Karakteristik Umum Bangunan Sekolah
Gam Ban
dijadikan budaya, ti
Bogor Te sekolah ca
4.1.2 di ba
Gambar 4
10 20
30 40
50 60
Persentase
10 20
30 40
50 60
70 80
Frekuensi
mbar 4.1.1. K gunan seko
bangunan idak boleh
ngah merup agar budaya
awah ini:
4.1.2. Freku Cont
0-30 tah
16.7
0-30 ta 16.67
33.3
Komposisi olah yang b
cagar bud diubah ben
pakan Keca a terbanyak
uensi Komp oh
. hun
70
U
ahun 33
50
Umur Bang berumur leb
daya. Bang ntuk bangun
amatan Con k 70 atau
posisi Umu
31-60 tahun
55.50
Umur Bangun
31-60 tahun 45
15 40
Umur Ban
gunan SD C ih dari 60 t
gunan yang nan aslinya
ntoh yang u 7 unit, se
ur Banguna
≥61
nan
≥61 t 20
ngunan
Contoh di K tahun oleh
g tergolong . Dalam ha
memiliki ju eperti terlih
an Sekolah
1 tahun
27.80
tahun 70
10
Kota Bogor. pemerintah
g sebagai al ini Kecam
umlah bang hat pada Ga
per Kecam
0-30 31-6
≥61
Bogor Selatan
Bogor Tengah
Bogor 22
h kota cagar
matan gunan
ambar
matan
0 tahun 60 tahun
tahun
n h
Utara
Seluruh bangunan sekolah contoh merupakan bangunan permanen, sebagian besar 86,1 atau 31 unit berlantai satu dengan luas bangunan berkisar antara
311 m
2
sampai 2868 m
2
. Lantai bangunan sekolah tersebut kebanyakan terbuat dari keramik 90, 49 atau 257 ruang, sedangkan bahan lainnya adalah plesteran
7,755 atau 22 ruang dan marmer 1,76 atau 5 ruang. Pondasi bangunan umumnya berupa pondasi bertipe menerus bersloop beton 94,4, sisanya
pondasi titik 5,6. Pondasi menerus dibutuhkan untuk menopang beban menerus yang berasal dari dinding pemikul atau dinding batu bata penyekat ruang
beban yang dipikul kemudian disalurkan dengan sistem garisbeban merata. Pondasi titik diperlukan untuk meneruskan beban-beban terpusat atau terkumpul
pada kolom dan meneruskannya ke dalam tanah. Pondasi titik terdapat hanya ada pada kolom-kolom utama bangunan sekolah.
Sementara itu seluruh bangunan sekolah berdinding batu bata yang permukaanya diplester. Kusen pintu dan kusen jendela pada umumnya terbuat dari
kayu 99,30 dan sisanya menggunakan alumunium 0,70. Kayu yang digunakan untuk komponen kusen umumnya menggunakan kayu kelas awet IV
dan V, seperti kayu meranti dan kelapa. Plafon bangunan sekolah pada umumnya terbuat dari eternit 89,79, sisanya menggunakan kayu lapis 7,75 dan papan
2,46. Sebagian besar sekolah contoh 75,70 menggunakan kayu sebagai bahan rangka atap kuda-kuda. Sisanya menggunakan baja ringan 22,89, dan
besi 1,41. Jenis kayu yang digunakan sebagai rangka atap bangunan sekolah bervariasi. Untuk rangka atap bangunan sekolah yang dibangun sebelum tahun
1951 berumur ≥61 tahun pada umumnya terbuat dari kayu jati Tectona
grandis yang termasuk kayu kelas awet II, sedangkan rangka atap bangunan
sekolah yang dibangun setelah tahun 1951 berumur 0-60 tahun pada umumnya terbuat dari kayu kelas awet IV dan V seperti meranti, sengon, dan lain-lain.
Penelitian juga menunjukkan bahwa atap bangunan sekolah hampir seluruhnya menggunakan genteng.
4.2.
Frekuensi Kerusakan Bangunan Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 83,33 atau 30 unit bangunan sekolah dasar SD di Kota Bogor, mengalami kerusakan ringan,
sedangkan baik 5,56
Bogor Te Kecamata
Ga
Hal di Kecam
Bogor Se dilakukan
ringan yan tingkat ke
Kecamata tahun. Sel
sebagai ko yang terja
komponen Jati Tect
dengan ko
5 10
15 20
25 30
35
Frekuensi
1
Rusak
2
Rusak
n sisanya da 6 atau 2
engah lebih an Bogor Se
ambar 4.2.1
ini diduga matan Bogor
latan dan K perawatan
ng terjadi p erusakan leb
an Bogor Te lain frekuen
omponen b adi pada b
n bangunan ona grandi
ondisi baik
Bogor S
2.78
ringan, jika I sedang, jika I
alam keada unit. Ditin
h baik dib elatan dan K
. Keadaan B
karena frek r Tengah itu
Kecamatan n dan peme
pada bangun bih rendah
engah merup nsi perawat
bangunan m bangunan se
dengan jen is
yang m k yang ada
Selatan
25
5.56
K
K antara 61 sa IK antara 41 s
aan rusak ru njau dari lo
bandingkan Kecamatan B
Bangunan S
kuensi peraw u sendiri re
Bogor Ut eliharaan ba
nan sekolah , meskipun
pakan bangu an dan pem
merupakan f ekolah di
nis kayu yan merupakan k
di Kecama
Bogor Tenga
33.33
Kecamatan C
ampai 80 sampai 60
usak sedang okasinya ba
n dengan k Bogor Utara
Sekolah per
watan dan p elatif lebih
ara Lampi angunan SD
h tersebut d n sebagian b
unan yang s meliharaan,
faktor peny Kecamatan
ng digunaka kayu kelas
atan Bogor
ah Bog
2.78
Contoh
g 11,11 angunan SD
keadaan ba a Gambar 4
Kecamatan
pemeliharaa tinggi darip
iran 6. R D menyeba
dapat seger besar bang
sudah berum jenis kayu
yebab renda n Bogor Te
an kebanya awet II.
r Selatan d
gor Utara
8 25
5.56
atau 4 unit D di Kecam
angunan S 4.2.1.
n Contoh.
an banguna pada Kecam
Relatif serin abkan kerus
a diperbaik unan sekol
mur lebih da yang digun
ahnya kerus engah. Di
akan adalah Sekolah co
dan Bogor U
Ba Ru
Rin Ru
sed 24
t dan matan
D di
an SD matan
ngnya sakan
ki dan lah di
ari 60 nakan
sakan mana
kayu ontoh
Utara
ik usak
ngan usak
dang
merupakan unit sekolah yang baru saja mengalami renovasi pada tahun 20112012. Keadaan umum bangunan sekolah per Kelurahan Contoh disajikan
pada Tabel 4.2.1. Tabel 4.2.1. Keadaan Umum Bangunan Gedung SD per Kelurahan Contoh
No KecamatanKelurahan Jumlah
Sekolah unit
Jumlah R.Kelas
ruang Jl Sekolah
yang Rusak Jl Ruang Kelas
yang rusak unit ruang
1 Kec. Bogor
Selatan
1. Kel. Batutulis 4
40 3
8,34 26
9,16 2. Kel. Bondongan
4 22
4 11,11
22 7,75
3. Kel. Ranggamekar 4
27 4
11,11 27
9,51
2 Kec. Bogor Tengah
1. Kel. Pabaton 4
34 4
11,11 34
11,97 2. Kel. Paledang
4 44
4 11,11
44 15,49
3. Kel. Gudang 4
23 4
11,11 23
8,10
3 Kec. Bogor
Utara
1. Kel. Bantarjati 4
34 3
11,11 25
8,80 2. Kel. Tegal Gundil
4 33
4 11,11
33 11,61
3. Kel. Kedung Halang 4
27 4
11,11 27
9,51
Berdasarkan data Balitbang Kemdiknas Tahun 2010, jumlah gedung sekolah dasar SD di Kota Bogor hingga tahun 2010 yang mengalami rusak berat
sebanyak 847 gedung 8,74 dari 9.695 gedung SD rusak berat di Provinsi Jawa Barat. Sampai pada Oktober 2011, ada 545 ruang kelas SD di Kota Bogor yang
mengalami kerusakan. Jumlah ini hampir seperempat dari jumlah keseluruhan ruang kelas SD yang ada di Kota Bogor yang mencapai 1.995 ruang kelas. Dari
jumlah tersebut, 361 ruang kelas mengalami kerusakan ringan hingga sedang, sedangkan 184 ruang kelas tercatat rusak berat.
Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 dan 79 Tahun 2007, Pemerintah juga telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang
Pendidikan yang merupakan acuan atau “rambu-rambu minimal” bagi pemerintah daerah, termasuk Pemerintah KabupatenKota, untuk menyelenggarakan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah sesuai dengan paradigma desentralisasi pendidikan. Di dalam SPM tersebut antara lain ditentukan jenis dan
syarat-syarat prasarana pendidikan, termasuk bangunan sekolah yang harus disediakan oleh Pemerintah KabupatenKota dalam rangka memenuhi amanat
UUD 1945, sekaligus dalam rangka “menjangkau” Standar Nasional Pendidikan.
Dalam menjangkau Standar Nasional Pendidikan ini harus disiapkan kebijakan sistematis yang memungkinkan realisasinya sesuai peraturan dan standar yang
ada.