Optimasi Pengelolaan Pesisir dan Akuntansi Karbon Carbon Accounting pada Model CC

194

6.2.2 Optimasi Pengelolaan Pesisir dan Akuntansi Karbon Carbon Accounting pada Model CC

Skenario model CC yang diusulkan ini dirancang untuk dapat diimplementasikan guna mendapatkan sejumlah reduksi emisi CO 2 berdasarkan hasil simulasi perbandingan model BAU dan model CC. Model CC dapat dipetakan menjadi dua kategori: yaitu kawasan yang dilindungi undang-undang kawasan TNS, serta emisi CO 2 terhindarkan avoided emission sebagai basis penilaian transfer finansial di bawah mekanisme REDD+ maupun mekanisme perdagangan karbon lainnya. Ekspektasi tujuan dari skenario model CC ini adalah : mengkuantifikasi stok karbon terestrial stock accounting, menghitung emisi CO 2 emissions accounting dan menilai tingkat reduksi emisi emissions reduction accounting pada kawasan yang dilindungi TNS. Simulasi penurunan laju deforestasi dan degradasi hanya dilakukan pada kawasan konservasi TNS dan tidak dilakukan pada kawasan FA, karena pengelolaan sumberdaya hutan di luar TNS ini merupakan wilayah kedaulatan pihak pemerintah daerah setempat. Jadi pada simulasi ini tidak mempertimbangkan aspek moratorium pembangunan hutan tanaman. Namun demikian dalam analisis carbon accounting, variabel stok karbon dan variabel emisi CO 2 tetap dihitung dan dimasukan dalam model. Argumentasi yang mendasari hal ini karena konsentrasi emisi CO 2 yang dilepas di FA akan mempengaruhi stok karbon di TNS. Beberapa asumsi relevan pada skenario model CC didesain sebagai berikut: a Pengelolaan dan pemanfaatan kawasan TNS dibagi atas dua opsi: - Opsi model carbon crediting Model CC, yaitu opsi pemanfaatan mangrove carbon crediting dimana pengelolaannya berbasis REDD+. Asumsi carbon price rata-rata 10 USD tCO 2 -1 dan social discount rate 10. - Opsi pemanfaatan “Sylfish” sylvofishery sama seperti pada skenario model BAU yaitu areal yang sudah diokupasi masyarakat diusulkan tetap dipertahankan untuk tambak udang shrimp sylvofishery. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik dengan masyarakat setempat. Perbedaannya terletak pada tingkat laju perubahan luas hutan mangrove dan luas areal pertambakan dimana pada skenario model CC diasumsikan 10 dari laju deforestasi dan degradasi hutan saat ini. Dengan demikian areal pengelolaan untuk “Sylfish” diasumsikan terjadi pengurangan luasan secara berkala dalam setiap tahunnya. Kemudian terhadap kedua opsi pemanfaatan ini dianalisis secara komparatif berdasarkan berbagai 195 kriteria NPV, tingkat serapan karbon terestrial carbon sink dan emisi karbon yang dilepaskan carbon source serta tingkat penyerapan tenaga kerja. b Analisis komparasi tingkat karbon terestrial di TNS dan tingkat karbon terestrial di FA sebagai konsekuensi dari kebijakan opsi pemanfaatan areal TNS dengan model CC dan areal konversi di FA secara business as usual. Komparasi ini dilakukan untuk memprediksi fenomena yang akan terjadi dari kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir itu, apakah bersifat karbon positif carbon sink ataukah bersifat karbon negatif carbon source. Skenario model Carbon Crediting dalam konteks penelitian ini merupakan skenario model pengelolaan kawasan konservasi berupa konsesi ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan IUPJL atau property right berbasis REDD+. Pada analisis ini dilakukan penafsiran terhadap berbagai kecenderungan yang akan terjadi sebagai akibat keputusan pemberian konsesi kepada investor atau suatu Badan Pengelola yang ditunjuk pemerintah. Kecenderungan skenario model CC yang akan disimulasikan ini pada prinsipnya sebagai akibat dari deforestasi dan degradasi sumberdaya pesisir baik yang direncanakan planned deforestation maupun yang tidak direncanakan unplanned deforestation. Periode awal komitmen pengelolaan sumberdaya pesisir TNS skenario model CC terdapat areal hutan mangrove yang dilindungi undang-undang seluas 202.897 ha di dalam kawasan TNS. Terdiri dari areal hutan mangrove primer Hmp seluas 35.025 ha 17,35, hutan rawa sekunder 68.658 ha dan sekitar 97.021 ha 47,82 merupakan areal penggunaan lain APL dan sisanya sekitar 2.013 ha 0,99 areal pertambakan di zona tradisional. Dengan berbagai upaya pengelolaan kawasan TNS model CC, restorasi kawasan, reboisasi serta tingkat land security yang lebih terjamin, diprediksi akan terjadi perubahan fungsi tutupan lahan. Hutan rawa sekunder Hrs dan areal penggunaan lain APL diprediksi akan mengalami perubahan tutupan lahan menjadi hutan mangrove primer Hmp, masing-masing 99,62 dan 41,61. Perubahan tutupan lahan pada skenario model CC disajikan pada Tabel 42 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 17. 196 Tabel 42 Perubahan tutupan lahan skenario model CC di kawasan pesisir TN Sembilang dan di FA selama periode komitmen 25 tahun pengelolaan ha No Tutupan Lahan Model CC Periode Komitmen 2010 2020 2035 A Areal dilindungi UU TNS 1 Hutan mangrove primer 35.205 91.959 143.166 2 Hutan mangrove sekunder 299 1.121 3 Hutan rawa sekunder 68.658 1.438 258 4 Areal Penggunaan Lain 97.021 107.621 56.648 5 Tambak TNS 2.013 1.579 1.703 Sub Total A 202.897 202.897 202.897 B Areal tidak dilindungi UU FA 1 Areal Penggunaan Lain 1.109 1.175 393 2 Hutan mangrove primer 12.999 2.562 224 3 Hutan mangrove sekunder 5.288 3.166 1.467 4 Hutan rawa sekunder 89.168 5 Hutan Tanaman Industri 53.500 55.980 6 Perkebunan sawit 40.219 40.997 7 Tambak FA 2.074 3.635 8 Pemukiman dan Infrastruktur 5.868 5.868 Sub Total B 108.564 108.564 108.564 C Total DD dari TNS dan FA 311.461 311.461 311.461 Tren perubahan fungsi hutan mangrove pada skenario model CC di kawasan pesisir TNS disajikan pada Gambar 53. - 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 Fi na l Tahun P e ru b a h a n t u tu p a n h u ta n h a Hmp TNS Hms TNS Hrs TNS APL TNS Tambak TNS Gambar 53 Tren dampak pengelolaan mangrove model carbon crediting with REDD+ terhadap berbagai tutupan lahan di pesisir TN Sembilang. 197 Selama periode komitmen pengelolaan model CC diprediksi akan terjadi peningkatan stok sumberdaya hutan mangrove primer Hmp TNS secara eksponential growth. Pada tahun 2020 terjadi peningkatan stok hutan mangrove primer menjadi 91.959 ha dan pada akhir periode komitmen menjadi 143.166 ha. Berdasarkan struktur model dan data historis deforestasi dan degradasi hutan terdapat pula perubahan fungsi hutan mangrove primer Hmp menjadi hutan mangrove sekunder Hms sebagai akibat faktor alam, umur tanaman maupun faktor lain yang dapat mempengaruhi peluruhan hutan tersebut. Dengan demikian terdapat kecenderungan perubahan hutan mangrove sekunder bertumbuh secara eksponential growth. Pada tahun 2020 luasan Hms terdapat sekitar 299 ha dan pada tahun 2035 menjadi 1.121 ha. Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa kecenderungan sebuah sistem dasar baseline dapat memberikan suatu pemahaman dan gambaran bagaimana suatu sumberdaya alam harus dikelola secara benar, agar tercapai keseimbangan ekosistem di masa depan. Premis tersebut mengandung suatu konsekuensi dimana sumberdaya alam harus dikelola secara efisien, berkelanjutan serta memiliki kontribusi nyata bagi kesejahteraan generasi saat ini dan mendatang. Oleh karena itu, dasar teori yang digunakan pada penelitian ini mengadaptasi rejim intrinsik sumberdaya. Artinya bahwa dalam pemanfaatan setiap sumberdaya memiliki nilai yang terkandung didalamnya untuk dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan pada berbagai opsi pemanfaatan yang memiliki kelayakan secara ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian dapat menghasilkan nilai ekonomi total yang saling menunjang antara rejim ekonomi dan rejim lingkungan. Hasil analisis skenario model CC menunjukkan pada dua opsi pemanfaatan, yaitu model mangrove carbon crediting dan “Sylfish” shrimp sylvofishery keduanya menunjukkan tingkat the net present value NPV yang positif NPV 0 serta tingkat benefit cost ratio yang layak BC ratio 1. Hal ini mencerminkan bahwa kedua opsi pemanfaatan tersebut layak secara ekonomi untuk dikembangkan dan dapat dilakukan secara paralel antar keduanya di kawasan TNS pada tingkat the social opportunity cost of capital sebesar 10. Fakta ilmiah hasil valuasi ekonomi skenario model CC pada opsi pemanfaatan mangrove carbon crediting TNS menghasilkan the net present value NPV sebesar 5.076,11 juta USD dengan benefit cost ratio BC ratio sebesar 7,56. Apabila kawasan TNS ini dikelola dengan konsesi IUPJL selama 25 tahun periode komitmen, maka dengan tingkat social opportunity cost of capital SOCC atau discount rate sebesar 198 10, akan memberikan manfaat nilai kini bersih sebesar 5.076,11 juta USD pada kehidupan masyarakat Banyuasin dan sekitarnya dengan kesempatan kerja yang tersedia sekitar 98.150 tenaga kerja. Hasil analisis pemodelan dengan program I- Think® Ver 6.1 disajikan pada Tabel 43 dan hasil analisis valuasi ekonomi carbon crediting secara rinci disajikan pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Tabel 43 Tingkat perbandingan opsi pemanfaatan hutan mangrove skenario model carbon crediting di kawasan pesisir TN Sembilang pada periode komitmen 25 tahun No Kriteria Model CC Opsi Pemanfaatan Keterangan MCC Sylfish 1 Luas Pengelolaan ha 201.194 1.703 2 NPV juta USD 5.076,11 3.411,67 3 BC Ratio 7,56 6,18 4 Stok Karbon terestrial tCO 2 e 120.451.272 carbon sink 5 Emisi CO 2 tCO 2 e 11.091.631 3.145.648 carbon source 6 Kesempatan kerja jiwa 98.150 2.260 Keterangan : MCC : mangrove carbon crediting; Sylfish : Sylvofishery shrim sylvofishery Opsi pemanfaatan lainnya pada zona tradisional untuk “Sylfish” diasumsikan terjadi pengurangan luasan areal selama periode komitmen. Tujuannya adalah untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mengurangi deplesi sumberdaya mangrove serta mereduksi tingkat pemanasan efek GRK 26 pada tahun 2020. Luasan areal mangrove pada periode awal komitmen sekitar 2.013 ha, kemudian terjadi pengurangan secara berkala dalam setiap tahun dan pada akhir periode komitmen menjadi sekitar 1.703 ha. Hasil analisis valuasi ekonomi opsi pemanfaatan “Silfish” ini menghasilkan NPV sebesar 3.411,67 juta USD dengan BC ratio sebesar 6,18. Artinya bahwa jika pada zona tradisional TNS ini dialokasikan untuk budidaya “Sylfish”, maka akan memberikan manfaat tambahan sebesar 3.411,67 juta USD pada tingkat SOCC 10. Peluang kesempatan kerja yang diciptakan pada opsi “Sylfish” ini sekitar 2.260 tenaga kerja bagi masyarakat Banyuasin dan sekitarnya. Skenario model CC, secara ekonomi akan memberikan nilai ekonomi total mangrove carbon crediting dan sylfish sebesar 8.487,78 juta USD dengan peluang tingkat kesempatan kerja yang akan tersedia sebesar 100.410 tenaga kerja. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa secara filosofis bermakna bahwa konversi hutan pada areal yang tidak dilindungi undang-undang di frontier area adalah hak kedaulatan semua pihak yang menginginkan perubahan ekonomi. 199 Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat mempertahankan berbagai hak dan kewajiban sehubungan dengan lahan-lahan publik serta memberi hak dan kewajiban kepada lahan swasta sehubungan dengan kepemilikannya land ownership. Relevansi dengan studi ini adalah bagaimana membangun skenario model pengelolaan kawasan yang dilindungi undang-undang agar dapat mereduksi efek gas rumah kaca sebagai akibat konversi hutan di FA. Optimasi alternatif pemodelan dengan skenario model carbon crediting merupakan salah satu model pengelolaan sumberdaya pesisir yang dapat dipertimbangkan. Selain memiliki performansi keterandalan dalam mengurangi tingkat deplesi sumberdaya alam, juga kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah setempat. Kendatipun konsentrasi karbon terestrial terjadi penurunan di luar kawasan TNS, akan tetapi secara total TNS dan FA terjadi peningkatan karbon terestrial yang semakin menaik mengikuti pola limit to growth lihat Gambar 54. - 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000 140.000.000 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 Fi na l Tahun S to k K a rb o n tC O 2 Total Karbon Terestrial TNS Total Karbon Terestrial FA Total Karbon Terestrial TNS dan FA Gambar 54 Perubahan stok karbon terestrial hutan mangrove TNS pada skenario model carbon crediting dan di FA pada skenario model business as usual Hasil analisis menunjukkan dimana pada periode awal komitmen pengelolaan skenario model CC terdapat karbon terestrial sekitar 87,61 MtCO 2 , terdiri dari 49,71 MtCO 2 karbon terestrial dilindungi TNS dan 37,89 MtCO 2 karbon terestrial tidak dilindungi FA, secara eksponensial mengalami pertumbuhan stok karbon terestrial di TNS. Faktor expantion growth karbon terestrial ini terjadi sebagai akibat dipenuhinya berbagai komitmen dalam kerjasama pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis REDD+. Peningkatan perbaikan kualitas lingkungan serta mitigasi efek GRK mulai dijalankan 200 melalui berbagai restorasi kawasan, reboisasi, serta peningkatan pengamanan dari bahaya kebakaran serta perambahan hutan. Laju karbon terestrial di kawasan TNS dan di FA disajikan pada Tabel 44 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 20. Tabel 44 Akuntansi stok stock accounting pada kawasan dilindungi TNS dan kawasan tidak dilindungi FA pada skenario model CC tCO 2 e No Akuntansi stok stock accounting Model CC Periode Komitmen 2010 awal 2020 2035 Final A Karbon Terestrial Dilindungi TNS 1 Karbon Terestrial Hmp TNS 29.344.893 76.652.086 119.335.373 2 Karbon Terestrial Hms TNS - 112.012 420.192 3 Karbon Terestrial Hrs TNS 19.300.107 404.280 72.581 4 Karbon Terestrial APL TNS 1.067.231 1.183.833 623.125 Total Stok Karbon Terestrial TNS 49.712.231 78.352.210 120.451.272 B Karbon Terestrial tidak Dilindungi FA 1 Karbon Terestrial APL FA 12.199 12.924 4.321 2 Karbon Terestrial Hmp FA 10.835.230 2.135.688 186.889 3 Karbon Terestrial Hms FA 1.981.590 1.186.451 549.674 4 Karbon Terestrial Hrs FA 25.065.571 - - Total Stok Karbon Terestrial FA 37.894.589 3.335.063 740.884 C Total Stok Karbon Terestrial TNS dan FA 87.606.820 81.687.274 121.192.156 Keterangan: Hmp: Hutan mangrove primer; Hms: Hutan mangrove sekunder; Hrs : Hutan rawa sekunder APL: Areal penggunaan lain. Berbeda halnya dengan kondisi di luar kawasan TNS FA, hasil analisis menunjukkan terjadi penurunan stok karbon terestrial sebagai akibat konversi hutan secara intensif untuk kepentingan pembangunan ekonomi hutan tanaman industri, perkebunan sawit dan pemukiman serta infrastruktur. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengelolaan kawasan hutan di FA adalah hak pemerintah setempat. Pemda memiliki hak dan kewajiban tersendiri terhadap lahan-lahan swasta untuk melepaskan atau mempertahankan karbon terestrial. Dengan asumsi bahwa Pemda akan melepaskan karbon terestrial atau dengan kata lain Pemda tetap mengkonversi hutan untuk kepentingan pembangunan ekonomi sesuai RUTR, maka selama periode komitmen pengelolaan TNS model CC harus didasarkan pula pada nilai akuntansi karbon terestrial di FA. Keputusan pihak pemda untuk melepas emisi CO 2 di FA selama periode komitmen pengelolaan model CC dapat mereduksi stok karbon terestrial di dalam kawasan TNS. Hasil analisis stok karbon terestrial di FA terjadi peluruhan secara eksponential decay, karena pengelolaannya diasumsikan dilakukan dengan cara saat ini business as usual. Peluruhan karbon terestrial di FA ini diprediksi dapat 201 menyebabkan anomali iklim, khususnya di wilayah Kabupaten Banyuasin. Tingkat peluruhan karbon terestrial di FA secara diagramatik disajikan pada Gambar 55 dan Tabel 45. - 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 Fi na l Tahun S to k K a rb o n tC O 2 APL Hmp Hms Hrs Tot Karbon di FA Gambar 55 Perubahan stok karbon terestrial hutan mangrove tidak dilindungi di FA pada skenario model business as usual Tabel 45 Akuntansi karbon Carbon accounting pada skenario model CC di kawasan pesisir yang dilindungi TNS tCO 2 e No Akuntansi karbon carbon accounting Model CC Periode Komitmen 2010 awal 2020 2035 Final A Stock accounting pada kawasan dilindungi TNS 1 Karbon Terestrial Hmp TNS 29.344.893 76.652.086 119.335.373 2 Karbon Terestrial Hms TNS - 112.012 420.192 3 Karbon Terestrial Hrs TNS 19.300.107 404.280 72.581 4 Karbon Terestrial APL TNS 1.067.231 1.183.833 623.125 Total Stok Karbon Terestrial TNS 49.712.231 78.352.210 120.451.272 B Emission accounting pada kawasan dilindungi TNS 1 Emisi dr DD Hmp TNS 3.111.285 4.948.534 10.344.255 2 Emisi dr DD Hms TNS - 3.747 9.368 3 Emisi dr DD Hrs TNS 90.768 91.166 91.180 4 Emisi Tambak TNS 1.679.484 2.050.587 3.145.648 Total Emisi CO 2 TNS 4.881.537 7.094.034 13.590.451 Carbon regrowth TNS - 774.646 2.498.820 Tot Net Emisi dari DD di TNS 4.881.537 6.319.388 11.091.631 C Stok Netto Karbon Terestrial 44.830.694 72.032.823 109.359.640 D Carbon Balance Sink Sink Sink Kecenderungan skenario model CC pada tingkat perbandingan karbon terestrial dan emisi karbon di kawasan pesisir yang dilindungi TNS mengalami peningkatan secara eksponensial. Pada periode awal komitmen terdapat net karbon terestrial 44,83 202 MtCO 2 , pada tahun 2020 sebesar 72,03 MtCO 2 dan pada tahun 2035 menjadi sebesar 109,36 MtCO 2 . Dengan skenario model CC pada kawasan ini dapat dikategorikan sebagai karbon terestrial positif carbon sink. Artinya kawasan TNS mampu mengabsorbsi emisi yang dilepaskan dari deforestasi dan degradasi pada kawasannya sendiri dan mendapatkan surplus karbon terestrial carbon gain sebesar 109,36 MtCO 2 lihat Tabel 45 dan Lampiran 21. Berbeda halnya di luar kawasan TNS yang tidak menerapkan model CC akan terus mengalami peluruhan karbon terestrial. Trajectory karbon terestrial carbon sink dan emisi CO 2 carbon source pada kawasan yang tidak dilindungi FA mulai terjadi perubahan sebagai karbon terestrial negatif pada tahun 2011 dan terus berlanjut sampai akhir periode komitmen tahun 2035. Hasil simulasi model CC ini menunjukkan bahwa di luar kawasan TNS FA merupakan kawasan karbon terestrial negatif carbon source. Kondisi di FA terjadi peluruhan konsentrasi stok netto karbon terestrial sebagai akibat adanya faktor pendorong deforestasi dan degradasi hutan. Peluruhan stok netto karbon terestrial di FA terus berlanjut mengikuti pola asymptotic decline dimana pada tahun 2020 menjadi -39,07 MtCO 2 dan pada tahun 2035 menjadi -44,24 MtCO 2 lihat Tabel 46 dan Gambar 56 serta Lampiran 22. Tabel 46 Akuntansi karbon carbon accounting pada skenario model CC di kawasan pesisir yang tidak dilindungi FA tCO 2 e No Akuntansi karbon carbon accounting Model CC Periode Komitmen 2010 awal 2020 2035 Final A Stock accounting pada kawasan tidak dilindungi Frontier Area 1 Karbon Terestrial Hmp FA 308.614 326.966 109.320 2 Karbon Terestrial Hms FA 10.835.230 2.135.688 186.889 3 Karbon Terestrial Hrs FA 1.981.590 1.186.451 549.674 4 Karbon Terestrial APL FA 25.065.571 - - Total Stok Karbon Terestrial FA 38.191.004 3.649.105 845.883 B Emission accounting pada kawasan tidak dilindungi Frontier Area 1 Emisi CO 2 APL FA - 2.145.481 2.579.941 2 Emisi CO 2 Hmp FA 5.867.783 11.841.909 13.180.183 3 Emisi CO 2 Hms FA 453.733 1.248.872 1.885.651 4 Emisi CO 2 Hrs FA 2.419.478 27.594.577 27.594.577 Total Emisi CO 2 FA 8.740.994 42.830.839 45.240.352 Carbon regrowth FA - 106.833 154.102 Tot Net Emisi dari DD di FA 8.740.994 42.724.005 45.086.250 C Stok Netto KarbonEmisi CO 2 29.450.010 39.074.900 44.240.367 D Carbon Balance Sink Source Source 203 -50000000 -40000000 -30000000 -20000000 -10000000 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 Fi na l Tahun S to k K a rb o n tC O 2 Tot Karbon FA Tot Emisi Karbon FA Tot KarbonEmisi Gambar 56 Perubahan stok karbon nettoemisi CO 2 tutupan hutan tidak dilindungi di FA pada skenario model business as usual Tingkat perbandingan stok karbon terestrial di TNS dan di FA menunjukkan dua pola yang berbeda sebagai konsekuensi keputusan pengelolaan yang diterapkan antara keputusan menkonservasi kawasan TNS dan mengkoversi sumberdaya hutan untuk pembangunan ekonomi. Dua rejim pengelolaan sumberdaya ini sangat menentukan tingkat karbon terestrial yang dapat ditransaksikan dalam skema REDD+. Konsentrasi stok netto total karbon terestrial di kawasan TNS dan FA terdapat kecenderungan membentuk pola kurva S-Shaped growth kurva S. Pada awal periode komitmen secara akumulasi terdapat sekitar 73,98 MtCO 2 . Namun demikian karena terdapat konsentrasi emisi CO 2 di FA yang cukup besar selama periode komitmen, maka terjadi peluruhan karbon terestrial secara berkala dan mengalami titik kritis pada periode komitmen tahun 2012 menjadi sebesar 14,91 MtCO 2 . Hal ini terjadi karena adanya faktor konversi hutan secara masif di FA untuk pengembangan industri hutan tanaman dan kebun sawit, pertambakan, pemukiman serta infrastruktur lihat Gambar 57. 204 60.000.000 40.000.000 20.000.000 - 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 Fi na l Tahun S to k k a rb o n n e tt o tC O 2 Tot Karbon netto TNS Tot Karbon netto FA Tot Karbon netto TNS dan FA Gambar 57 Perubahan stok karbon netto hutan mangrove TNS skenario model carbon crediting dan stok karbon netto pada berbagai tutupan lahan di FA skenario model business as usual. Pola konsentrasi karbon terestrial di kawasan pesisir TNS akan terus mengalami peningkatan kembali mulai tahun 2013 sejalan dengan pemanfaatan lahan dan produktivitas lahan di FA sudah optimal. Demikian pula halnya di kawasan TNS dimana penghijauan, restorasi dan komitmen penerapan carbon crediting sudah dapat dilakukan secara efektif. Pada tahun 2020 konsentrasi net karbon terestrial di TNS dan di FA terdapat sekitar 32,96 MtCO 2 dan pada akhir periode komitmen 2035 diprediksi dapat mencapai 65,11 MtCO 2 . Kendatipun terdapat penurunan konsentrasi karbon sejak awal periode, namun secara agregat terdapat stok netto total karbon terestrial yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa opsi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dengan skenario model CC mampu mentransformasi kawasan dari kategori carbon source menjadi kawasan carbon sink sebesar 65,11 MtCO 2 selama periode komitmen 25 tahun pengelolaan, atau rata-rata setiap tahunnya sekitar 2,60 MtCO 2 th -1 . Hasil deliniasi karbon terestrial dan emisi karbon di kawasan pesisir TNS dan FA disajikan pada Gambar 58. TNS 202.897 ha Carbon Terestrial 2010 2020 2035 Net C Terestrial TNS 44,83 jt tCO2 72,03 jt tCO2 109,36 jt tCO2 C Sink C Sink C Sink FA 108.564 ha 49,71 jt tCO2 78,35 jt tCO2 120,45 jt tCO2 2010 2020 2035 Net C Terestrial Emisi C Terestrial FA 29,45 jt tCO2 -39,07 jt tCO2 -44,25 jt tCO2 C Sink C Source C Source 2010 2020 2035 Deliniasi Carbon Terestrial TNS dan FA Model CC Net C Terestrial TNS dan FA 74,28 jt tCO2 32,96 jt tCO2 65,11 jt tCO2 C Sink C Sink C Sink 2010 2020 2035 Gambar 58 Deliniasi carbon accounting skenario model CC di kawasan pesisir TNS dan FA Emisi Carbon Terestrial 2010 2020 2035 4,88 jt tCO2 6,32 jt tCO2 11,09 jt tCO2 Carbon Terestrial 2010 2020 2035 38,19 jt tCO2 3,65 jt tCO2 0,84 jt tCO2 Emisi Carbon Terestrial 2010 2020 2035 8,74 jt tCO2 42,72 jt tCO2 45,09 jt tCO2 206 Hasil analisis perbandingan tingkat emisi CO 2 model BAU dan model CC di dua kawasan TNS dan FA relatif cukup besar. Jumlah emisi karbon model BAU pada akhir periode komitmen berjumlah 85,09 MtCO 2 , sementara itu jumlah emisi karbon model CC pada akhir periode komitmen tahun 2035 berjumlah 56,18 MtCO 2 . Dengan demikian terdapat sejumlah emisi CO 2 yang dapat dihindarkan avoided emission sebesar 28,91 MtCO 2 , atau rata-rata 1,15 MtCO 2 th -1 lihat Gambar 59. Jumlah emisi terhindarkan itu merupakan emisi CO 2 yang dapat ditransaksikan dengan pihak pembeli buyer atau sebagai dasar penilaian payment for ecosystem services PES. Pihak pemanfaat lingkungan dapat memberi insentif atau membayar pembelian kredit karbon kepada pengelola lingkungan setelah melalui proses sertifikasi reduksi emisi dan dibayarkan berdasarkan ERPA emission reduction purchase agreement. Apabila insentif atau harga rata-rata karbon di pasaran internasional diasumsikan sebesar 10 USD tCO 2 -1 , maka akan diperoleh nilai carbon revenue sekitar 289,10 juta USD selama periode komitmen berlangsung atau rata-rata sekitar 11,56 juta USD th -1 lihat Tabel 47 dan Lampiran 23. Tabel 47 Nilai jual jasa lingkungan NJ 2 L carbon crediting pengelolaan sumberdaya mangrove di kawasan TNS USD No Pihak penerima NJ 2 L Nilai Jual Jasa Lingkungan NJ2L 2010 2011 2020 2035 A Net Carbon Revenue 61.037.079 243.576.134 289.114.110 B Distribusi NJ 2 L 1 Pemerintah pusat 20 12.207.416 48.715.227 57.822.822 2 Pemerintah kabkota 20 12.207.416 48.715.227 57.822.822 3 Pemerintah provinsi 10 6.103.708 24.357.613 28.911.411 4 Masyarakat 20 12.207.416 48.715.227 57.822.822 5 Developer 30 18.311.124 73.072.840 86.734.233 Distribusi nilai jual jasa lingkungan NJ 2 L mengacu pada Permenhut No. 362009 dimana alokasi NJ 2 L untuk : pemerintah pusat 20, pemda kabupatenkota 20, pemda provinsi 10, masyarakat 20 dan developer sebesar 30. Hasil simulasi menunjukkan dimana kontribusi NJ 2 L untuk masyarakat sebesar 57,82 juta USD selama periode komitmen atau rata-rata sekitar 2,31 juta USD th -1 . Nilai jasa lingkungan tersebut relatif besar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Yang diperlukan ke depan adalah model pengelolaan insentif tersebut agar efektif dan berdaya guna bagi masyarakat. FA 108.564 ha Emisi Carbon Terestrial 2010 2020 2035 Total Emisi C Terestrial TNS dan FA Model BAU 13,62 jt tCO2 73,40 jt tCO2 85,09 jt tCO2 4,88 jt tCO2 30,68 jt tCO2 40,00 jt tCO2 2010 2020 2035 Total Emisi C Terestrial TNS dan FA Model CC 13,62 jt tCO2 49,04 jt tCO2 56,18 jt tCO2 2010 2020 2035 Deliniasi Emisi Carbon Terestrial Total Emisi C Terestrial Terhindarkan avoided emission tCO2 24,36 jt tCO2 28,91 jt tCO2 2010 2020 2035 Gambar 59 Deliniasi emission reduction accounting pada skenario model CC dan model BAU di kawasan pesisir TNS dan FA Emisi Carbon Terestrial 2010 2020 2035 8,74 jt tCO2 42,72 jt tCO2 45,09 jt tCO2 Emisi Carbon Terestrial 2010 2020 2035 4,88 jt tCO2 6,32 jt tCO2 11,09 jt tCO2 Emisi Carbon Terestrial 2010 2020 2035 8,74 jt tCO2 42,72 jt tCO2 45,09 jt tCO2 TNS 202.897 ha Model BAU FA 108.564 ha TNS 202.897 ha Model CC 208

6.3 Perbandingan Model Business as Usual dan Model Carbon Crediting di