2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir
2.1.1 Konsep Dasar Pembangunan Berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan lahir dari pandangan-pandangan Malthus- Ricardo pada jamannya yang didadasarkan pada metodologi statis, maupun gagasan-
gagasan yang bersumber pada pemikiran Meadows Club of Rome pada tahun 1972 yang didasarkan pada metodologi system dynamics. Basis pemikiran dari kedua aliran
tersebut terletak pada masalah-masalah pokok yang menyangkut kehidupan manusia dalam konstelasi ekonomi dunia.
Sampai saat ini belum ada definisi yang dapat diterima secara universal mengenai eksistensi pembangunan berkelanjutan. Konsep yang telah dikembangkan
meliputi tiga poin utama : ekonomi, sosial dan lingkungan lihat Gambar 2a Munasinghe 2003.
Gambar 2 a menunjukkan setiap sudut berkorespondensi pada setiap domain
dan sebuah sistem dan memiliki kekuatan pengendali driving forces serta tujuan. Ekonomi sebagai pengendali utama menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat,
utamanya meningkatkan langsung dalam konsumsi barang dan jasa-jasa. Domain lingkungan fokus pada proteksi dari integritas sistem ekologi. Sementara itu domain
sosial menegaskan pengayaan hubungan kemanusiaan, prestasi dari aspirasi kelompok dan individu, serta penguatan nilai-nilai dan kelembagaan.
Gambar 2 b mengindikasikan bagaimana memunculkan sebuah kerangka “sustainomic” sebagai contoh pengembangan ilmu pengetahuan, berasosiasi antar
basis disiplin ilmu, bersinergi satu sama lain secara komprehensif dan eksis antara ekonomi, sosial, serta dimensi-dimensi lingkungan dari pembangunan berkelanjutan
OECD 2001; Munasinghe 2003; Cheung Sumaila 2008. Pendekatan-pendekatan pembangunan berkelanjutan saat ini merupakan
gambaran pengalaman pembangunan pada abad ke-20. Sebagai contoh: paradigma pembangunan selama periode 1950-an didominasi pertumbuhan, fokus utama pada
peningkatan output ekonomi dan konsumsi. Pada periode 1960-an, pemikiran pembangunan beralih menuju pertumbuhan berkeadilan dan pemerataan, utamanya
pada pengentasan kemiskinan poverty alleviation, serta mulai dikenalkannya prinsip- prinsip efisiensi ekonomi Scherr 2000. Sejak tahun 1970-an, dimensi lingkungan
18 dimunculkan sebagai kunci ketiga elemen pembangunan berkelanjutan Munasinghe
2003
Pembangunan berkelanjutan memerlukan : 1 Peluang-peluang peningkatan ekonomi, sosial dan sistem ekologi, dan 2 Peningkatan-peningkatan dalam kapasitas
adaptif Gunderson Holling 2001; CIFOR 2008. Memperluas peluang untuk pengembangan sistem akan memberikan peningkatan pembangunan, sementara itu
Lingkungan Sosial
Ekonomi
LINGKUNGAN
• Resiliensibiodiversitas • Sumberdaya alam
• Polusi
SOSIAL
• Pemberdayaan • Inklusikonsultasi
• Tata kelola • Pertumbuhan
• Efisiensi • Stabilitas
EKONOMI
Poverty Equity
Sustainability Co-evolution
• Kesejahteraan antar generasi • Kebutuhan dasarmatapencaharian
• Valuasiinternalisasi • Kejadian berbagai dampak
• Kesejahteraan antar generasi • Nilai-nilaibudaya
a
Gambar 2 Tiga pilar pembangunan berkelanjutan didukung kerangka antar disiplin.
Sumber : Diadaptasi dari Munasinghe 2003
b
Sustainomics Trans-disciplinary
Knowledge Base
19 peningkatan kapasitas adaptif akan menambah daya resiliensi dan berkelanjutan
Alfsen Greaker 2007. Munasinghe 2003 menyatakan bahwa ketepatan definisi pembangunan
berkelanjutan meninggalkan sesuatu yang ideal, ilusif dan bahkan mungkin saja sulit untuk mencapai tujuan. Sedikit ambisi, tetapi lebih fokus dengan strategi yang layak
akan memperoleh “make development more sustainable”. Relevansi konsep tersebut dengan studi ini terletak pada bagaimana mencari kemajuan secara kontinum dalam
kualitas hidup dengan memanfaatkan sumberdaya secara efisien, sehingga kesejateraan antara gerenerasi inter-generational equity dapat terjamin.
Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
tanpa berwawasan lingkungan. Dengan pendekatan yang terlalu berorientasi economic growth, dikhawatirkan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama akan dapat
mempercepat deplesi sumberdaya dan pencemaran lingkungan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan membahayakan kehidupan perekonomian itu sendiri. Dalam rangka
upaya menghindari kemungkinan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, khususnya pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir, perlu dicari strategi baru guna
menyempurnakan pembangunan yang terlalu berorientasi pada teori pertumbuhan ekonomi konvensional ke arah pembangunan berkelanjutan.
Faham lain tentang pembangunan berkelanjutan sustainable development bersumber pada sebuah laporan yang berjudul Our Common Future, disusun pada tahun
1987 oleh Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan World Commission on Environment and Development, WCED, komisi tersebut juga dikenal
sebagai Brundtland Commission. Penafsiran tentang pembangunan yang berkelanjutan diartikan sebagai “daya upaya untuk memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi- generasi mendatang” Djojohadikusumo 1994.
Dalam konteks penelitian ini digagas suatu pemikiran bahwa pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan suatu usaha meningkatkan kemampuan generasi
sekarang untuk memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan dasar bagi golongan miskin dalam masyarakat, tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi masa
depan untuk memenuhi kebutuhannya pada tahap waktu yang bersangkutan. Hal ini berarti tidak ada pertentangan antara tujuan dan sasaran dalam kebijakan pembangunan
ekonomi dan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya. Kedua kebijakan itu harus
20 direncanakan dan dibina sedemikian rupa, sehingga keduanya dapat meningkatkan
kesejahteraan manusia dalam lingkungan hidup yang memadai secara wajar. Pendapat lain muncul seperti yang dikemukakan Kusumastanto 2003 bahwa
konsep pembangunan berkelanjutan memuat dua unsur pokok, yaitu : 1 Konsep kebutuhan khususnya kebutuhan pokok untuk mensejahterakan kaum miskin dan
generasi mendatang, 2 Gagasan tentang keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisasi sosial yang dikenakan terhadap kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan masa depan. Konsep pemikiran terakhir ini sesungguhnya dilandasi dua aliran pemikiran :
aliran ekonomi neoklasik prinsip efisiensi serta aliran ekonomi kelembagaan prinsip kesejahteraan sosial. Basis pengambilan kebijakan pada regim ekonomi neoklasik
terletak pada alokasi sumberdaya alam yang didasarkan pada prinsip alokasi ekonomi terbaik the best economic allocation. Sementara itu basis pengambilan kebijakan pada
regim ekonomi kelembagaan didasarkan kepada pendekatan secara komprehensif holistic dan multidisiplin. Dalam hal ini kepentingan individu dan publik tidak dapat
saling terpisah serta hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan publik merupakan bagian dari pemikiran tentang kesejahteraan individu dan sosial.
2.1.2 Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Berkelanjutan