politik dan keamanan di Provinsi Maluku yang tidak kondusif. Walaupun untuk saat ini kondisi politik dan keamanan di Provinsi Maluku dapat dikatakan 100
persen pulih namun minat investor untuk beraktivitas di Provinsi Maluku masih tetap rendah.
4.3. Kondisi Perekonomian
Perkembangan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan Pendapatan Domestik Bruto PDRB. PDRB Provinsi Maluku
atas dasar harga konstan tahun 2000 periode 2001 – 2005 menunjukan sektor pertanian kontribusi terbesar dari tahun ke tahun yaitu rata-rata sebesar 35
persen, diikuti sektor perdagangan sebesar 24.14 persen, sektor jasa sebesar 19.31 persen, sektor angkutan dan komunikasi sebesar 8.66 persen, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5.57 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 4.83 persen, seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kontribusi Masing-masing Sektor terhadap PDRB Provinsi Maluku Sektor
2001 2002 2003 2004 2005 1.
Pertanian 36.12 36.46 34.66 34.12 33.65
2. Pertambangan
galian 0.85 0.86 0.85 0.84 0.83
3. Industri
Pengolahan 5.03 4.90 4.79 4.74 4.68
4. Listrik dan air minum 0.62 0.51 0.54 0.55 0.56
5. Bangunan
1.21 1.24 1.26 1.27 1.28 6. Perdagangan, hotel dan
restoran 23.67 23.99 24.23 24.41 24.62
7. Pengangkutan dan kominikasi 7.62 7.94 8.66 9.29 9.78 8. Keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan 5.41 5.57 5.68 5.63 5.57
9. Jasa-jasa 19.47
19.54 19.35 19.15 19.04 PDRB Rp Trillyun
2.77 2.85 2.97 3.10 3.26 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Maluku, 2006
Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB relatif rendah jika dibandingkan dengan sektor lainnya kecuali sektor bangunan, listrik dan air
minum. Realita angka penyerapan tenaga kerja dan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB yang relatif rendah ini menunjukan bahwa sebagian
besar hasil pertanian Provinsi Maluku masih dijual dalam bentuk mentah atau
raw material, sehingga nilai tambah baik dalam segi penyerapan tenaga kerja maupun nilai produk relatif kecil.
Industri pengolahan yang relatif dominan berkembang di Provinsi Maluku adalah industri pengolahan yang menghasilkan produk-produk lokal tertentu
khususnya industri pengolahan yang bahan bakunya merupakan bahan baku lokal dan belum diperdagangkan non tradeable antar region seperti minyak
atsiri minyak kayu putih, cengkeh, lawang dan lain-lain dan gula merah. Perkembangan industri pengolahan jenis ini pun relatif masih rendah jika
dibandingkan dengan ketersediaan bahan bakunya. Industri pengolahan minyak atsiri merupakan salah satu industri pengolahan yang cukup baik
perkembangannya di Provinsi Maluku. Pada tahun 2005 teridentifikasi ada kurang lebih 241 usaha penyulingan minyak atsiri di Provinsi Maluku. Industri
penyulingan minyak atsiri jenis minyak kayu putih adalah jenis industri minyak atsiri yang paling dominan perkembangannya dibandingkan jenis minyak atsiri
lainnya, sepertinya yang terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data Potensi Industri Kecil Menengah Berbahan Baku Tanaman
Lokal di Provinsi Maluku Tahun 2004 No.
Kapupaten Jenis Industri
Unit Usaha
TK org
Investasi juta
Produksi ribu
kgtahun Nilai Produksi
juta 1.Maluku
Tengah Minyak Kayu Putih
3 13
67.50 7.50
16.20 Minyak Cengkeh
31 711
7.50 480.00
19.50 Minyak Atsiri
32 76
33.75 3.90
990.06 Minyak Kelapa
1 16
200.00 15.96
87.50 2.Seram Bagian Timur
Gula Merah 1
3 5.00
14.40 3.Pulau
Buru Minyak Kayu Putih
168 1 441
749.00 -
- Gula
Merah -
- - - -
4.Maluku Tenggara Barat Minyak Kayu Putih
27 357
260.65 40.25 kg
1 876.68 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku, 2005
Keterangan: tergabung Kabupaten Seram Bagian Barat yang pada saat itu masih dalam persiapan pemekaran
4.4. Kondisi dan Potensi Tanaman Cengkeh di Provinsi Maluku