selulosa sehingga kayu cenderung kehilangan warna
.
Ridout 2001 menjelaskan pembusukan dimulai dengan proses depolimerisasi selulosa.
Akibat dari pembusukan white rot, menyebabkan munculnya serat putih dan bisa terjadi kehilangan berat hingga mencapai 95 . White rot dalam
bangunan cenderung tumbuh subur dalam keadaan lebih basah dibandingkan dengan jamur brown rot. Jamur ini sering terdapat dibagian luar jendela dan
di bawah atap yang bocor. c. Busuk lunak soft rot
Soft rot adalah jamur perusak kayu dari klas Ascomycetes dan klas
Deuteromicetes atau “Fungi imperfecti”. Cara penyerangan hanya bagian tertentu saja dari dinding sel yang dirombak yaitu bagian tengah dinding
sekunder. Penyerangan jamur dimulai melalui noktah sel. Struktur kayu yang diserang tidak banyak berubah tetapi kekuatan akan berkurang serta menjadi
lunak dan berwarna kotor pada permukaannya. Soft rot sering dijumpai pada kayu yang berhubungan dengan tanah Panshin dan de Zeuw 1970.
d. Jamur pewarna kayu staining fungi Jamur Pewarna kayu adalah jamur yang tumbuh pada kayu tetapi tidak
merombak komponen-komponen kayu sehingga tidak banyak mempengaruhi kekuatannya. Jenis jamur perusak warna kayu antara lain :
1 Mold adalah jamur yang menyerang permukaan kayu dimana miseliumnya tidak menembus ke dalam kayu, tetapi hanya menyebabkan pewarnaan
pada kayu yang diserangnya Nandika et al. 1996. Mold nampak seperti benang-benang halus, berwarna putih sampai keabu-abuan atau hijau biru,
hijau kekuning-kuningan atau seperti tepung kemerah-merahan pada permukaan kayu, sehingga warna kayu menjadi rusak pada bagian
permukaanya. Mold pada umumnya menyerang permukaan kayu gubal, akan tetapi dapat juga menyerang kayu teras. Selain itu, mold sering
dijumpai apabila temperatur udara yang rendah pada periode yang panjang Panshin and de Zeuw 1970.
2 Jamur blue stain
Blue stain adalah jenis jamur yang menyerang kayu segar baru ditebang
dimana kadar airnya lebih besar dari 25 . Tidak hanya itu, blue stain juga
menyerang kayu teras. Serangannya sering terjadi bersamaan denga n serangan kumbang ambrosia. Hal ini karena jenis jamur tersebut
merupakan makanan dari kumbang ambrosia. Jenis jamur blue stain yang paling sering menyerang kayu adalah jenis Ceratocystis. Kayu yang
terserang jamur ini akan kehilangan warna aslinya.
3. Kumbang
Kumbang ordo Coleoptera merupakan anggota kelas insecta dengan jumlah spesies kira-kira 350.000 atau 40 dari seluruh spesies serangga.
Anggota dari ordo Coleoptera sering disebut bubuk, dan dibagi menjadi dua golongan yaitu bubuk kayu kering dan bubuk kayu basah.
a. Bubuk kayu kering
Jenis kumbang ini disebut bubuk kayu kering powder post beetles karena larva dari jenis ini menggerek kayu dan ekskremen-ekskreman yang
dihasilkan bentuknya halus menyerupai tepung. Bubuk kayu kering ini hanya terdapat pada kayu kering. Pola serangan bubuk kayu kering sejajar dengan
arah serat Beberapa famili yang terpenting dari ordo ini adalah : Lyctidae, Anobidae, Cerambycidae
, dan Bostrichidae Kollman et al. 1975. b. Bubuk kayu basah
Serangan bubuk kayu basah dilakukan oleh jenis Ambrosia beetles atau “Pinhole borer”. Bubuk ini hidup dari fungi mold yang hidup pada dinding
lubang-lubang gereknya. Bubuk ini banyak menyerang kayu yang baru ditebang. Umumnya untuk hidup ia membutuhkan kadar air di atas 40
sedang pada kadar air di bawah 25 kumbang ini akan mati Tambunan dan Nandika 1989.
4. Lumut, Alga dan Tumbuhan Tingkat Rendah Lainnya
Lumut dan tumbuhan tingkat rendah lainnya dapat tumbuh membentuk koloni dipermukaan luar dimana organisme ini mendapatkan makanan
garammineral dan mengeluarkan bahan-bahan yang dapat menutupi atap dan dinding bangunan. Kerugian akibat tumbuhnya lumut, alga, dan tumbuhan tingkat
rendah lainnya yaitu dapat menyebabkan masalah-masalah struktur, serta menyebabkan masalah-masalah estetika tentang keindahan suatu bangunan
Allsopp et al. 2003
.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor, selama tiga bulan yaitu dari bulan Juli sampai September tahun 2012.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah peta Kota Bogor, tally sheet
, botol koleksi serangga, alkohol 70 dan lain-lain. Peralatan yang digunakan adalah meteran baja, palu, obeng, gergaji kecil, kalkulator, lampu
senter, kamera dan sebagainya.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Penentuan Bangunan Contoh
Penentuan bangunan sekolah contoh dilakukan dengan teknik Pengambilan Contoh Acak Berlapis Tiga Tahap three stages stratified random sampling
sebagai berikut: Tahap I
: Pemilihan Kecamatan Contoh di Kota Bogor Tahap II
: Pemilihan Kelurahan Contoh dalam setiap Kecamatan contoh Tahap III : Pemilihan Sekolah Dasar Contoh dalam setiap kelurahan contoh.
Pengambilan contoh pada tahap I, dilakukan dengan cara memilih secara acak tiga Kecamatan Contoh dari enam kecamatan di Kota Bogor. Pada setiap
Kecamatan Contoh kemudian dilakukan pemilihan tahap II, yaitu dengan memilih secara acak tiga Kelurahan Contoh di setiap Kecamatan Contoh. Selanjutnya
dilakukan pengambilan contoh tahap III yaitu dengan memilih secara acak empat SD Negeri di setiap Kelurahan Contoh. Dengan demikian diperolehlah bangunan
sekolah contoh sebanyak 36 unit.
3.3.2. Penilaian Tingkat Kerusakan
Pada masing-masing sekolah contoh dilakukan pengamatan terhadap ada tidaknya kerusakan pada komponen bangunan sekolah, baik komponen bangunan