Sanksi bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian Saat Bencana Alam

tindakan pencurian itu dianggap lengkap oleh para fuqaha bila terdapat unsur- unsur berikut ini : 1. Harta diambil secara sembunyi 2. Ia ambil dengan maksimal jahat 3. Barang yang dicuri itu benar-benar milik sah dari orang yang hartanya dicuri itu. 4. Barang yang dicuri itu telah diambil kepemilikannya dari si empunya yang sebenarnya. 5. Barang yanng dicuri itu telah berada dalam penguasaan si pencuri. 6. Barang tersebut harus mencapai nilai nisab pencuri. 11 Unsur-unsur diatas merupakan hal yang mutlak dalam pencurian, ketika tindak pidana pencurian tidak memenuhi unsur diatas maka hal itu tidak bisa dikatakan atau digolongkan dengan tindak pidana pencurian. Setiap tindak pidana pencurian baik itu pencurian biasa ataupun pencurian pada saat bencana alam, dalam islam semua hal itu semua sama, harus memenuhi unsur dan batasan dalam pencurian. Ketika unsur dan batasan pencurian telah serta syarat dia terkena hukuman telah terpenuhi dan tidak ada unsur syubhat baru diberlakukan hukuman potong tangan terhadap pencuri.

D. Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian saat bencana alam dalam

hukum positif 11 Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, h. 62. telah disebutkan dalam KUHP pasal 363 ayat 1 dan dijelaskan mengenai adanya pemberatan terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan dengan cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, bunyi pasal telah penulis jelaskan diatas. Dengan demikian dapat dipahami dari ketentuan dan penjelasan bunyi pasal 363 ayat 1 item 2 tersebut. Bahwa kaitannya dengan tindak pidana pencurian yang dilakukan pada waktu terjadi bencana alam, maka si pelaku kejahatan dapat dijerat dengan pemberatan pemidanaan dari pidana pokok yang terdapat dalam pasal 362 KUHP. Hal ini disebabkan karena ada faktor pemberat di dalam tindak pidana pencurian yang dilakukannya, yaitu pada keadaan-keadaan peristiwa tertentu yang bersifat memberatkan, seperti : Pencurian yang dilakukan pada waktu terjadi kebakaran, pada waktu ada letusan, pada waktu banjir, pada saat terjadi gempa bumi atau gempa laut, letusan gunung berapi, kapal tenggelam, kapal terdampar, pada saat ada kecelakaan kereta api, pada saat terjadi huru-hara dan pada waktu terjadi pemberontakan atau bahaya perang. 12 Alasan untuk memperberat pencurian ini adalah terletak pada pemikiran bahwa, dalam keadaan-keadaan atau peistiwa-peristiwa semacam ini terjadi kepanikan, kericuhan, kekacauan, dan kecemasan yang sangat memudahkan aksi pencuri, yang mana seharusnnya si pelaku pencurian memberikan pertolongan terhadap korban, bukan sebaliknya, justru menggunakan kesempatan sebagai peluang bagi dia untuk melakukan tindak pidana pencurian. Dalam segi moral si pencuri tidak mempunyai rasa manusiawi sama sekali, karena tindak pidana itu dilakukan saat orang terkana musibah. Pelaku seharusnya 12 Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, Jakarta : Bumi Aksara, Cet ke- 24, 2005, h. 128 menolong atau meringankan beban bagi korban bencana bukan menambah beban bagi korban bencana alam sebagaimana yang terjadi di Desa Gulon. Pencurian terjadi terhadap barang bantuan bencana alam, yang seharusnya si pelaku membantu untuk korban malahan dimanfaatkan sebagai situasi yang menguntungkan bagi si pelaku, mirisnya tindak pidana tersebut, dilakukan oleh orang yang seharusnya menyalurkan barang tersebut. Tindak pidana pencurian ini seharusnya dapat perhatian khusus dari pemerintah, karena pencurian ini sangat meresahkan masyarakat. Pencurian seharusnya diganjar dengan hukuman yang setimpal apalagi aksi pencuri dilakukan terhadap barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk melangsungkan kehidupannya. Kaitannya dengan hal pemidanaan, dalam surat edaran Mahkamah Agung No.1 tahun 2000 telah menyatakan bahwa, pemidanaan agar setimpal dengan berat dan sifat kejahatannya. Dalam era reformasi yang melanda negara kita ini, telah membawa dampak yang sangat luas, disegala aspek kehidupan bernegara. Terutama dibidang ekonomi mengakibatkan kecendrungan meningkatnya kwantitas dan kwalitas tindak pidana yang memerlukan penangganan serta kebijakan pemidanaan secara khusus. 13 Setiap tindak pidana yang merugikan atau membahayakan orang lain termasuk pencurian ketika bencana alam, seharusnya pengadilan menjatuhkan pidana yang setimpal dengan tindak pidana yang dilakukannya. Mahkamah Agung mengharapkan kiranya para hakim mampu berperan sebagai katalisator 13 Taufik Rachman, Kategori Tindak Pidana Pencurian dalam Hukum islam, Skripsi, Semarang, 2011, h. 51. kesenjangan antara hukum positif dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat. Disamping itu, dalam pasal 134 point f rancangan kitab Undang-undang hukum Pidana RUU KUHP tahun 2008 disebutkan bahwa, faktor-faktor yang memperberat pidana adalah tindak pidana yang dilakukan pada waktu terjadi huru-hara atau bencana alam. 14 Dari penjesan pasal 134 point f dapat dipahami bahwa, pencurian yang terjadi di desa Gulon akibat gunung meletus di tempat pengungsian termasuk pemberatan pidana atau pencurian yang diperberat. Pencurian yang dilakukan saat terjadi bencana alam, dihukum dengan hukum penjara 7 tahun. Jika pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih serta masuk kedalam tempat melakukan kejahatan atau sampai mengambil barangnya maka hukumannya diperberat menjadi sembilan tahun penjara. Tetapi beda halnya dengan putusan yang ditetapkan oleh pengadilan negeri Mungkid yang hanya menjatuhkan hukuman kepada pelaku selama 4 empat bulan dan 7 tujuh hari. Tetapi hakim dalam perkara ini mempertimbangkan dengan segala aspek yang terdapat dalam diri pelaku atau terdakwa. Sebelum hakim menjatuhakan hukuman terhadap pelaku, hakim tetap mempertimbangkan tuntutan Jaksa Penuntun Umum bahwa dakwaan yang paling mendekati atau paling cocok dengan fakta , maka dengan itu majelis hakim akan mempertimbangkan dakwaan kesatu primair terlebih dahulu yaitu pasal 363 ayat 1 ke-2 dan ke-3 KUHP dengan unsur-unsur adalah sebagai berikut : 14 Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana RUU KUHP tahun 2008, h. 36.

Dokumen yang terkait

Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967 K/Pid/2007 dan Putusan Mahkamah Agung

2 84 105

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

ANALlSlS YURIDIS SENGKETA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru No. 09 / Pdt.G / 1998 / PN.KTB)

0 8 125

KEKUATAN HUKUM PEJANJIAN JUAL-BELI DIBAWAH TANGAN ATAS TANAH HAK YASAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 7 k / Pdt / 1991)

0 6 93

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967

0 0 44