Pencurian kecil Jenis-Jenis Pencurian
diperberat.
31
Keadaan atau kondisinya bisa berupa banjir, gunung meletus, gempa bumi dan lain-lain.
Pakar hukum pidana M. Sudrajat basar mengatakan, bahwa pencurian yang diatur dalam pasal 363 KUHP termasuk “pencurian istimewa” maksudnya suatu
pencurian dengan cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat.
Kata pencurian di dalam rumusan tindak pidana pencurian dengan kualifikasi seperti yang diatur dalam pasal 363 KUHP, mempunyai arti yang sama
dengan kata pencurian dalam bentuk pokok, serta juga mempunyai unsur yang sama yaitu :
1. Unsur Subjektif : dengan maksud untuk menguasai secara melawan
hukum 2.
Unsur-Unsur Objektif : -
Barang Siapa -
Mengambil -
Sebuah benda -
Yang sebagian atau seluruhnya merupakan kepunyaan orang lain Dalam pencurian dengan pemberatan ada berapa hal yang penulis garis
bawahi yaitu bentuk dari pencurian tersebut antara lain : A.
Diancam dengan penjara paling lama tujuh tahun : a
Pencurian ternak
31
Ardi Nugrahanto, Tinjauan Yuridis Tentang Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan di Wilayah Surabaya, Skripsi, Surabaya, 2010, h. 21.
b Pencurian pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau
gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang.
c Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disana yang tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak.
d Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-
sama e
Pencurian untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan membongkar,
merusak, atau memanjat ataupun dengan, memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan seragam palsu.
32
B. Jika pencuri yang dirumuskan dalam poin c itu disertai dengan satu
keadaan seperti yang dimaksudkan dalam poin d dan e, dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Pencurian dengan pemberatan biasanya secara doctrinal disebut sebagai “pencurian yang dikualifikasikan”. Pencurian yang dikualifikasikan ini menunjuk
pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan
pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa. Pencurian dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan diatur
dalam pasal 363 KUHP. Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan tersebut
32
Lamintang, Delik-Delik Khusus, h. 33.
merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsur-
unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus diawali dengan pemberatan dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya.
Pencurian yang dilakukan terhadap barang bantuan bencana alam hal ini merupakan pemberatan dalam sanksi pencurian. Sebagaimana yang dicantumkan
dalam pasal 363 KUHP bahwasanya hukuman maksimal bagi pencurian dalam keadaan tersebut adalah sembilan tahun penjara. Sebagaimana yang seharusnya
barang bantuan itu untuk korban bencana alam, tetapi bagi orang-orang yang tidak ada moral atau kepedulian untuk sesama, dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri.
Bahkan pencurian tersebut dilakukan oleh aparat desa yang mengatur distribusi barang bagi korban bencana alam atau gunung meletus.
33
Selain dari pasal 363 yang merupakan pemberatan dalam pencurian, ada pasal lain atau aturan lain yang mengatur tentang pencurian yaitu pasal 365
tentang pencurian dengan kekerasan. Pencurian yang disertai dengan kekerasan, kekerasan yang dimaksud kekerasan pada orang, bukan berupa barang, dilakukan
sebelum atau sesudah pencurian, bersama-sama dengan maksud untuk memudahkan atau menyiapkan agar pencurian ada kesempatan untuk melarikan
diri Pasal 365 ini tergolong kepada pencurian perbarengan atau concursus, di
dalam pasal lain juga dijelaskan masalah hal ini yaitu dalam pasal 63 ayat 1 dan 2 KUHP disebut tentang suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan
33
Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan Dalam Asas Hukum Pidana Indonesia Tinjauan Yuridis Edukatif, jakarta : Ghalia Indonesia, 1986, h. 244.