organik sehingga dapat memperkecil peluang ekstrak kasar terkontaminasi bahan lain. Selain itu, aquabides lebih aman dikonsumsi dibandingkan dengan etanol dan
metanol sehingga sangat baik apabila digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi.
Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan tidak mudah terbakar
Ketaren 1986. Kebanyakan pelarut organik yang biasa digunakan saat ini diketahui bersifat toksik dan berbahaya. Pada penelitian ini digunakan pelarut
organik berupa etanol dan metanol. Etanol dan metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap
metanol dapat menimbulkan kebutaan bahkan kematian. Terdapat laporan yang menjelaskan bahwa terjadi kematian yang disebabkan minum metanol kurang dari
30 ml Fessenden dan Fessenden 1986. Pelarut organik yang bersifat toksik dapat berbahaya bagi kesehatan sehingga akan lebih aman apabila proses ekstraksi
menggunakan air murni yaitu aquabides.
4.3.2. Senyawa fitokimia
Ekstrak kasar hasil ekstraksi lintah laut menggunakan tiga pelarut polar, yaitu etanol, metanol dan aquabides diuji fitokimia untuk mengetahui komponen
bioaktif yang terdapat dalam tubuhnya yang terlarut pada masing-masing pelarut. Komponen bioaktif berpotensi mencegah berbagai penyakit seperti penyakit
degeneratif dan kardiovaskular Harborne 1987. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, molisch,
benedict, biuret dan ninhidrin. Pemilihan pelarut perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan zat kimia
tertentu yang diinginkan. Ekstraksi dengan pelarut etanol dapat mengekstrak fenolik, steroid, terpenoid, alkaloid, dan glikosida Hougton dan Raman 1998.
Pelarut metanol mampu mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid dan tanin Harborne 1987. Selain itu, metanol juga dapat
mengekstrak gula, asam amino dan glikosida. Metanol merupakan pelarut polar, namun dapat juga mengekstrak senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar, seperti
lilin dan lemak. Pelarut aquabides cenderung melarutkan garam dari asam maupun
basa Houghton dan Raman 1998. Komponen bioaktif yang terdapat dalam ekstrak kasar lintah laut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar lintah laut Uji
fitokimia Jenis pelarut
Standar warna Etanol
Metanol Aquabides
Alkaloid: Wagner
Meyer Dragendroff
++ +
− +
++
−
+++ +++
− Endapan coklat
Endapan putih kekuningan Endapan merah sampai jingga
Steroid −
− −
Perubahan merah menjadi biruhijau
Flavonoid ++
+++ ++
Lapisan amil alkohol berwarna merahkuninghijau
Saponin −
− −
Terbentuk busa Fenol
hidrokuinon −
− +
Warna hijau atau hijau biru Molisch
++ ++
++ Warna ungu diantara 2 lapisan
Benedict +
++ +++
Warna hijaukuningendapan merah bata
Biuret −
− ++
Warna ungu Ninhidrin
− −
− Warna biru
Keterangan: +++ sangat kuat ++ kuat
+ kurang kuat Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar lintah laut dengan
ketiga pelarut polar mengandung senyawa kimia yang merupakan golongan alkaloid, flavonoid, karbohidrat, dan gula pereduksi. Senyawa kimia fenol
hidrokuinon dan peptida hanya terdapat pada ekstrak kasar lintah laut dengan menggunakan pelarut aquabides. Setiap zat kimia memiliki kelarutan yang
berbeda-beda terhadap
suatu jenis
pelarut. Pemilihan
pelarut perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan zat kimia tertentu yang diinginkan. Alkaloid adalah senyawa alami amina, baik pada tanaman, hewan, ataupun
jamur dan merupakan produk yang dihasilkan dari proses metabolisme sekunder,
dimana saat ini diketahui sebanyak 5500 jenis alkaloid Harborne 1987. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun
beberapa pseudoalkaloida dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida quarterner sangat larut dalam air Sastrohamidjojo 1996.
Penelitian Ibrahim 2001 menunjukkan bahwa senyawa kimia yang dominan dalam lintah laut adalah steroid. Pada penelitian ini tidak ditemukan
senyawa kimia steroid pada lintah laut tanpa jeroan. Hormon steroid dibentuk dari jaringan tertentu di dalam tubuh dan dibagi dalam dua kelas, yaitu hormon adrenal
dan hormon seks estrogen, progesteron dan testosteron. Lintah laut yang telah dibuang jeroannya tidak ditemukan hormon steroid karena steroid secara normal
diproduksi oleh organ reproduksi seperti ovari, plasenta, korteks adrenal, korpus luteus, dan testis Wilson dan Gisvold 1982. Schmidt dan Steinhart 2001
menyatakan bahwa kandungan steroid pada ekstrak polar dan non-polar tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, dalam bentuk aglikon maupun terikat pada gula sebagai glikosida Harborne 1987. Karena mempunyai
sejumlah gugus gula, flavonoid bersifat polar maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol EtOH, metanol MeOH, butanol BuOH,
aseton, dimetilsulfoksida DMSO, dimetilformamida DMF, air dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
seperti eter dan kloroform Markham 1988. Flavonoid dapat digunakan untuk mengurangi resiko berberapa penyakit kronis dengan kemampuannya sebagai
antioksidan, anti-inflamasi, dan anti-proliferasi Chen dan Blumberg 2007. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol,
isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon Pratt dan Hudson 1990. Senyawa kimia fenol hidrokuinon hanya terdeteksi pada ekstrak aquabides
lintah laut. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya seyawa ini seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya
terdapat dalam vakuola sel Harborne 1987. Senyawa yang termasuk dalam golongan fenolik cenderung mudah larut dalam pelarut yang mempunyai polaritas
tinggi Marhusip 2006 diacu dalam Nuraini 2007. Peranan beberapa golongan fenol sudah diketahui, misalnya lignin sebagai bahan pembangun dinding sel,
antosianin sebagai pigmen bunga. Selain itu, dengan mengkonsumsi fenol dipercaya dapat mengurangi resiko beberapa penyakit kronis karena bersifat
sebagai antioksidan, anti-inflamansi, detoksifikasi karsinogen, dan antikolesterol Chen dan Blumberg 2007.
Karbohidrat pada hewan dan manusia diperoleh dengan cara mengkonsumsi organisme autotroph yang dapat melakukan fotosintesis. Lintah
laut mendapatkan karbohidrat dari alga yang dimakannya. Karbohidrat berfungsi sebagai storing energy seperti pati, dapat juga berguna sebagai transport of energy
seperti sukrosa, dan sebagai penyusun dinding sel seperti selulosa Sirait 2007. Terbentuknya endapan kuning pada pengujian benedict ketiga pelarut
menunjukkan adanya gula pereduksi dalam ekstrak kasar lintah laut. Gula pereduksi adalah monosakarida yang mereduksi senyawa lain seperti pereaksi
Benedict. Bila monosakarida dioksidasi akan menghasilkan senyawa bergugus karboksil, sedangkan pada waktu yang sama ion Cu
2+
dalam pereaksi Benedict direduksi menjadi Cu
+
Roswiem et al. 2006. Uji biuret pada pelarut aquabides menunjukkan warna ungu sehingga
dapat diketahui terdapat peptida dalam ekstrak kasar lintah laut. Protein bersifat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol atau ether, tidak berwarna serta dapat
membentuk kristal Sudarmadji et al. 2007. Keberadaan protein yang tinggi dalam lintah laut didukung dengan pengujian secara kuantitatif melalui analisis
proksimat yang menunjukkan kadar protein sebesar 59,11 .
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan