Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah
bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa Poedjiadi 1994.
2.6.8. Peptida
Peptida merupakan hasil polikondensasi asam amino. Gugus karbonil dari satu asam amino berikatan dengan gugus asam amino lain membentuk ikatan
amida atau ikatan peptida. Pengertian peptida biasanya untuk menyatakan polimer yang memiliki berat molekul lebih rendah dari 5000. Peptida dapat dihidrolisis
sebagian menjadi protein, juga senyawa yang mengandung asam amino non- protein Sastrohamidjojo 1996.
Dipeptida diturunkan dari dua asam amino tripeptida dari tiga asam amino, dan seterusnya. Siklisasi dipeptida menghasilkan 2,5-dioksopi-perazin dan
senyawa sejenisnya sering disintesis oleh mikroorganisme Sastrohamidjojo 1996. Dipeptida masih mempunyai gugus amino dan karboksil bebas sehingga
dapat bereaksi dengan dipeptida-dipeptida lain membentuk polipeptida dan akhirnya membentuk molekul protein Winarno 1997.
2.6.9. Asam amino
Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai sekurang- kurangnya satu gugus amino. Kebanyakan asam amino alam mempunyai rumus
umum RCHNH
3 +
CO
2 -
Robinson 1995. Semua asam amino berkonfigurasi รก dan mempunyai konfigurasi L kecuali glisin yang tidak mempunyai atom C
asimetrik. Hanya asam amino L yang merupakan komponen protein Winarno 1997.
Sebagian besar sifat fisika asam amino ditentukan oleh struktur ion dwikutub. Kelompok asam amino lebih mudah larut dalam air daripada dalam
pelarut organik. Asam amino membentuk garam dengan asam atau basa karena bersifat amfoter Robinson 1995. Derajat ionisasi dari asam amino sangat
dipengaruhi oleh pH. Pada pH yang rendah misalnya pada pH 1,0 gugus karboksilnya tidak terdisosiasi, sedang gugus aminonya menjadi ion. Pada pH
yang tinggi misalnya pada pH 11,0 karboksilnya terdisosiasi sedang gugusan aminonya tidak Winarno 1997.
3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2009. Lintah laut diambil dari perairan Tanjung Binga Kepulauan Belitung. Analisis lintah laut
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Biologi
Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi-LPPM, serta Laboratorium Basah Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain pisau, timbangan digital, timbangan analitik, cawan porselin, oven, desikator, tanur pengabuan, labu Kjeldahl,
kondensor, erlenmeyer, kapas, alat soxhlet, water bath shaker, kertas saring whatman 42, evaporator vakum putar Buchi Rotavapor R-205, botol ekstrak,
freezer, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik, kompor listrik, pipet mikro, inkubator, spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800.
Bahan yang digunakan terdiri dari bahan utama dan bahan pembantu. Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah lintah laut Discodoris
sp. segar yang telah dikeringkan dengan panas matahari. Bahan pembantu yang digunakan antara lain air, aquades, H
2
SO
4
, selenium, NaOH 40 , H
3
BO
3
, methyl red, brom creosol green, HCl 0,1 , pelarut lemak, asam klorida 2 N,
metanol p.a, etanol p.a, aquabides, radikal bebas DPPH 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil,
BHT Butylated
Hydroxytoluena sebagai
antioksidan pembanding, kloroform p.a, anhidrat asetat, asam sulfat pekat, pereaksi
Dragendorff, pereaksi wagner, pereaksi Meyer, serbuk magnesium, HCl 37 , etanol 70 , FeCl
3
5 , pereaksi molisch, pereaksi benedict, pereaksi biuret, dan larutan ninhidrin 0,1 .
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu 1 pengambilan dan preparasi bahan baku, 2 karakterisasi bahan baku, 3 ekstraksi komponen
antioksidan, dan 4 uji ekstrak kasar.