3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanaan selama 6 enam bulan dimulai dengan pembuatan proposal pada September 2010, selanjutnya pengambilan data di lapangan yang
dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2010. Pengolahan data dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Februari 2011. Penyusunan Skripsi dilakukan
pada bulan Maret hingga April 2011. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan di Kepulauan Seribu, tepatnya
fishing base di Pulau Panggang dan daerah pengoperasiannya fishing ground di
perairan Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu. Peta lokasi penelitian di perairan Kepulauan Seribu disajikan pada Lampiran 1.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan sarana yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, papan pengukur ikan, kantong plastik, alat tulis, data sheet, buku identifikasi, software
SPSS 13, GPS, bubu, ganco, dan kapal. Keterangan alat dan sarana yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan sarana yang digunakan selama penelitian PeralatanSarana Penelitian
Kegunaan Timbangan
Mengukur massa hasil tangkapan Papan pengukur ikan measuring board
Mengukur panjang hasil tangkapan Kantong plastik
Tempat hasil tangkapan Alat tulis
Membantu penulisan data Data sheet Mencatan
hasil tangkapan
Buku identifikasi Mengetahui jenis ikan
Software SPSS 13
Mengolah Data Hasil Tangkapan GPS Menentukan
Posisi Bubu Menangkap
ikan Ganco Mengangkat
bubu Kapal Alat
transportasi Bubu yang digunakan pada penelitian ini adalah bubu tali yang umum
digunakan oleh nelayan setempat. Bubu ini dioperasikan pada kedalaman ± 30 m pada perairan karang dalam. Pemasangan bubu dilakukan dengan sistem tunggal,
bubu dipasang satu per satu serta tidak hanyut di dasar perairan. Bubu dilengkapi
pemberat dengan bantuan tali sepanjang 30 m yang dihubungkan oleh pelampung tanda.
Rangka bubu tali hampir sama dengan bubu tambun umumnya terbuat dari bambu. Bambu tersebut dikelilingi oleh jaring yang terbuat dari PE polyethilene
dengan mata berukuran satu inci. Bubu tali memiliki dimensi
8 5 .
Mulut bubu tali berbentuk menyerupai corong, bulat pada bagian luar dan mengecil ke bagian dalam. Lubang corong bagian dalam biasanya mengarah
ke bawah dan dipersempit untuk menyulitkan ikan keluar dari bubu. Jumlah mulut bubu tali hanya satu buah. Konstruksi bubu tali selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Konstruksi bubu tali.
a Bubu tampak
35
25 80
50
45 cm
35 cm
a b
c
b Bubu tampak
Keterangan :
Panjang : 100 cm
Lebar :
80 cm Tinggi
: 35 cm
Diameter mulut : 35 cm
a : pemberat
b : mulut bubu
c : tempat pemasangan umpan
: 1 inci
Bubu tali yang digunakan pada penelitian ini adalah bubu baru. Pada saat akan melakukan pengambilan data, bubu tali baru tersebut direndam di pinggir
Pulau Panggang selama 2 hari. Perendaman tersebut berfungsi untuk mengurangi bau bubu baru, berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan ikan akan
menghindari bubu tersebut jika ada bau bubu baru. Bubu tali yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 12 unit. Pada setiap 3 unit bubu diberikan perlakuan yang
berbeda-beda yaitu tidak diberi umpan, diberi umpan alami, umpan buatan A, dan umpan buatan B. Pemasangan bubu dibutuhkan waktu selama 1-1,5 jam dalam
satu kali trip. Pengangkatan bubu dilakukan selama 1,5-2 jam. Waktu perendaman dilakukan selama 24 jam atau satu hari yaitu setelah melakukan hauling langsung
di setting kembali. Pada saat hauling digunakan alat bantu yaitu ganco atau pengait yang berfungsi untuk mangkaitkan pelampung tanda.
Perahu yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dimensi dengan panjang total LOA 9 m, lebar 1,8 m, tinggi depth 1,2 m, dan tinggi dek draft
0,75 m. Perahu dengan ukuran 5 GT memakai mesin Yanmar dengan kekuatan 18 PK. Bahan-bahan lainnya yang digunakan pada saat penelitian disajikan pada
Tabel 2. Tabel 2 Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian
Jenis Umpan Bahan
Kegunaan
Umpan Alami Bulu babi Diadema-
setosum Umpan alami
Bantal raja
Culcita- novaguineae
Umpan alami Umpan Buatan A
Arginin A5006-100G Umpan buatan
Leusin L8000-100G Umpan buatan
CMC Cellulose Metil
Carboxyl Media perekat arginin dan leusin
Pewarna makanan Memberi warna pada umpan
Air Pencampur Umpan Buatan B Minyak ikan
Mewakili amoniak dan asam lemak Tepung ikan
Mewakili asam lemak dan asam amino Tepung terigu
Stabilitator Tepung tapioka
Stabilitator Air Pencampur
Pengoperasian bubu tali menggunakan umpan sebagai atraktan. Pada penelitian ini diberi empat perlakuan berbeda-beda, satu perlakuan tanpa diberi
umpan guna menjadi pembanding, tiga perlakuan lainnya adalah sebagai berikut : 1
Umpan Alami Umpan alami adalah umpan yang berasal dari alam. Berdasarkan hasil
wawancara dengan nelayan disana, umpan alami yang biasa digunakan adalah bulu babi dan bantal raja. Dari hasil penelitian Riyanto 2008 menyatakan
efektivitas penangkapan ikan kerapu dengan bubu tambun yang diberikan umpan alami memiliki nilai sebesar 55,40, yang berarti sudah cukup efektif karena
nilainya sudah diatas 50,00. 2
Umpan buatan A Umpan buatan A yang dimaksud adalah umpan yang terbuat dari campuran
arginin dan leusin. Pada mamalia, arginin termasuk ke dalam asam amino esensial. Asam amino ini merupakan asam amino yang paling umum, sedangkan
leusin paling banyak dijumpai pada kandungan protein yang diperlukan dalam perkembangan dan pertumbuhan. Leusin berperan dalam menjaga perombakan
dan pembentukan protein otot. Penelitian Indrawatie 2010 mengenai pengujian umpan buatan arginin dan leusin terhadap ikan kerapu pada skala laboraturium
menghasilkan formulasi umpan asam amino jenis arginin dan leusin. Bahan tambahan pada pembuatan umpan buatan A ini adalah Cellulose Metil Carboxyl
CMC untuk merekatkan kedua asam amino serta pewarna makanan. Komposisi arginin dan leusin dihitung terhadap 100 gr umpan. Namun dalam pengambilan
data umpan yang diujikan 8 dari 100 gr umpan. Komposisi kimia umpan buatan yang diujikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi kimia umpan buatan A berat total umpan 8 gr
Asam Amino Komposisi Kimia Umpan gr
Arginin 0,38 Leusin 0,42
3 Umpan buatan B
Umpan buatan B adalah umpan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menggunakan umpan minyak ikan dan tepung
ikan umpan setengah alami. Umpan tersebut memberikan jumlah hasil
tangkapan yang cukup banyak dan memiliki nilai efektivitas sebesar 44,60 Riyanto 2008. Menurut Riyanto 2008 formulasi umpan setengah alami yang
efektif dalam penangkapan ikan karang konsumsi adalah dengan kandungan minyak ikan sebesar 35. Komposisi bahan umpan setengah alami selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tabel komposisi umpan buatan dari bahan alami
No Komposisi Bahan
Umpan setengah alami gr 1 Minyak
Ikan 35
2 Tepung Ikan
1 3 Tepung
Terigu 13
4 Tepung Tapioka
39 Total berat gr
100 Proses pembuatan umpan buatan B umpan setengah alami dimulai dengan
menimbang semua bahan yang diperlukan sesuai dengan takarannya, mencampurkan bahan-bahan kering terlebih dahulu tepung ikan, tepung terigu,
dan tepung tapioka kemudian diaduk secara merata. Selanjutnya mencampurkan bahan-bahan kering tersebut dengan minyak ikan dan air. Aduk adonan hingga
tercampur merata dan mulai mencetak bentuknya dan dibungkus dengan kain kassa.
Gambar 2 Proses pembuatan umpan buatan B.
3.3 Metode Pengambilan Data