Kerangka Pendekatan Penelitian Sustainable coastal resource management model based on REDD+ (a case study in coastal region of Sembilang National Park

3 METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian

Penelitian ini disusun dalam suatu perspektif metodologi pemodelan sistem dinamik. Hal ini karena kompleksitas permasalahan obyek penelitian di kawasan pesisir Taman Nasional Sembilang TNS dan frontier area FA relatif cukup tinggi. Terdapat tiga alasan digunakannya pendekatan pemodelan sistem dinamik, yaitu: 1 Mampu merepresentasikan korelasi dan dependensi antar variabel yang dikaji, 2 Mampu menggambarkan interaksi bagian-bagian sistem, 3 Mampu mensimulasikan perilaku sistem apabila dilakukan intervensi terhadap sistem tersebut. Kerangka pendekatan pemodelan sistem dinamik dilakukan dengan tujuan: 1 Mengidentifikasi berbagai elemen penyusun sistem; 2 Memahami prosesnya; serta 3 Memprediksi berbagai kemungkinan keluaran sistem yang terjadi akibat adanya distorsi di dalam sistem itu sendiri. Dengan demikian didapatkan berbagai aternatif pilihan skenario kebijakan yang menguntungkan secara optimal. Persoalan alternatif ini sesungguhnya merupakan persoalan “cost-benefit“ atau “cost-effectiveness” analysis, yang bermanfaat untuk mengevaluasi ataupun merancang berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan dalam suatu rumusan alternatif kebijakan. Perspektif metodologi pemodelan sistem dinamik ini daharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan penelitian yaitu: 1 Menghitung tingkat potensi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi sumberdaya pesisir, 2 Menganalisis indikator penggerak potensi emisi karbon di kawasan pesisir, 3 Menghitung kecenderungan dua model skenario business as usual model BAU dan model skenario carbon crediting model CC terhadap fenomena laju emisi CO 2 serta keberlanjutan pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis REDD+, 4 Menganalisis implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir dari kecenderungan dua model tersebut kaitannya dengan ekonomi wilayah, upaya mitigasi serta kontribusi pengelolaan sumberdaya pesisir terhadap penurunan GRK 26 pada tahun 2020. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan- tujuan penelitian tersebut diperlukan berbagai teknik analisis multilevel analysis. Beragam pendekatan teknik analisis multilevel analysis digunakan dalam konteks penelitian ini, yaitu Analisis Spasial dengan melakukan deliniasi tata guna lahan di luar kawasan frontier area dan di dalam kawasan TN Sembilang. Deliniasi tata guna lahan ini diperlukan untuk mendapatkan data historis pemanfaatan ruang konversi lahan. Selanjutnya informasi ini digunakan sebagai basis data estimasi potensi emisi CO 2 carbon release sebagai akibat adanya konversi lahan tersebut. Areal yang ditetapkan sebagai zona konservasi dapat digunakan sebagai basis data estimasi untuk menilai carbon offset dari kawasan TN Sembilang. Penilaiannya didasarkan pada teknik analisis allometric equation serta data hipotetis yang 68 memungkinkan untuk dijadikan dasar penilaian carbon stock pada berbagai tipe penutupan lahan. Hasil analisis berupa emisi CO 2 dan carbon offset itu selanjutnya digunakan untuk mengestimasi perubahan emisi CO 2 yang terhindarkan. Perubahan emisi CO 2 yang terhindarkan berupa carbon stock ini dapat dijadikan dasar penilaian manfaat ekosistem sumberdaya alam berdasarkan Payment for Ecosystem Services PES. PES di sini akan dikaitkan dengan skema REDD+. Payment for Ecosystem Services PES merupakan suatu skema dimana pihak yang memperoleh manfaat dari layanan ekosistem akan membayar pihak yang mengelola ekosistem tersebut agar layanannya tetap terjaga dan berkelanjutan. Pendekatan ini digunakan untuk mendapatkan nilai manfaat ekosistem serta harga pokok karbon dihitung berdasarkan teknik Allometric Equation dan Replacement Cost. Dengan teknik ini akan diketahui net carbon offset di masa depan serta perubahannya dalam biomassa hidup akibat konversi atau degradasi hutan di sekitar kawasan pesisir TN Sembilang. Data hasil analisis tata guna lahan, analisis potensi mangrove serta hasil analisis allometric selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar valuasi ekonomi sumberdaya dengan pendekatan Total Economic Value TEV. Teknik analisis valuasi ekonomi ini merupakan suatu penilaian terhadap ekosistem suatu kawasan. Dalam konteks penelitian ini ada dua aspek yang dinilai, yaitu 1 nilai manfaat ekosistem, yaitu untuk mengkapitalisasi ekosistem TNS pada kondisi business as usual, 2 nilai manfaat alokasi penggunaan kawasan untuk alternatif lain, dengan tujuan mendapatkan pilihan terbaik pada pemanfaatan kawasan sumberdaya pesisir itu. Prinsip dasar valuasi ekonomi sumberdaya pada konteks penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan langsung, yaitu 1 berdasarkan nilai pasar, 2 berdasarkan pasar pengganti surrogate market. Penilaian ekonomi berdasarkan nilai pasar dilakukan dengan menilai karbon atau suatu komoditas sumberdaya alam tersebut pada harga pasar tertentu untuk mendapatkan nilai gross. Sementara itu, penilaian berdasarkan teknik pasar pengganti digunakan untuk mencari pasar dimana faktor produksi diperjualbelikan dan mengamati manfaat atau biaya lingkungan yang menjadi bagian dari barang atau faktor produksi tersebut. Dengan demikian manfaat yang dinikmati dari lingkungan contoh: peningkatan kualitas udara dianggap sebagai atribut atau faktor dari suatu kegiatan manusia atau pekerjaan. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis dengan pemodelan sistem dinamik pada berbagai skenario pengusahaan sumberdaya pesisir dengan bantuan software I- Think dari High Performance System. Secara diagramatik, kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 16. 69 Keterangan: C after = Perubahan nilai karbon sesudah terjadinya konversi C before = Perubahan nilai karbon sebelum terjadinya konversi Gambar 16 Kerangka pendekatan penelitian Analisis Spasial Keragaan TN Sembilang Deliniasi Tata Guna Lahan Frontier Area Deliniasi Tata Guna Lahan TN Sembilang Emisi CO 2 C expost C Terestrial C exante Pemodelan Sistem Dinamik Perubahan net C Terestrial C LC-D Payment for Ecosystem Services PES Total Economic Value TEV Potensi Sumberdaya TNS Basis data spasial dan tabular Data tabular: sosial ekonomi, biofisik, ekosistem pesisir dan data lainnya Peta tematik Peta RTR TNS Peta RUTR Citra Landsat TM Band 542 Kompilasi data Penafsiran Citra Landsat Data tabular Keragaan Masyarakat di Frontier Area Faktor penggerak peningkatan emisi karbon Stakeholders Simulasi Model Identifikasi Kebutuhan Stakeholder pada berbagai skenario business as usual dan carbon crediting Model Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan Berbasis REDD+ Visi dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan 70 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Banyuasin dengan fokus kajian pada kawasan Taman Nasional Sembilang TNS dan kawasan FA, yaitu suatu wilayah perbatasan yang sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan kawasan hutan konservasi. Secara administratif berada pada wilayah pemerintahan Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Pronpinsi Sumatera Selatan. Secara geografis wilay ah Kabupaten Banyuasin berada diantara 1°30’ - 3°6’ LS dan 104°00’ - 105°35’ BT. Sementara itu wilayah TNS berada pada posisi : 1°63’ - 2°48’ LS dan 104°11’ - 104°94’ BT. Batas wilayah kerja TNS adalah sebagai berikut lihat Gambar 17 :  Sebelah Utara : Sungai Benu dan batas Provinsi Jambi  Sebelah Timur : Selat Bangka  Sebelah Selatan : Sungai Banyuasin, Sungai Air Calik dan Karang Agung  Sebelah Barat : Hutan Produksi wilayah ex HPH PT. Riwayat Musi Timber dan PT. Sukses Sumatera Timber dan kawasan transmigrasi Karang Agung Tengah dan Karang Agung Hilir. Lokasi kajian yang diteliti yaitu di dalam dan di luar kawasan TNS yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Banyuasin. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa aktivitas pemanfaatan ruang di luar kawasan TNS akan berpengaruh secara ekologis terhadap eksistensi TNS itu sendiri. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi peluang terjadinya kebocoran karbon carbon leakages di luar kawasan TNS. Sebagai contoh, data awal menunjukkan bahwa ada indikasi kebiasaan masyarakat juga melakukan perambahan hutan di luar kawasan TNS. Kawasan ini terletak di sepanjang pesisir timur Kabupaten Banyuasin dan merupakan suatu ekosistem hutan mangrove. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 95Kpts-II2003, tanggal 19 Maret 2003 ditetapkan menjadi Taman Nasional Sembilang seluas 202.896,31 Ha. Sementara itu, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Provinsi Sumatera Selatan luas TNS sekitar 205.750 hektar. Kawasan TNS sebelumnya adalah penggabungan dari kawasan Suaka Margasatwa Terusan Dalam 29.250 hektar, Hutan Produksi Terbatas HPT Terusan Dalam 45.500 hektar, Hutan Lindung Sungai Sembilang 113.173 hektar dan perairan sekitar 17.827 hektar Balai TNS 2007. Gambar 17 Peta batas wilayah penelitian di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan 72 Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Banyuasin dengan fokus kajian pada wilayah TN Sembilang. Waktu pengambilan data lapangan dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus 2010. Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Februari- Maret 2009. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan rencana penelitian serta mendapatkan keadaan yang sebenarnya di lapangan guna keperluan penyusunan konstruksi model yang dibangun.

3.3 Metode Penelitian