xci
2. Faktor Usia
Pandangan dan penghayatan terhadap unsur cerita rakyat Nyai Sabirah mengalami perubahan dan perbedaan, perbedaan itu terdapat pada
faktor usia. Faktor usia dapat dibedakan menjadi dua yaitu golongan muda serta golongan tua. Golongan tua dalam penghayatannya terhadap Cerita
Rakyat Nyai Sabirah masih banyak yang percaya bahwa cerita rakyat tersebut masih benar-benar terjadi. Golongan tua dalam penghayatannya
dengan melakukan tradisi – tradisi yang masih berlangsung hingga saat ini seperti dilakukan tradisi merti Dh
usun , ledang bayi
, ledang pengantin serta buka luwur Nyai Sabirah.
Penghayatan terhadap Cerita Rakyat Nyai Sabirah oleh golongan muda sudah mengalami perubahan dan sedikit mengalami kemunduran.
Golongan muda percaya bahwa cerita tersebut pernah ada, tetapi untuk kekuatan yang ditimbulkan tetap berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kebanyakan dari golongan muda tidak percaya hal – hal yang tidak masuk akal dikarenakan pola pikir yang sudah modern.
Penghayatan terhadap tempat keramat oleh golongan tua senantiasa dilakukan dengan cara mengunjungi dan melakukan tirakat
pada malam harinya. Melakukan tirakat atau nyepi mencari hari baik misalnya, malam Jumat Pon
hari jumat dengan pasaran jawa pon dan malam Jumat Kliwon
hari jumat dengan pasaran jawa kliwon. Hal tersebut dilakukan untuk mendapat berkah agar apa yang diminta terkabul.
xcii Golongan tua sangat mempercayai dan menganggap tempat
keramat merupakan tempat yang angker dan wingit, oleh karena itu masyarakat percaya untuk menghormati roh-roh penunggu tempat keramat
supaya tidak murka maka masyarakat harus merawat tempat keramat itu. Tempat- tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat, misalnya Petilasan
Nyai Sabirah dipercaya membawa berkah bagi masyarakat yang menjaga serta melestarikannya. Masyarakat banyak yang berdatangan dengan
tujuan yang berbeda - beda, yaitu ada yang mencalon DPR, ingin menjadi kaya, ingin sembuh dari sakitnya, mencari jodoh, ingin cepat dapat kerja
dan masih banyak lagi. Semua itu mereka lakukan dengan berziarah di Petilasan Nyai Sabirah.
Golongan muda tidak banyak yang melakukan hal semacam itu akan tetapi mereka juga percaya kebenaran dari cerita tentang roh
penunggu. Semua itu dikarenakan dengan pesatnya perkembangan teknologi hal semacam itu tidak dianggap hal sesakral sama seperti
golongan tua melaksanakanya. Pendidikan formal non formal dalam masyarakat dapat mempengaruhi pola fikir manusia.
Penghayatan yang dibedakan berdasarkan faktor usia secara tidak langsung menyatakan bahwa golongan tua dalam penghayatan mengenai
cerita rakyat Nyai Sabirah masih banyak dipercaya. Golongan muda kecuali orang yang mempunyai peran dalam upacara – upacara ritual yang
diadakan di cerita rakyat Nyai Sabirah sudah tidak begitu paham mengenai
xciii cerita Rakyat Nyai Sabirah, namun mereka masih percaya bahwa cerita
tersebut benar-benar ada karena bukti-bukti peninggalan yang masih ada. Keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar
usia tua masih menganggap dan percaya petilasan Nyai Sabirah. Petilasan Nyai Sabirah merupakan tempat yang keramat dan dapat dimintai
pertolongan. Golongan muda kebanyakan tidak percaya tentang Petilasan Nyai Sabirah yang dianggap tempat keramat dan dapat dimintai
pertolongan karena mereka menganggap bahwa itu salah satu mitos yang tidak masuk akal.
3. Faktor Strata Masyarakat