7 Per Share
laba per lembar saham . Pada penelitian ini peneliti menggunakan empat variabel independen yaitu likuditas Current Ratio, leverage Debt to
Equity Ratio, perputaran aset Total Asset Turnover , Price Book Value PBV
serta dihubungkan dengan Earnings Per Share EPS dan menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian selama tahun 2009-2011.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti membuat skripsi yang berjudul
“Pengaruh Likuiditas, Leverage, Perputaran Aset, Price Book Value
terhadap Earnings Per Share Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia” 1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah “apakah likuiditas, leverage, perputaran aset, Price Book Value
berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan terhadap Earnings Per Share
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu: • untuk menguji pengaruh likuiditas, leverage, perputaran aset, Price
Book Value secara parsial terhadap Earnings Per Share perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
Universitas Sumatera Utara
8 • untuk menguji pengaruh likuiditas, leverage, perputaran aset, Price Book
Value secara simultan terhadap Earnings Per Share perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini: a. Bagi penulis, memperluas wawasan khususnya mengenai pengaruh likuiditas,
leverage , perputaran aset, Price Book Value berpengaruh terhadap Earnings
Per Share perusahaan manufaktur.
b. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan kajian dalam melakukan penelitian mengenai hal- hal yang mempengaruhi Earnings Per Share.
c. Bagi pihak lain, sebagai sumber informasi dan sumbangan pemikiran bagi pihak lain seperti perusahaan, investor, mahasiswa dan masyarakat umum
yang ingin menambah wawasan dan pemahaman tentang hal-hal yang mempengaruhi Earnings Per Share suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tertentu memliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam
rapat umum pemegang saham, Martalena, 2011:12.
Menurut Fahmi 2012:271, saham ada dua macam, yaitu saham biasa common stock dan saham istimewa preferred stock.
1. Common Stock Saham Biasa Common stock
saham biasa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh perusahaan yang menjelaskan nilai nominal rupiah, dollar, yen dan
sebagainya dimana penegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS Rapat Umum Pemegang Saham dan RUPLSB Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa serta berhak untuk menentukan membeli right issue penjualan saham terbatas atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun
akan memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden.
2. Preferred Stock Saham Istimewa Preferred stock
saham istimewa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal rupiah, dolar, yen
dan sebagainya dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang biasanya akan diterima setiap kuartal
tiga bulanan.
Pada dasarnya, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham Fahmi,2012:88, yaitu:
• Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun
Universitas Sumatera Utara
10 • Memperoleh keuntungan modal capital gain, yaitu keuntungan pada saat
saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal.
• Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa common stock
Beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham akan mengalami fluktuasi Fahmi,2012:276 yaitu:
• Kondisi mikro dan makro ekonomi • Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi perluasan
usaha, seperti membuka kantor cabang brand office, kantor cabang pembantu sub brand office baik yang dibuka dosmetik maupun luar
negeri • Pergantian direksi secara tiba-tiba.
• Adanya direksi atau pihak komisaris yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan
• Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya
• Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
• Efek dari psikologis pasar yang ternyata mampu menekan kondisi jual teknikal jual beli saham.
Adapun alasan perusahaan menjual saham menurut Fahmi 2012:277 yaitu:
• Kebutuhan dana dalam jumlah yang besar dan pihak perbankan tidak mampu untuk memberikan pinjaman
• Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara lebih sistematis
• Menginginkan harga saham perusahaan terus naik dan terus diminati oleh konsumen secara luas
• Mampu memperkecil risiko yang timbil karena permasalahan risiko diselesaikan dengan pembagian dividen
Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko yaitu: • Capital Loss
Merupakan kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah di bawah harga ketika membeli saham tersebut. Dengan menjual saham
Universitas Sumatera Utara
11 yang nilainya lebih rendah dibandingkan ketika membeli saham maka
investor menderita kerugian sebesar selisih antara harga jual dengan harga beli saham tersebut.
• Resiko Likuidasi Ketika suatu perusahan yang sahamnya dimiliki oleh pemegang saham
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan ataupun perusahaan tersebut dibubarkan, maka hak klaim dari pemegang saham merupakan prioritas
terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat diselesaikan. Jika masih terdapat hasil sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan
tersebut, sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan,
pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan
Rasio dapat menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa
berupa rasio keuangan maka akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya kondisi perusahaan
atau posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio pada laporan keuangan digunakan secara khusus oleh
investor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Keputusan tersebut dilakukan antara lain dengan membandingkan antara rasio perusahaan dengan
industri yang sejenis. Dengan melakukan analisis rasio maka dapat membantu
Universitas Sumatera Utara
12 investor maupun kreditor dalam mengambil keputusan untuk melakukan
investasi maupun penyaluran dana. “Sedangkan bagi manajemen, analisis laporan keuangan berguna
untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan
memperbaiki kinerja di masa depan” Brigham, 2010:133. Dengan demikian, analisis laporan keuangan bermanfaat bagi manajemen untuk
memproyeksikan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa yang akan datang, sehingga manajamen dapat mengantisipasi kondisi yang tidak baik bagi
perusahaan berdasarkan analisis rasio-rasio pada laporan keuangan. Untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja persuahaan,
maka rasio keuangan dapat dibandingkan dengan dua cara Syahyunan, 2004:82, yaitu:
1. Perbandingan Antar Waktu Trend Analysis Dalam perbandingan antar waktu, rasio keuangan yang sekarang
dibandingkan dengan rasio keuangan tahun yang lalu atau dibandingkan dengan perkiraan rasio keuangan tahun yang akan datang dalam
perusahaan yang sama perbandingan internal suatu perusahaan. Dari perbandingan itu dapat dilihat arah perubahan apakah naik atau sebaliknya
turun.
2. Perbandingan Antar Perusahaan Comparative Analysis Dalam perbandingan antar perusahaan, rasio keuangan suatu perusahaan
dibandingkan dengan rasio keuangan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada waktu yang sama perbandingan eksternal.
Dari perbandingan ini dapat dilihat apakah rasio keuangan perusahaan relatif sama atau berbeda dengan perusahaan lainnya atau rata-rata
industri.
Universitas Sumatera Utara
13 Analisis rasio` memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan yang
harus disadari sewaktu penggunaannya. Adapun kelemahan atau keterbatasan analisis rasio antara lain Syahyunan, 2004:82:
1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian
persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi
oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok Brigham, 2008:134, yaitu:
1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan
asset lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Acid Test Ratio, dan Cash Ratio.
2. Rasio Manajemen Aset Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah
mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini terdiri dari Inventory Turnover Ratio, Days Sales Outstanding, Fixed Asset Turnover Ratio,
dan Total Asset Turnover Ratio.
3. Rasio Manajemen Utang Rasio manajemen utang atau rasio leverage keuangan adalah rasio yang
menunjukkan penggunaan dana melalui utang. Rasio ini terdiri atas Debt to Total Asset, Debt to Total Equity, Times Interest Earned,
dan rasio cakupan EBITDA.
4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan
gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio ini terdiri dari Profit Margin on Sales, Basic
Earning power, Return on Total Asset,
dan Return on Equity. 5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar
Universitas Sumatera Utara
14 sahamnya. Rasio ini terdiri Price Earning Ratio, Price Cash Flow ratio,
Book Value per Share, Earnings per Share, dan Dividend Per Share.
2.1.2.1. Likuiditas Current Ratio
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek. “Rasio likuiditas liquidity ratio
adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu” Fahmi,
2012:65. Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka
pendeknya dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup pengukuran bisa seluruh aset lancar atau sebagian aset lancar.
Beberapa usulan terbaru tentang pengukuran likuiditas, bahkan tidak menggunakan aset lancar sebagai sumbernya, tetapi menggunakan arus
kas operasi. Penggunaan arus kas operasi dianggap lebih mengena, walaupun kenyataan pengukuran dengan aset lancar masih sering
dilakukan karena lebih mudah menghitungnya Prihadi, 2008:13.
Adapun salah satu rasio likuiditas yang digunakan pada penelitian ini adalah current ratio atau biasa yang disebut rasio lancar.
Rasio lancar menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu
dekat Brigham, 2010:134. Adapun rumus current ratio adalah:
Current Ratio =
Menurut Subramanyam dalam buku Fahmi 2012:66 alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas
mencakup kemampuan untuk mengukur : a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar
Universitas Sumatera Utara
15 Semakin tinggi jumlah kelipatan aset lancar terhadap kewajiban
lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
b. Penyangga kerugian Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar
menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas
atau dilikuiditasi.
c. Cadangan dana lancar Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar
biasa, dapat membahayakan arus kas sementara dan tidak terduga.
2.1.2.2. Leverage Debt to Equity Ratio
Leverage menggambarkan setiap pengunaan aset atau dana yang
membawa konsekuensi biaya dan beban tetap..Dalam manajemen
keuangan ada tiga jenis leverage Brigham, 2001:10 yaitu :
1. Leverage Operasi Operating Leverage Leverage operasi menunjukkan seberapa besar biaya tetap
digunakan dalam operasi suatu perusahaan. Jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap, perusahaan itu dikatakan
mempunyai leverage operasi operating leverage yang tinggi. Leverage operasi merupakan kemampuan EBIT perusahaan untuk
merespons fluktuasi penjualan.
2. Leverage Keuangan Leverage keuangan financial leverage adalah praktek pendanaan
sebagian aktiva perusahaan dengan sekuritas yang menanggung beban pengembalian tetap dengan harapan bisa meningkatkan
pengembalian akhir bagi pemegang saham Keown: 121.
3. Total Leverage Total leverage
merupakan penggunaan aktiva dan dana dalam aktivitas perusahaan, dimana penggunaan dana tersebut harus
menutup biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan. Total leverage merupakan gabungan antara operating leverage dengan
financial leverage.
Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat berasal dari utang maupun ekuitas. Utang mempunyai dua
Universitas Sumatera Utara
16 keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk
tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari utang. Kedua, pemegang utang debt to holder mendapat penembalian yang tetap
sehingga pemegang saham stockholder tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima Brigham,
2001:4.
Namun, utang juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, semakin tinggi rasio utang debt ratio, semakin tinggi pula risiko
perusahaan sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi. Kedua, apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba
operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang saham harusnya menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan
bangkrut jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak utang dapat meghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat
membuat pemegang saham berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu, suatu perusahaan harus bijak dalam
menggunakan hutang pada aktivitas pendanaan perusahaan agar risiko dalam penggunaan hutang dapat diminimalisir.
Penjelasan mengenai dampak leverage terhadap EPS dapat dijelaskan berikut pada tabel 2.1. :
Tabel 2.1. Dampak
Financial Leverage pada Pengembalian Pemegang Saham
PT U UnleveragedTanpa Hutang dengan 1.000 lembar saham Aset lancar 50,000
Hutang Aset tetap
50,000 Ekuitas biasa
100,000 Total aset
100,000 Total kewajiban ekuitas
100,000
Universitas Sumatera Utara
17
Kondisi Usaha Baik
Diharapkan Buruk
Pendapatan penjualan 150,000
100,000 75,000
Biaya operasi tetap 45,000
45,000 45,000
Biaya operasi variabel 60,000
40,000 30,000
Total biaya operasi 105,000
85,000 75,000
EBIT 45,000
15,000 Bunga Tingkat 10 0
0 0 EBT
45,000 15,000
Pajak Tarif 40 18,000 6,000 0
EAT 27,000
9,000 ROE
27 9
EPS 27
9
PT U Leverageddengan Hutang dengan 500 lembar saham Aset lancar 50,000
Hutang 50,000
Aset tetap 50,000
Ekuitas biasa 50,000
Total aset 100,000
Total kewajiban 100,000
ekuitas
Kondisi Usaha Baik
Diharapkan Buruk
Pendapatan penjualan 150,000
100,000 75,000
Universitas Sumatera Utara
18
Biaya operasi tetap 45,000
45,000 45,000
variabel 60,000
40,000 30,000
Total biaya operasi 105,000
85,000 75,000
EBIT 45,000
15,000 Bunga Tingkat 10 5,000
5,000 5,000 EBT
40,000 10,000
5,000 Pajak Tarif 40
16,000 4,000 0 EAT
24,000 6,000
5,000 ROE
48 12
-10 EPS
48 12
10 Sumber : Brigham, Eugene F, et. al., 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan diolah
oleh peneliti
Dari perbandingan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya leverage atau melakukan pinjaman berupa hutang dapat
meningkatkan Earnings Per Share bagi para pemegang saham. Akan tetapi kondisi ini hanya berlaku ketika perusahaan berada di kondisi
baik dan pada kondisi yang diharapkan. Ketika kondisi perusahan buruk dimana penjualan hanya mampu menutupi biaya-biaya perusahaan
tanpa dapat menghasilkan EBIT Earning Before Interest Tax , maka perusahaan yang menggunakan leverage akan menimbulkan
earning per share yang bernilai minus atau merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus bijak dalam melakuka keputusan apakah
Universitas Sumatera Utara
19 sebuah perusahaan harus menggunakan leverage atau tidak
menggunakan leverage. Rasio
leverage mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangannya. Adapun dalam penelitian ini rasio leverage
yang digunakan adalah rasio hutang pada modal Debt to Equity Ratio
.
Menurut Joel dalam buku Fahmi 2012:73, Debt to Equity Ratio
adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor .
Adapun rumus dari Debt to Equity Ratio adalah:
Debt to Equity Ratio =
Sebuah perusahaan yang tidak memiliki hutang berarti perusahaan tersebut dalam menjalankan aktivitasnya dengan
menggunakan modal sendiri. Debt to Equity Ratio mencerminkan solvabilitas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki
solvabilitas yang baik berarti perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan dengan menggunakan modal sendiri.
Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio maka semakin tinggi kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.2.3. Perputaran Aset
Rasio perputaran total aset mengukur sejauh mana kesuluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif
Fahmi, 2012:80. Semakin tinggi rasio perputaran aset pada suatu perusahaan, berarti suatu perusahaan semakin efektif dalam mengelola
aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Adapun rumus dari rasio perputaran total aktiva adalah
Rasio Perputaran Aset =
Total Asset Turnover Ratio merupakan salah satu rasio aktivitas
atau rasio manajemen aktiva. Rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aset seperti yang dilaporkan
dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya.
Perusahaan menggunakan aset dalam rangka menciptakan pendapatan sales,revenue. Aset aktiva secara umum adalah bentuk
investasi. Setiap bentuk investasi memerlukan dana. Dana diperoleh dari sumber dana, bisa berbentuk utang atau modal dari pemilik. Setiap
sumber dana menimbulkan biaya. Biaya inilah yang disebut sebagai biaya modal atau cost of capital Prihadi, 2008:33.
Jika sebuah perusahaan mempunyai terlalu banyak aset, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya
akan menjadi turun. Di lain pihak, jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang. Aktivitas yang rendah pada
tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
Universitas Sumatera Utara
21 kelebihan dana yang ada pada aset tersebut. Kelebihan dana tersebut
lebih baik dapat digunakan pada aktiva lain yang lebih produktif. Sebaliknya semakin tinggi tingkat aktivitas, maka semakin baiklah
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio aktivitas dapat dikaitkan dengan jenis aset yang akan
diukur. Dengan demikian, rasio aktivitas dapat dibagi ke dalam dua kelompok,yaitu:
• Short-term activity • Long-term activity
Short-term activity akan berorientasi pada operasi rutin
perusahaan,yang diwakili kemampuan perusahaan dalam rangka mengendalikan piutang, persediaan dan utang usaha. Sementara long-
term activity
berorientasi pada penggunaan aset tetap Prihadi,
2008:34.
2.1.2.4. Price Book Value
Price book value atau biasa disebut juga market book value ratio
adalah rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya. Untuk menghitung nilai buku per lembar saham dapat dihitung sebagai berikut
Brigham,2010:151 :
Nilai buku per lembar saham =
Sedangkan rumus untuk menghitung price book value yaitu:
Price Book Value =
Universitas Sumatera Utara
22 Price book value ratio
pada umumnya lebih besar dari 1, ini artinya investor bersedia membayar saham lebih besar daripada nilai
buku akuntansinya. Situasi seperti ini terutama terjadi karena nilai aset, seperti yang dilaporkan oleh akuntan dalam neraca perusahaan, tidak
mencerminkan baik itu inflasi maupun goodwill. Jadi, aset yang dibeli beberapa tahun lalu pada harga sebelum inflasi dicatat berdasarkan
harga perolehan awalnya meskipun inflasi telah menyebabkan nilai aset yang sebenarnya naik secara signifikan Brigham, 2010:152.
2.1.2.5. Earnings Per Share
Earnings Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah
bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki Fahmi,2012:288. Menurut
Van Horne dan Wachowicz dalam buku Fahmi 2012:83, “earnings per share is earning per share after taxes EAT divided by the number
of common share outstanding” . Adapun rumus Earnings Per Share
adalah :
EPS =
Pada umumnya, perusahaan di Indonesia tidak mempunyai saham preferred preferred stock. Akan tetapi kalau ada saham
preferen, maka nilai laba setelah pajak harus dikurangi dengan dividen jatah pemegang saham preferred
Menurut Brigham 2010:393 pertumbuhan laba berasal dari sejumlah faktor, antara lain 1 jumlah laba yang dipertahankan dan
diinvestasikan kembali oleh perusahaan, 2 tingkat pengembalian yang diterima perusahaan atas ekuitasnya ROE, dan 3inflasi. Berbicara
tentang inflasi, jika output dalam unit stabil, tetapi harga jual dan
Universitas Sumatera Utara
23 biaya input naik mengikuti inflasi, maka EPS juga akan tumbuh
mengikuti tingkat inflasi. Bahkan tanpa inflasi, EPS juga akan tumbuh karena laba yang diinvestasikan kembali atau ditanamkan kembali. Jika
seluruh laba perusahaan tidak dibayarkan sebagai dividen dengan kata lain, jika sebagian labanya ditahan, jumlah dolar investasi di balik
setiap saham lama kelamaan akan naik sehingga menyebabkan pertumbuhan laba dan dividen.
Apabila ada saham baru diterbitkan di tengah tahun, maka jumlah lembar saham beredar terakhir tidak bisa digunakan untuk
menghitung Earnings Per Share. Begitu juga dengan adanya treasury stock
, yaitu saham perusahaan yang dibeli sendiri oleh perusahaan. Dengan demikian terdapat dua kondisi yang membuat saham di awal
tahun dan akhir tahun tidak sama, yaitu: • Penerbitan saham baru pada waktu tahun berjalan
• Pembelian saham sendiri oleh perusahaan treasury stock
Bagi pembaca laporan keuangan pemula, seringkali rancu antara laba per lembar saham dengan dividen per lembar saham. Laba per
lembar saham hanyalah indikator jumlah laba untuk setiap lembar. Laba tersebut tidak harus dibagi. Sementara dividen adalah yang dibagikan
kepada pemilik
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Hasil peneliti terdahulu dan berhubungan likuiditas, leverage, perputaran aset, Price Book Value terhadap Earnings Per Share dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Universitas Sumatera Utara
24
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Peneliti
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh Rasio Leverage dan
Rasio Likuiditas terhadap Earnings Per
Share Pada Industri Makanan dan
Minuman yang telah Go Public di Bursa
Efek Indonesia Denari
Hutabarat 2009
Variabel Independen: Debt to Asset Ratio,
Long Term Debt to Equity Ratio, Current
Ratio
Variabel Dependen: Earnings Per Share
Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to
Equity Ratio, Current Ratio
berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Earnings Per Share
Pengaruh Financial
Leverage dan Total Assets Turnover
Terhadap Earnings
Per Share EPS Pada Perusahaan
Perkebunan dan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI
Periode 2006 – 2009 Dwi
Armaya 2010
Variabel Independen: Debt to Asset Ratio,
Total Asset Turnover Ratio
Variabel Dependen: Earnings Per Share
Debt to Asset Ratio, Total Asset
Turnover Ratio berpengaruh
signifikan Earnings Per Share
Analisis Pengaruh Financial Leverage
Hery Krisman
Variabel Independen: Debt to Asset Ratio,
Debt to Asset Ratio, Debt to Equity
Universitas Sumatera Utara
25
terhadap Earnings Per Share
Industri Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Sitorus 2011
Debt to Equity Ratio, Long Debt to Equity
Ratio
Variabel Dependen: Earnings Per Share
Ratio, Long Debt to Equity Ratio
berpengaruh dan signifikan terhadap
Earnings Per Share
Analisis Pengaruh Rasio Hutang
terhadap Earnings Per Share Perusahaan
Properti yang Terdaftar di BEI
Rouli Martha
Tambunan 2011
Variabel Independen: Debt to Equity Ratio,
Debt to Asset Ratio
Variabel Dependen: Earnings Per Share
Debt to Equity Ratio, Debt to Asset
Ratio berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Earnings Per Share
Denari Hutabarat 2009, meneliti
pengaruh rasio leverage dan rasio likuiditas terhadap Earnings Per Share pada industri makanan dan minuman. Hasil
penelitian menunjukkan , Debt to Total Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Current Ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Per Share. Sedangkan melalui uji parsial Debt to Total Asset Ratio berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap Earnings Per Share, dan Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap Earnings Per Share sedangkan Current
Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Earnings Per Share.
Dwi Armaya 2010, meneliti
pengaruh financial leverage dan Total Assets Turnover Ratio
terhadap Earnings Per Share pada perusahaan perkebunan dan pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan financial leverage Debt to Asset
Ratio dan Total Asset Turnover Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earnings
Universitas Sumatera Utara
26 Per Share
. Sedangkan melalui uji parsial hanya Total Asset Turnover Ratio yang berpengaruh terhadap Earnings Per Share.
Hery Krisman Sitorus 2011, meneliti pengaruh
financial leverage terhadap
Earnings Per Share pada perusahaan industri manufaktur. Hasil penelitian
menunjukkan Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Longterm Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan terhadap Earnings Per Share. Sedangkan melalui uji parsial hanya Debt to Equity Ratio yang berpengaruh signifikan
terhadap Earnings Per Share. Rouli Martha Tambunan 2011, meneliti pengaruh rasio hutang terhadap
Earnings Per Share pada perusahaan properti. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Debt to Total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Per Share. Sedangkan melalui uji parsial Debt
to Total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Earnings Per
Share .
2.3. Kerangka Konseptual