah dilakukan, metode yang banyak digunakan adalah destilasi dan
ekstraksi menggunakan pelarut Houghton dan Raman 1998. Ekstraksi menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
aqueous phase dan organic phase. Ekstraksi aqueous phase dilakukan dengan menggunakan pelarut air, sedangkan organic phase menggunakan pelarut organik
Winarno et al. 1973. Prinsip metode ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan yang akan diekstrak kontak langsung dengan pelarut pada waktu
tertentu kemudian diikuti dengan pemisahan dari bahan yang telah diekstrak Houghton dan Raman 1998.
Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Bahan dan senyawa kimia akan mudah larut pada pelarut yang
relatif sama kepolarannya. Derajat polaritas tergantung pada tahapan dielektrik, makin besar tahapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut Nur dan
Adijuwana 1989. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya Pelarut
Titik didih
o
C Titik beku
o
C Konstanta
dielektrik Debye Dietil eter
Karbon disulfide Aseton
Kloroform Metanol
Tetrahidrofuran Di-isopropil eter
N-heksan Karbon Tetraklorida
Etil asetat Etanol
Benzena Sikloheksana
Isopropanol Air
Dioksan Toluena
Asam asetat glasial N,N-dimetil formamida
Dietilenaglikol 35
46 56
61 65
66 68
69 76
77 78
80 81
82
100 102
111 118
154 245
-116 -111
-95 -64
-98 -65
-60 -94
-23 -84
-117 5,5
5,5 -89
12 -95
17 -61
-10 4,3
2,6 20,7
4,8 32,6
7,6 3,9
1,9 2,2
6,0
24,3 2,3
2,0 18,3
78,5 2,2
2,4 6,2
34,8 37,7
Sumber: Nur dan Adijuwana 1989
Pelarut yang bersifat polar, mampu mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tannin, gula, asam amino, dan glikosida
Harborne 1987. Hasil ekstrak yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang
digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel
Darusman et al. 1995. Jenis dan mutu pelarut yang digunakan menentukan keberhasilan proses
ekstraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan mudah terbakar
Ketaren 1986. Selain itu, keberhasilan ekstraksi juga tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika ekstraksi dilakukan
berulang-ulang dengan jumlah pelarut yang sedikit-sedikit. Efisiensi ekstraksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan luas kontak yang besar Khopkar 2003.
2.5. Uji Aktivitas Antioksidan