Pengambilan dan preparasi bahan baku Ekstraksi komponen antioksidan

3.3.1. Pengambilan dan preparasi bahan baku

Bahan baku lintah laut Discodoris sp. diambil dari Perairan Tanjung Binga Kepulauan Belitung. Lintah laut ditemukan di pinggir pantai yang terdapat pasir dan karang-karang mati. Lintah laut diambil pada pagi hari sekitar pukul 9.00-11.00 wib saat air laut surut. Pengambilan lintah laut dilakukan saat air laut surut karena saat air pasang sangat sulit untuk menemukan keberadaan lintah laut. Ukuran panjang lintah laut yang digunakan berkisar 3-6 cm. Daging lintah laut dipisahkan dari jeroannya kemudian dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan benda-benda asing yang masih menempel seperti pasir, kerikil dan kotoran lainnya. Setelah bersih, daging lintah laut dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2-3 hari. Lintah laut ditimbang berat utuhnya serta berat sebelum dan sesudah pengeringan untuk mengetahui rendemennya. Lintah laut tanpa jeroan yang telah kering dihancurkan dengan menggunakan mortar dan blender sehingga diperoleh bentuk serbuk. Serbuk lintah laut tanpa jeroan inilah yang akan digunakan dalam analisis proksimat dan proses ekstraksi dengan pelarut polar.

3.3.2. Karakterisasi bahan baku

Karakterisasi lintah laut dilakukan melalui perhitungan rendemen dan uji proksimat.

3.3.2.1. Rendemen

Perhitungan rendemen digunakan untuk mengetahui persentase rendemen daging dan jeroan lintah laut baik segar ataupun kering. Adapun perumusan matematiknya adalah sebagai berikut:

3.3.2.2. Uji proksimat

Analisis proksimat dilakukan terhadap lintah laut yang telah dibuang jeroannya dan dikeringkan menggunakan sinar matahari, kemudian dihaluskan menggunakan mortar dan blender sehingga diperoleh sampel dalam bentuk serbuk. Analisis proksimat yang dilakukan adalah: 100 utuh laut lintah bobot daging bobot Rendemen   1 Kadar air AOAC 1995 Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawa porselen dalam oven pada suhu 102-105 o C selama 30 menit. Cawan tersebut diletakkan dalam desikator kurang lebih 30 menit hingga dingin kemudian ditimbang hingga beratnya konstan, kemudian cawan dan daging lintah laut sebanyak 1-2 gram ditimbang setelah terlebih dahulu dihomogenkan. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105 o C selama 6 jam. Cawan tersebut didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Kadar air ditentukan dengan rumus: 2 Kadar abu AOAC 1995 Cawan abu porselen dimasukkan dalam tungku pengabuan selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu cawan abu porselen tersebut didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat kosongnya. Daging lintah laut sebanyak 1-2 gram dimasukkan ke dalam cawan abu porselen, kemudian diletakkan dalam tungku pengabuan hingga suhu 600 o C. Proses pengabuan dilakukan sampai diperoleh abu berwarna abu-abu. Setelah itu cawan abu porselen didinginkan selama 30 menit dan ditimbang beratnya. Kadar abu ditentukan dengan rumus: 3 Analisis abu tidak larut asam FMC Corp. 1977 Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml HCl 10 selama lima menit. Bahan-bahan yang tidak terlarut disaring menggunakan kertas saring tak berabu, lalu didinginkan dalam desikator untuk selanjutnya ditimbang. Kadar abu tidak larut asam ditentukan dengan rumus: 100 g sampel berat g abu berat asam larut abu tidak Kadar   100 g contoh berat g kering contoh berat - g contoh berat air Kadar   100 g sampel berat g abu berat abu Kadar   4 Kadar protein AOAC 1995 Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. 1 Tahap destruksi Daging lintah laut ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam tabung kjeltac. Selanjutnya ditambahkan selenium dan 3 ml H 2 SO 4 ke dalam tabung tersebut. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 410 o C. Proses destruksi dilakukan sampai larutan berwarna bening. 2 Tahap destilasi Isi labu dituangkan ke dalam labu destilasi, lalu ditambahkan dengan aquades 50 ml. Air bilasan juga dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan larutan NaOH 40 sebanyak 20 ml. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam erlenmeyer 125 ml berisi larutan H 3 BO 3 dan 3 tetes indikator cairan methyl red dan brom creosol green yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh 200 ml destilat yang bercampur dengan H 3 BO 3 dan indikator dalam erlenmeyer. 3 Tahap titrasi Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan erlenmeyer berubah warna menjadi pink. Kadar protein ditentukan dengan rumus: 5 Kadar lemak AOAC 1995 Penentuan kadar lemak dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Daging lintah laut sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya dan disambungkan dengan ml HCl - ml HCl blanko 0,1 N HCl 14,007 N 100 mg sampel Kadar protein N 6,25       tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet, lalau dipanaskan pada suhu 40 o C dengan menggunakan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan. Kadar lemak ditentukan dengan rumus:

3.3.3. Ekstraksi komponen antioksidan

Ekstraksi dilakukan untuk menghasilkan ekstrak kasar lintah laut dengan menggunakan pelarut. Komponen antioksidan pada lintah laut diperoleh melalui ekstraksi tunggal dengan menggunakan tiga pelarut polar yang berbeda, yaitu metanol, etanol dan aquabides. Lintah laut tanpa jeroan kering yang telah dihancurkan ditimbang beratnya 50 gram, kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer. Masing-masing pelarut metanol dan etanol ditambahkan sampai sampel terendam dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:3 wv. Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil untuk mencegah penguapan dari pelarut. Sampel dimaserasi menggunakan shaker LED Orbit selama 5x24 jam. Setiap 24 jam, hasil maserasi disaring dengan kertas saring whatman 42 untuk memisahkan filtrat dengan ampasnya. Ekstraksi dengan pelarut aquabides dilakukan dengan memanaskan aquabides sebanyak 750 ml dalam panci kaca hingga suhu 100 o C. Lintah laut tanpa jeroan kering yang telah dihancurkan ditambahkan ke dalam panci kaca sebanyak 50 gr sehingga diperoleh perbandingan bahan dan pelarut 1:15 wv. Sampel dan pelarut dipanaskan selama 20 menit dengan selalu diaduk. Setelah dingin, sampel disaring dengan menggunakan kain katun dilanjutkan dengan kertas saring whatman 42 untuk memisahkan filtrat dengan ampasnya. Filtrat dari masing-masing pelarut dimasukkan dalam erlenmeyer dan disimpan dalam lemari es sampai waktunya evaporasi. Evaporasi filtrat hasil 100 g sampel berat g lemak berat lemak Kadar   maserasi menggunakan pelarut etanol dan metanol dilakukan dengan evaporator vakum putar Buchi Rotavator R-205 pada suhu 37 o C, sedangkan filtrat aquabides dievaporasi pada suhu 54 o C sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar ini dimasukkan dalam botol ekstrak untuk dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan