Dasar Hukum Pemidanaan yang Digunakan Hakim dalam Menetapkan

Selanjutnya dalam kasus ini, jaksa penuntut umum mendakwa terdakwa dengan alternatif subsidaritas. Hakim sebagai orang yang menyelesaikan perkara dipersidangan, tetap melihat permasalah ini dari dakwaan tertinggi, yaitu dakwaan kesatu primair. Hakim melihat semua unsur yang terdapat dalam dakwaan kesatu primair. Setelah melihat dan mempertimbang dakwaan kesatu primair, ada satu unsur yang tidak terpenuhi, maka dari itu dakwaan kesatu primair gugur. Hakim selanjutnya, memutuskan perkara ini sesuai dengan tuntutan penuntut umum yaitu alternatif subsidaritas. Dalam hal ini, hakim mlirik semua unsur yang terdapat di dalam pasal 363 ayat 1 ke-2 KUHP. Semua unsur yang terdapat dalam pasal tersebut terpenuhi, maka hakim memutuskan perkara ini dengan dakwaan alternatif subsidair. Sehingga majelis hakim berkesimpulan,bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melanggar pasal 363 ayat 1 ke-2 KUHP yang kualifikasinya sebagaimana dalam amar putusan. Hakim menetapkan atau menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama empat bulan dan tujuh hari, dan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Menurut hemat penulis, hukuman yang ditetapkan oleh hakim terlalu ringan. Sedangkan dalam hal ini, merupakan pencurian dengan pemberatan. Dalam pasal 363 ayat 1 ke-2 sudah jelas, bahwasanya hukuman buat pencurian yang terjadi pada saat bencana alam yaitu tujuh tahun penjara. Hal ini sangat jauh dari hukuman yang telah diatur atau ditetapkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP. Hakim dalam memutuskan perkara ini tidak terlalu melihat efek yang ditimbulkan. Sehingga dalam menetapkan hukuman bagi terdakwa tidak sesuai dengan apa yang telah diatur KUHP. Hal ini membuat hukuman untuk pencuri pada saat bencana alam tidak berefek jera bagi pencuri lain. 5

C. Sanksi bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian Saat Bencana Alam

dalam Islam Ketegasan aturan mengenai mencuri, hal ini menunjukkan pengakuan Islam akan hak milik, perlindungannya, dan mengatur perpindahannya secara adil. Pencurian tidak hanya merugikan secara individual tetapi juga merugikan secara sosial masyarakat luas, sebuah bangsa, atau kemanusian itu sendiri. Bahkan secara vertikal mencuri itu juga termasuk mendholimi Allah SWT. 6 Hukum Islam mengatur semua hal yang berhubungan dengan manusia, termasuk pencurian yang notabene sangat merugikan atau membahayakan manusia. Islam mengatur mengenai hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian tersebut. Pencurian sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Pada masa Rasulullah pencurian dihukum dengan potong tangan, baik itu pencurian yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini sebagai mana sabda Rasulullah SAW berikut ini. “Jika seorang mencuri maka potongllah tangan kanannya, dan jika ia mencuri lagi maka potonglah kakinya, dan jika ia mencuri kembali maka 5 Suharto, Hukum Pidana Materill, Ed-2 Jakarta : Sinar Grafika, Cet-2, 2002, h. 3.7 6 Taufik Rachman, Kategori Tindak Pidana Pencurian dalam Hukum islam, Skripsi, Semarang, 2011, h. 39. potonglah tangannya, kemudian jika ia mencuri lagi maka ppotonglah tanngannya.” 7 Hukuman potong tangan, yang sering dipandang sebagai hal yang tidak manusiawi bagi yang menentangnya. Sanksi yang ditetapkan oleh Islam merupakan hal yang sangat adil, ketika seorang mencuri berarti dia siap menerima hukuman. 8 Tetapi tidak semua yang mencuri dipotong tangannya, harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan Islam. Islam juga mengenal pencurian dengan pemberatan karena dalam islam juga membagi pencurian kepada tiga hal yaitu pencurian yang hukumannya had, pencurian yang hukumannya qisas dan diyat, dan pencurian yang hukumannya ta’zir. Dalam hukum positif dikenal dengan pencurian keci dan besar. Pencurian yang terjadi di desa Gulon pada saat gunung meletus yang terjadi ditempat pengungisan, dalam Islam pencurian seperti ini tetap diperlakukan hukuman potong tangan apabila dia telah mencapai nisab yang di tentukan dalam Islam. Bahkan Islam meringankan bagi pelaku tindak pidana pencurian yang dilakukan pada saat terjadi musibah atau pada keadaan memaksa atau darurat, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis diatas, bahwa khalifah Umar tidak menghukum pencuri, bahkan dia mengancam orang yang selalu meneriakan atau melaporkan pencurian. Pada masa itu, keadaan penduduk sangat menyedihkan karena terjadi kekeringan atau kekurangan bahan makanan. Banyak masyarakat yang kelaparan karena tidak adanya bahan makanan.Pemberlakuan hukum potong tangan dalam 7 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’i, dan Al Bayha i. 8 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sianr Grafika, 2005, h. 82. hukum Islam tidak hanya dilakukan begitu saja, tetapi ada kadar dan unsur yang harus terpenuhi agar diberlakukannya hukuman potong tangan. Ada berapa riwayat yang menjelaskan kadar atau batasan diberlakukannya hukuman potong tangan diantaranya : يف قراسلا عطقي ملس هيلع ه ىلص ه ل سر اك تلاق ا نع ه يضر ةشئاع ع دعاصفر انيد عبر Artinya : Diriwayatkan dari Sayyidatina Aisyah ra. Katanya : Rasulullah SAW, memotong tangan seseorang yang mencuri harta yang senilai satu perempat dinar ke atas. 9 Dalam Riwayat lain اقر اس عطق ملس هيلع ه ىلص ه ل سر أ ا نع ه يضر ر ع با ع ةش اش هت يق جم يف مهارد Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, katanya : Sesungguhnya Rsulullah SAW. Pernah memotong tangan seorang yang mencuri sebuah perisai yang bernilai sebannyak tiga dirham. 10 Berdasarkan hadis di atas, jelas bahwa kadar dan batasan bagi pencurian, baik pencurian itu dilakukan pada keadaan biasa maupun keadaan yang tidak sewajarnya, seperti halnya pencurian pada saat bencana alam atau gunung meletus di desa Gulon. Batasan dan kadar yang ditentukan oleh hadis diatas berlaku umum bagi semua pencurian, semua pencurian yang dilakukan telah memenuhi kadar, maka berlakulah hukuman potong tangan. Tetapi tidak hanya sebatas kadar atau batasan dalam pencurian, ketika batasan atau kadar telah terpenuhi harus juga memenuhi unsur-unsur yang ditentukan dalam Islam. Seorang pencuri lelaki ataupun perempuan, sedangkan 9 Zainudin Ali, Hukum pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, hal 64 10 Zainudin Ali, Hukum pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, h. 64 tindakan pencurian itu dianggap lengkap oleh para fuqaha bila terdapat unsur- unsur berikut ini : 1. Harta diambil secara sembunyi 2. Ia ambil dengan maksimal jahat 3. Barang yang dicuri itu benar-benar milik sah dari orang yang hartanya dicuri itu. 4. Barang yang dicuri itu telah diambil kepemilikannya dari si empunya yang sebenarnya. 5. Barang yanng dicuri itu telah berada dalam penguasaan si pencuri. 6. Barang tersebut harus mencapai nilai nisab pencuri. 11 Unsur-unsur diatas merupakan hal yang mutlak dalam pencurian, ketika tindak pidana pencurian tidak memenuhi unsur diatas maka hal itu tidak bisa dikatakan atau digolongkan dengan tindak pidana pencurian. Setiap tindak pidana pencurian baik itu pencurian biasa ataupun pencurian pada saat bencana alam, dalam islam semua hal itu semua sama, harus memenuhi unsur dan batasan dalam pencurian. Ketika unsur dan batasan pencurian telah serta syarat dia terkena hukuman telah terpenuhi dan tidak ada unsur syubhat baru diberlakukan hukuman potong tangan terhadap pencuri.

D. Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian saat bencana alam dalam

hukum positif 11 Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, h. 62.

Dokumen yang terkait

Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967 K/Pid/2007 dan Putusan Mahkamah Agung

2 84 105

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

ANALlSlS YURIDIS SENGKETA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KECAMATAN PAMUKAN UTARA KABUPATEN KOTABARU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kotabaru No. 09 / Pdt.G / 1998 / PN.KTB)

0 8 125

KEKUATAN HUKUM PEJANJIAN JUAL-BELI DIBAWAH TANGAN ATAS TANAH HAK YASAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 7 k / Pdt / 1991)

0 6 93

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967

0 0 44