Pencurian Besar Jenis-Jenis Pencurian

merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsur- unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus diawali dengan pemberatan dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya. Pencurian yang dilakukan terhadap barang bantuan bencana alam hal ini merupakan pemberatan dalam sanksi pencurian. Sebagaimana yang dicantumkan dalam pasal 363 KUHP bahwasanya hukuman maksimal bagi pencurian dalam keadaan tersebut adalah sembilan tahun penjara. Sebagaimana yang seharusnya barang bantuan itu untuk korban bencana alam, tetapi bagi orang-orang yang tidak ada moral atau kepedulian untuk sesama, dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri. Bahkan pencurian tersebut dilakukan oleh aparat desa yang mengatur distribusi barang bagi korban bencana alam atau gunung meletus. 33 Selain dari pasal 363 yang merupakan pemberatan dalam pencurian, ada pasal lain atau aturan lain yang mengatur tentang pencurian yaitu pasal 365 tentang pencurian dengan kekerasan. Pencurian yang disertai dengan kekerasan, kekerasan yang dimaksud kekerasan pada orang, bukan berupa barang, dilakukan sebelum atau sesudah pencurian, bersama-sama dengan maksud untuk memudahkan atau menyiapkan agar pencurian ada kesempatan untuk melarikan diri Pasal 365 ini tergolong kepada pencurian perbarengan atau concursus, di dalam pasal lain juga dijelaskan masalah hal ini yaitu dalam pasal 63 ayat 1 dan 2 KUHP disebut tentang suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan 33 Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan Dalam Asas Hukum Pidana Indonesia Tinjauan Yuridis Edukatif, jakarta : Ghalia Indonesia, 1986, h. 244. pidana. Perbarengan dalam satu perbuatan, karena yang dilakukan hanya satu perbuatan saja tetapi satu perbuatan itu melanggar beberapa ketentuan pidana. 34 Perbuatan pencurian diatas merupakan hal pemberatan atau hal yang mempengaruhi hukuman bagi pencurian karena kondisi atau keadaan yang tidak sewajarnya ketika dilakukan pencurian terhadap harta benda orang lain. Sedangkan dalam hukum Islam pencurian dibagi kedalam tiga jenis pencurian yaitu : 1. Pencurian yang hukumannya had Hukuman had merupakan hukum Allah, yang macam serta jumlahnya telah ditentukan dari al- Qur‟an dan hadist. 35 Hukuman had merupakan sanksi yang ditetapkan sebagai ganjaran bagi orang yang melakukan pencurian sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis sebagai berikut : يف قر اسلا عطقي ملس هيلع ه ىلص ه ل سر اك تل اق ا نع ه يضر ةشئ اع ع ادع اصف ر انيد عبر “Diriwayatkan dari sayyidatina Aisyah ra, katanya : Rasulullah SAW memotong tangan seseorang yang mencuri harta yang senilai satu perempat dinar ke atas. ” 36 Dalam hadis lain juga dijelaskan tentang had pencurian yaitu : جم يف اقر اس عطق ملس هيلع ه ىلص ه ل سر أ ا نع ه يضر ر ع با ع مه ارد ةش اش هت يق “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, katanya : Sesungguhnya Rasulullah SAW, pernah memotong tangan seorang yang mencuri sebuah perisai yang bernilai sebanyak tiga dirham” 37 34 Frans Maramis, Hukum Pidana umum dan tertulis di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2012, h. 226. 35 Ahmad Hasan, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, h. 6. 36 Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, h. 64. 37 Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, h. 64. Setiap pencurian yang telah mencapai nisab harus dipotong tangan, karena nisab merupakan batasan atau kadar untuk dilaksanakannya hukuman had. Ketika nisab atau kadar belum tercapai maka tidak berlaku hukuman had. 2. Hukuman Qisas dan Diyat Hukuman qisas dan diyat merupakan hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasannya, tetapi menjadi hak perorangan, dengan pengertian sikorban memaafkan si pembuat kejahatan. 38 Pencurian yang mendapatkan hukuman qisas atau diyat dalam keadaan sama dengan yang terkenai hukuman had. Namun, si pembuat kejahatan atau pencuri dimaafkan oleh pihak korban dan hanya wajib mengganti barang. Hal ini dilakukan oleh dua orang dan tidak sampai senisab, pencuri belum aqil baligh, ada kekeliruan atau kesalahan dalam pemilikan barang. Dalam pencurian juga terdapat hukuman qisas, yang mana sanksi ini berlaku ketika pelaku melakukan pelukaan terhadap pemilik barang. Barang yang dicuri tidak mencapai nisab, sehingga gugur hukuman had terhadap pencuri tersebut. Hukuman yang berlaku bagi pelaku lebih cendrung kepada sanksi qisas. Dikarenakan tindakan yang dilakukannya terhadap orang lain yang harus dipertanggunng jawabkan. Seperti melukai, membunuh, dan lain-lain. 3. Pencurian yang Hukumannya Ta’zir 38 Ahmad Hasan, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, h. 8. Menurut Abu Bakr Jabir Al Jazairi, ta’zir adalah sanksi disiplin dengan pemukulan, atau penghinaan, atau embargo, atau pengasingan. 39 Maka tindak pidana ta’zir adalah tindak pidana yang apabila dilakukan diancam dengan sanksi disiplin berupa pemukulan, atau penghinaan, atau embargo, atau pengasingan. Ta’zir telah ditetapkan bagi setiap pelanggaran yang syar‟i, selain dari kejahatan hudud dan kajahatan jinayat. Semua yang belum ditetapkan kadar sanksinya oleh sy ar‟i, maka sanksinya diserahkan kepada penguasa untuk menetapkan jenis sanksinya. Ulama sepakat menetapkan bahwa ta’zir meliputi semua kejahatan yang tidak diancam dengan hukuman hudud dan buka pula termasuk jenis jinayat. Hukuman ta’zir ditetapkan pada dua kejahatan, yaitu kejahatan meninggalkan kewajiban atau kejahatan melanggar larangan. 40 Pencurian yang mendapatkan hukuman ta’zir jika, seorang budak yang mencuri, seorang suami atau istri, anak yang mencuri milik bapaknya, atau orang tua yang mencuri harta anaknya. Hukuman ta’zir bisa berupa hukum cambuk sesuai dengan kadar kesalahannya, serta dapat dipenjarakan atau ditahan. 39 Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009, h. 54. 40 Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009, h. 55. 34

BAB III FAKTOR-FAKTOR TIMBULNYA PENCURIAN PADA SAAT

BENCANA ALAM A. Adanya Niat dari Pelaku Pencurian Pada dasarnya pelaku tindak pidana pencurian melakukan tindakan didasarkan kepada niat yang kuat. Kesempatan bisa diciptakan dikarenakan memang sudah ada niat yang kuat untuk melakukan pencurian tersebut. Jika niat sudah kuat maka segala rintangan yang akan dihadapi ketika melakukan tindak pidana pencurian akan siap dihadapi. 1 Niat merupakan awal dari suatu perbuatan, dalam melakukan tindak pidana pencurian. Niat dari pelaku juga penting dalam faktor terjadinya pencurian pada saat bencana alam. Pelaku sebelum melakukan tindak pidana pencurian pada saat bencana alam biasanya sudah sudah berniat dan merencanakan bagaimana melakukan perbuatannya. Sering terjadi adalah pelaku merasa ingin memiliki barang milik korban dengan cara yang dilarang oleh hukum. 2 Seseorang yang mengambil barang sesuatu ditempat penyimpanannya dengan niat melawan hukum berarti dia sudah tergolong kepada pencurian. Tetapi jika seseorang mengambil sesuatu dengan keyakinan bahwa mengambil barang tersebut hukumnya boleh atau menduga barang tersebut sudah ditinggalkan, maka 1 Virsa Ferasari, Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan Pada Saat Bencana Alam Ditinjau dari Sudut Pandang Kriminologi, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2014, h. 11. 2 Dikdi M. Arif Mansur, Urgensi Perlindunngan Korban Kejahatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persabda, 2008, h. 71 35 ia tidak dijatuhi hukuman. 3 Hal ini dikarenakan tidak adanya niat melawan hukum dari pelaku dan ia mengambil dengan dugaan bahwa ia dibolehkan mengambil barang tersebut. Seseorang yang mengambil barang sesuatu tanpa tujuan memiliki, misalnya mengambil sesuatu untuk mengamati atau mengunakan barang tersebut lalu mengembalikannya, mengambil untuk mempromosikan, atau mengambil karena menduga korban sudah menyetujui, ia tidak dianggap mencuri karena tidak mempunyai niat melawan hukum. 4 Barang siapa yang sudah berniat untuk mengambil sesuatu untuk dimiliki dengan jalan atau cara melawan hukum dari tempatnya, hal ini sudah bisa dikatakan pencurian. Tetapi adanya niat melawan hukum dan mengambil secara sembunyi-sembunyi tidak cukup menjadi dasar untuk memberi hukuman kepada pencuri. Ada beberapa unsur unsur pencurian yang harus dipenuhi. Maka dari itu, tidak semua orang yang mencuri dilakukan hukuman potong tangan. 5 Pencurian bisa terjadi dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam kondisi bencana alam. Hal ini pernah terjadi di Desa Gulon Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Pencuri melangsungkan aksinya saat terjadi bencana gunung meletus di Desa Gulon. 6 Barang yang dicuri merupakan barang bantuan yang diperuntukkan untuk korban bencana alam. Hal ini terjadi didasarkan kepada niat 3 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor : PT Kharisma Ilmu, 2011, h. 162 4 Abdul Qadir Audah, Al- Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami, jilid 2, h. 518 5 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor : PT Kharisma Ilmu, 2011, h. 163 6 Putusan Nomor : 34Pid. B 2011PN. MKD 36 yang telah kuat untuk melawan hukum. Semua perbuatan didasarkan kepada niat untuk melakukan perbuatannya. 7 Pencuri merupakan aparatur desa dan pengelola barang bantuan tersebut, tetapi bukan orang yang bertanggung jawab mencatat barang masuk dan keluar. Berdasarkan keterangan saksi di pengadilan, bahwa pelaku melakukan aksinya dimalam hari saat semua orang lelap tidur atau bukan saat aktifitas kerja. Pelaku mengeluarkan barang dari tempat penyimpanannya tanpa sepengetahuan pencatat barang dan dimasukkan kedalam mobil untuk dibawa kerumahnya untuk dikuasai. Berdasarkan penjelasan pelaku dipersidangan, bahwa pelaku melakukan hal ini diperuntukkan untuk warga yang ada di dekat rumahnya, bukan untuk warga desa Gulon yang terkena musibah. Tetapi hal ini tidak bisa dibenarkan karena semua barang bantuan yang di curi berada di rumah pelaku dan diambil dari tempat penyimpanannya pada malam hari, ini sudah tergolong kepada pencurian menurut KUHP. Pengadilan Mungkid mengolongkan hal ini kepada pencurian dengan pemberatan berdasarkan pasal 363 pasal 1 ke 2 KUHP. Semua hal ini didasarkan kepada niat pelaku dalam menjalankan aksinya. Kondisi tidak berpengaruh terhadap apa yang telah diniatkannya. Kasus di desa Mungkid menjadi contoh bahwasanya ketika seseorang telah mempunyai niat yang cukup kuat, hal atau kondisi seperti apapun tidak berpengaruh baginya. Bahkan situasi atau kondisi saat bencana alam dimanfaatkan untuk melaksanakan niat buruk dari pelaku. Pencurian pada saat bencana alam merupakan hal yang tidak lazim untuk melakukan pencurian. Tetapi hal seperti ini 7 Putusan Nomor : 34Pid. B2011PN. MKD 37 sering terjadi di Indonesia, itu semua disebabkan karena ada niat buruk dari pelakunya. 8

B. Adanya Kesempatan

Perbuatan tindak pidana pencurian pada saat bencana alam, terjadi ketika para pelaku pencurian melihat kesempatan untuk mencuri. Dikarenakan rumah ditinggal oleh penghuninya untuk mengungsi. Seseorang terkadang tidak ada niatan untuk mencuri, namun seiring adanya peluang atau kesempatan maka niatan untuk mencuri dapat timbul seketika, tanpa adanya niatan yang terencana sebelumnya. Kesempatan merupakan faktor yang tidak bisa dilupakan terhadap pencurian. Tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku, semua itu tidak terlepas dari kesempatan yang dimiliki. Bencana alam termasuk kesempatan bagi para pelaku untuk melangsungkan aksinya. Pencurian yang terjadi di desa Gulon ini menjadi bukti bahwasanya, pencurian bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Bencana gunung meletus di desa Gulon dimanfaatkan oleh tangan yang tidak bertanggung jawab untuk melangsungkan aksinya atau untuk mengambil keuntungan dari peristiwa atau bencana tersebut. Hal ini semua tidak terlepas dari kesempatan yang dimillikinya. Pelaku yang dipercaya sebagai aparatur desa serta dipercaya untuk menangani korban bencana, menjadikan hal ini sebagai peluang atau kesempatan 8 Dikdik M. Arief Mansur, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 71.

Dokumen yang terkait

Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967 K/Pid/2007 dan Putusan Mahkamah Agung

2 84 105

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

ANALlSlS YURIDIS SENGKETA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru No. 09 / Pdt.G / 1998 / PN.KTB)

0 8 125

KEKUATAN HUKUM PEJANJIAN JUAL-BELI DIBAWAH TANGAN ATAS TANAH HAK YASAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 7 k / Pdt / 1991)

0 6 93

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967

0 0 44