2 Pemasangan bubu setting Pemasangan bubu dilakukan dengan cara ditimbun menggunakan batu karang,
baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Penambunan akan dihentikan jika bubu telah tertutupi oleh karang. Tahap akhir dari pemasangan
bubu adalah pembuatan jalan ikan pada daerah sekitar mulut bubu. 3 Perendaman bubu soaking
Perendaman bubu dilakukan kurang lebih selama 24 jam. 4 Pengangkatan bubu hauling
Proses pengangkatan bubu diawali dengan menyingkirkan batu karang yang digunakan untuk menimbun bubu. Pengangkatan bubu dibantu dengan alat
“ganco” untuk memudahkan pada proses pengangkatan. Seletah diangkat, selanjutnya pintu bubu dibuka untuk mengeluarkan hasil tangkapan.
Metode pengoperasian bubu menurut FAO 1968 meliputi : 1 Rigging atau tali-temali berupa pemasangan tali-temali terutama tali
pelampung tanda; 2 Baiting atau pemasangan umpan;
3 Setting atau pemasangan bubu, keberhasilan penangkapan ikan sangat bergantung pada lokasi penempatan bubu dan posisi penempatan bergantung
pada jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan; 4 Soaking time atau lama perendaman bergantung pada tingkah laku dari ikan
sasaran penangkapan dan daya tahan umpan. Pada saat ikan sangat aktif mencari makan, lama perendaman hanya membutuhkan beberapa menit;
5 Hauling atau pengangkatan dilakukan secara manual maupun dengan bantuan mesin line hauler. Setelah bubu diangkat, hasil tangkapan dipindahkan di
palkah atau keranjang yang telah disiapkan sebelumnya;
2.7 Musim Penangkapan
Musim penangkapan suatu alat tangkap disetiap daerah bermacam-macam. Biasanya nelayan mengoperasikan alat tangkap tergantung dari keberadaan ikan
yang menjadi target tangkapan setiap musimnya. Hal ini biasa dilakukan untuk alat tangkap yang menangkap ikan secara spesifik. Namun, karena Indonesia
memiliki jenis ikan yang multispesies, maka sebagian besar alat tangkap dioperasikan sepanjang tahun. Menurut LONLIPI 1977 diacu dalam Mawardi
2001, di perairan Indonesia khususnya Kepulauan Seribu kegiatan penangkapan
dipengaruhi oleh 3 musim, yaitu:
1 Musim Barat Musim ini terjadi pada bulan Desember sampai pertengahan bulan Maret.
Keadaan angin bervariasi dari arah Barat Daya sampai Barat Laut dengan kecepatan 720 knot. Dalam periode bulan Desember sampai Februari sering
terjadi angin kencang dengan kecepatan lebih dari 20 knot, gelombang besar dan arus kuat, sehingga dalam bulan ini kegiatan nelayan nyaris terhenti.
Keadaan alam yang buruk inilah salah satu penyebab hasil ikan laut pada akhir maupun awal tahun menurun. Alat tangkap yang memberikan hasil
terbaik pada musim ini adalah payang, gill net, dan bagan. 2 Musim Timur
Musim ini terjadi pada bulan Juni hingga September, angin bervariasi dari arah Timur Laut sampai Tenggara dengan kecepatan 715 knot. Keadaan
ombak relatif sedang, sehingga semua alat penangkapan dapat bekerja dengan hasil tangkap cukup baik. Alat tangkap yang hasil tangkapannya baik adalah
payang, gill net, muroami, bagan, dan bubu. 3 Musim Pancaroba
Musim ini terjadi pada bulan April hingga Mei dan Oktober hingga November. Arah angin umumnya bervariasi dengan kecepatan lemah. Semua
alat penangkapan dapat bekerja aktif dengan hasil cukup bagus, terutama alat tangkap gill net, muroami, payang, bagan, bubu, dan hand line.
2.8 Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan adalah semua tempat dimana ikan ada dan alat tangkap dapat dioperasikan Djatikusumo 1975 diacu dalam Risamasu 2008.
Penentuan daerah penangkapan untuk pengoperasian bubu tidak begitu rumit dan sedikit dipengaruhi oleh faktor oseanografi, hal terpenting dalam menentukan
daerah penangkapan adalah keberadaan ikan dasar, kepiting, atau udang sebelum operasi penangkapan dilakukan Martasuganda 2003. Menurut Sadhori 1985
ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan daerah penangkapan ikan, yaitu:
1 Adanya ikan hasil tangkapan;
2 Ikan tersebut dapat ditangkap; 3 Penangkapan dapat dilakukan secara kesinambungan; dan
4 Hasil tangkapan menguntungkan.
2.9 Efektivitas Penangkapan