Pendekatan Analisis Spasial Sustainable coastal resource management model based on REDD+ (a case study in coastal region of Sembilang National Park

64 yang dianggap efektif. Selain itu, juga merupakan kerangka pemikiran yang berorientasi pada pencarian keterpaduan antar komponen melalui pemahaman yang utuh. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah; dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan rasional. Pengkajian dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; 2 dinamik, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan 3 probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno 2003. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan sistem adalah pendekatan integratif yang memandang suatu obyek atau masalah yang kompleks dan bersifat antar disiplin sebagai bagian dari suatu sistem. Dalam pendekatan sistem ini mencoba menggali elemen-elemen terpenting elemen masalah dan lingkungan masalah yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tujuan sistem. Dalam hal ini ada hubungan timbal balik antar bagian atau sub sistem komunikasi, hierarki bagian-bagian sistem, umpan balik, kontrol, batasan, dan lingkungan sistem. Terdapat beberapa alasan perlunya dilakukan pendekatan sistem dalam mengkaji perumusan masalah dalam studi ini, yaitu : 1 Memastikan bahwa pandangan yang menyeluruh telah dilakukan 2 Mencegah analis untuk menyajikan secara dini definisi masalah yang spesifik 3 Mencegah analis menerapkan secara dini model, formula matematika, atau pemecahan tertentu 4 Agar lingkungan masalah didefinisikan secara luas sehingga berbagai kebutuhan yang memiliki relevansi dengan masalah dapat dikenali secara benar.

2.8 Pendekatan Analisis Spasial

Dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsionalnya. Demikian juga halnya pengelolaan kawasan pesisir Taman Nasional Sembilang tergolong dalam terminologi undang-undang itu, yaitu wilayah dengan tiga mintakat zones, yaitu : 1 mintakat preservasiperlindungan, 2 mintakat 65 konservasipembinaan, 3 mintakat pemanfaatan. Mintakat 1 dan 2 sebagai kawasan lindung, sedangkan mintakat 3 sebagai kawasan budidaya. Dalam konteks kemandirian pembangunan daerah, maka kebijakan penataan ruang dilaksanakan dengan berlandaskan pada dua azas pokok, yaitu: 1 Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional; 2 Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang yang berkualitas, bermanfaat secara optimal dan berkelanjutan. Proses penyusunan tata ruang pesisir dapat dilakukan dengan cara membuat penampalan atau menumpangsusunkan overlay peta-peta tematik yang memuat karakteristik biofisik ekologis wilayah pesisir terhadap peta-peta yang memuat persyaratan kriteria biofisik dari setiap kegiatan pembangunan yang direncanakan, dan peta-peta penggunaan ruang lahan pesisir saat ini Dahuri et al. 1996. Berdasarkan aspek potensi serta perspektif pembangunan daerah, maka prioritas utama tata ruang di kawasan TNS adalah untuk pengembangan sumberdaya. Dalam pengaturan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat digunakan teknik tradisional seperti manual map overlaying MC Hargh 1969 in Dahuri et al. 1996 atau teknik Sistim Informasi Geografis SIG seperti ArcINFO dan SPANS Kapaetsky et al. 1987 in Dahuri et al. 1996, . Informasi dasar biasanya tersedia dalam bentuk peta tematik, yang diperlukan untuk menyusun kelayakan biofisik. Hal ini tidak saja meliputi karakteristik daratan dan hidrometeorologi, tetapi juga oseanografi dan biologi perairan pesisir. SIG adalah suatu teknologi baru yang pada konteks penelitian ini menjadi alat bantu tools yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial grafis. Banyak sekali aplikasi yang dapat ditangani oleh SIG. Salah satunya yang akan digunakan disini adalah dalam pengembangan sumberdaya pesisir di mana dapat menginventarisasi dan menganalisis potensi daerah unggulan untuk sumberdaya. Penempatan zonasi obyek sumberdaya secara terpadu, yang ditetapkan secara akurat itu dapat mengeliminasi deteriorisasi yang eksesif, sehingga optimasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir dapat dilakukan secara berkelanjutan. Ketika berbagai elemen yang teridentifikasi dalam sistem melakukan penetrasi terhadap sumberdaya wilayah pesisir yang bersifat terbatas itu, maka selama itu pula pemodelan ekonomi dan sosial yang diintegrasikan dengan teknologi SIG dapat melakukan simulasi model untuk mencari 66 solusi terbaik, sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas lingkungan dapat tercapai Lynden Mantel 2001. Kompleksitas dan dinamika ekosistem pesisir serta permasalahannya menuntut suatu kajian komprehensif antar variable. Oleh karena itu akan lebih mudah apabila pembuatan strategi optimasi dilakukan dengan pendekatan sistem. Keluaran dari pendekatan sistem ini dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dua metode yang lazim digunakan adalah multi objective programming dan model simulasi Dahuri et al. 1996. Terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk merepresentasikan atau memodelkan fenomena-fenomena yang terdapat di dunia nayata, yaitu : 1 data aspek keruangan. Contoh: data posisi, koordinat, ruang atau spasial, 2 data aspek deskriptif atau data atribut non-spasial. Data non spasial ini mencakup items atau properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya Prahasta 2001. Alasan penggunaan SIG dalam konteks penelitian ini diantaranya karena sistem ini menggunakan data spasial maupun data atribut secara terintegrasi, sehingga sistemnya dapat menjawab pertanyaan spasial berikut pemodelannya maupun non-spasial memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian